Umsida.ac.id – Kejadian bullying saat ini tak hanya terjadi pada siswa remaja saja, tapi juga banyak ditemukan kasus bullying pada siswa SD.
Beberapa faktor yang dapat membuat anak bisa menjadi pelaku atau korban bullying pada siswa SD meliputi pengaruh keluarga, paparan terhadap teknologi televisi, tekanan atau ajakan dari teman-teman, serta pengalaman menjadi korban bullying sebelumnya di lingkungan sekolah tanpa adanya tindak lanjut untuk menghentikannya.
Baca juga: Dosen Umsida Tentang Siswa SD Buta Akibat Dicolok Kakak Kelas, Harap Edukasi Gender Ditegaskan
Mereka bisa mempelajari perilaku kasar melalui pengalaman langsung atau melalui observasi terhadap anggota keluarga mereka sebagai lingkungan sosial terkecil.
Mengatasi bullying pada siswa SD membutuhkan beberapa pihak, baik dari keluarga lingkungan pertemanan sampai pihak sekolah menurut riset Muhlasin Amrullah MPdI, dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PGSD Umsida). Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi bullying pada siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool Umsida.
Tujuannya adalah untuk melihat kebijakan sekolah dalam menangani masalah bullying. Dari pengertian ini didapatkan 8 kebijakan dan peran pihak sekolah untuk mencegah bullying pada siswa SD.
8 peran pihak sekolah untuk mencegah bullying pada siswa SD
- Kampanye anti kekerasan
Sekolah mengadakan program anti kekerasan yang melibatkan partisipasi siswa dan orang tua. Dalam program ini, sekolah membuat pamflet kecil yang dibuat oleh siswa untuk meningkatkan literasi dan memberikan edukasi visual tentang pentingnya mencegah bullying fisik.
Pamflet akan diposting di media sosial, serta mengajak siswa untuk bergabung dalam akun Instagram sekolah untuk memperkenalkan prestasi mereka.
Dengan adanya program kampanye anti kekerasan ini, diharapkan perilaku bullying pada siswa SD dapat berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
- Pihak sekolah aktif berdiskusi dengan siswa
Diskusi di kelas adalah kegiatan di mana guru dan siswa bertemu dalam satu ruangan untuk membahas permasalahan yang dihadapi siswa dengan teman-temannya.
Guru melibatkan semua siswa di kelas, baik yang terlibat masalah maupun yang tidak, dalam diskusi ini.
Baca juga: Mengenal E-Comic, Salah Satu Fun Learning untuk Siswa Agar Tidak Bosan
Tujuan dari diskusi ini adalah mengajarkan kepada siswa pentingnya menyelesaikan masalah dengan teman secara baik-baik tanpa menggunakan kekerasan atau bullying verbal.
Selain itu, diskusi ini juga membantu guru untuk memahami titik-titik permasalahan yang dihadapi siswa.
- Melakukan pengawasan
Kegiatan ini dilakukan oleh wali kelas untuk mendampingi siswa dalam setiap kegiatan di dalam dan di luar ruangan.
Misalnya, guru melakukan pengawasan saat siswa makan bersama dan terus mengawasi mereka dari saat datang ke sekolah hingga pulang bersama orang tua mereka.
Guru tidak meninggalkan siswa untuk pergi ke kantor, sehingga mereka selalu ada di dekat siswa. Selain itu, guru juga aktif berinteraksi dengan siswa dan mengajak mereka untuk berkumpul dan berbincang bersama.
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar guru dapat mengawasi perilaku siswa selama di kelas dan memantau semua aktivitas siswa dari awal hingga akhir kegiatan.
- Pendekatan akhlak
Selanjutnya adalah sekolah mengintegrasikan pendekatan akhlak ke dalam kegiatan sehari-hari siswa terutama tentang bullying pada siswa SD.
Di awal dan akhir kegiatan belajar mengajar, guru melakukan konseling menyeluruh dengan siswa untuk mengetahui kebutuhan mereka dan memberikan koreksi yang diperlukan.
Pendekatan akhlak bisa diterapkan setiap saat tanpa bergantung pada mata pelajaran tertentu. Ketika siswa melakukan kesalahan, guru bertanggung jawab untuk memberikan koreksi yang sesuai.
- Pendekatan akademik
Selain pendekatan akhlak, guru juga menerapkan pendekatan akademik yang masih terkait dengan nilai-nilai akidah dan akhlak. Namun, pengaruh pendekatan ini terkadang bersifat sementara karena kecenderungan siswa untuk mengulangi kesalahan yang sama secara berulang.
Oleh karena itu, guru menggunakan pendekatan tutor sebaya dalam menangani perilaku bullying pada siswa SD. Siswa yang memiliki perilaku baik dan dewasa dipilih untuk memberikan nasihat kepada teman-temannya yang melakukan perilaku negatif.
Tutor sebaya ini juga membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan menggunakan tutor sebaya, guru dapat mengurangi beban mereka, melatih siswa yang menjadi tutor agar lebih mandiri dan bertanggung jawab, serta membantu mereka memahami arti kepemimpinan.
- Mengendalikan sosial emosional anak
Sekolah juga perlu memperhatikan perkembangan sosial dan emosional siswa. Sebelum memulai kegiatan apa pun, penting bagi guru untuk membantu mengendalikan emosi siswa.
Ketika emosi siswa sudah stabil, mereka lebih mampu mengendalikan perilaku mereka.
Tujuan dari pendekatan ini bukan hanya untuk meningkatkan perilaku siswa, tetapi juga untuk membantu mereka memahami tugas-tugas mereka di sekolah dan untuk membentuk kemampuan mereka dalam memaafkan.
Meskipun tidak ada permintaan maaf yang diajukan, siswa diajak untuk memaafkan secara pribadi dalam hati mereka.
- Melaporkan kepada orang tua siswa
Sekolah melakukan Home Visit sebagai upaya untuk membangun hubungan komunikasi antara guru dan orang tua siswa. Kegiatan ini dimulai sejak kelas 1, ketika guru masih belum sepenuhnya mengenal siswa-siswanya.
Baca juga: 6 Tips Agar Anak Berpuasa Ramadan dengan Menyenangkan
Melalui Home Visit, guru memiliki kesempatan untuk memahami siswa secara lebih mendalam, termasuk karakter mereka dan cara belajar di rumah.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menjalin kedekatan dengan orang tua siswa dan mendapatkan informasi lebih lanjut tentang cara belajar siswa di rumah serta perkembangannya.
- Pelatihan untuk guru
Dalam kegiatan ini, terdapat dua macam pendekatan, yaitu Sharing G (Sharing Guru) dan KKG (Kelompok Kerja Guru).
Pada Sharing G, guru berkumpul untuk berdiskusi tentang strategi penanganan bullying pada siswa SD. Diskusi ini melibatkan pengalaman dan pendekatan yang telah dilakukan oleh guru dalam mencegah kejadian bullying.
Sedangkan pada KKG, fokusnya lebih luas, meliputi guru mata pelajaran individu, guru dari satu sekolah, atau bahkan guru dari beberapa sekolah dalam satu gugus. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah bullying di kelas sehingga siswa dapat terhindar dari perilaku tersebut.
Itulah 8 peran yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi kasus bullying pada anak SD. Semoga dari riset dosen Umsida ini bisa menjadi referensi bagi pihak yang berwenang dalam mengatasi bullying pada anak SD.
Sumber: Muhlasin Amrullah MPdI
Penulis: Romadhona S.