Umsida.ac.id – Kesulitan berbicara di depan umum atau public speaking masih menjadi tantangan umum bagi mahasiswa, terutama ketika mereka tiba-tiba lupa kata atau kehilangan ide saat menyampaikan pidato dalam Bahasa Inggris.
Melihat fenomena ini, dua dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Umsida, Dr Dian Rahma Santoso MPd dan Wahyu Taufiq MPd melakukan penelitian tentang penerapan circumlocution, sebuah strategi komunikasi untuk menggantikan kata yang terlupa dengan penjelasan deskriptifdalam pembelajaran public speaking.
Penelitian berjudul Implementing Circumlocution to Improve the Speech Performance in Public Speaking ini menggunakan metode Classroom Action Research (CAR) dengan melibatkan 53 mahasiswa semester empat. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, masing-masing terdiri dari empat pertemuan. Tema yang digunakan yaitu pidato informatif pada siklus pertama dan pidato persuasif pada siklus kedua.
Apa itu circumlocution?
Dr Dian menjelaskan bahwa circumlocution adalah teknik berbicara di mana pembicara mengganti kata tertentu yang tidak mereka ingat dengan deskripsi atau definisi sederhana dari kata tersebut. Misalnya, dalam bahasa Inggris, jika seseorang lupa kata “hijab”, maka ia bisa mengatakan “I wear a cloth to cover my head” sebagai bentuk circumlocution.
“Circumlocution membantu mahasiswa tetap bisa menyampaikan maksud tanpa harus berhenti berbicara hanya karena mereka lupa satu kata. Ini juga melatih kreativitas dan memperluas perbendaharaan kata mereka,” jelas Dr Dian.
Menurutnya, dengan membiasakan teknik ini, mahasiswa akan lebih aktif dalam mencari cara lain untuk menjelaskan sesuatu yang mereka tidak tahu, yang secara tidak langsung akan memperkaya kosa kata dan meningkatkan keterampilan berbicara (speaking skills).
Baca juga: Masih Banyak Ditemukan Skincare Ilegal di Pasaran, Ini Kata Dokter Umsida
Peningkatan Skor dan Percaya Diri Mahasiswa
Dalam hasil penelitian, kemampuan berbicara mahasiswa meningkat signifikan dari skor rata-rata 56 pada studi awal, menjadi 68 pada siklus pertama, dan akhirnya mencapai 74 pada siklus kedua. Tidak hanya dari segi nilai, kepercayaan diri mahasiswa juga meningkat karena mereka tidak lagi bergantung pada skrip panjang yang harus dihafalkan. Sebaliknya, mereka belajar menggunakan outline sebagai panduan dan mulai fokus pada komunikasi yang alami dan meyakinkan.
Pada siklus kedua, yang mengangkat topik pidato persuasif, lebih dari 75% mahasiswa berhasil menyampaikan argumen dengan cara yang menarik, logis, dan membujuk. Mereka mulai mampu menggunakan berbagai variasi kata dan struktur kalimat untuk menyampaikan pesan meskipun ada hambatan sesaat, seperti lupa kata.
Mengubah Ketakutan Menjadi Kekuatan

Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa yang awalnya merasa cemas dan takut berbicara di depan umum, berubah menjadi lebih percaya diri setelah dilatih menggunakan circumlocution. Mereka tidak lagi panik ketika lupa kata, karena sudah terbiasa mencari alternatif ungkapan.
“Saat mahasiswa lupa satu kata, mereka tidak berhenti. Mereka belajar mendeskripsikan, menggambarkan, dan menyusun kalimat baru. Itu adalah proses belajar yang luar biasa,” kata Dr Dian.
Baca juga: Kado Hardiknas 2025, Kampus Berdampak Gantikan Kampus Merdeka
Kesimpulan: Strategi yang Perlu Diintegrasikan dalam Pembelajaran
Circumlocution terbukti tidak hanya menjadi strategi efektif dalam menghadapi keterbatasan kosakata, tapi juga membentuk sikap aktif, kreatif, dan percaya diri dalam berbicara. Dr Dian menyimpulkan bahwa strategi ini sebaiknya diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Inggris, khususnya untuk kelas berbicara atau speaking.
“Dengan membiasakan circumlocution, mahasiswa belajar menjadi pembicara yang fleksibel dan tidak takut membuat kesalahan. Mereka belajar bahwa komunikasi bukan soal sempurna, tapi soal menyampaikan pesan dengan efektif,” tutupnya.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan metode pengajaran bahasa Inggris, terutama dalam membangun kompetensi berbicara mahasiswa secara alami dan percaya diri. Dosen-dosen Umsida berharap, hasil penelitian ini dapat menginspirasi pengajar lain untuk mengembangkan strategi serupa dalam pembelajaran komunikasi di berbagai konteks pendidikan.
Sumber: Implementing Circumlocution to Improve the Speech Performance in Public Speaking
Penulis: Rani Syahda