Umsida.ac.id – Berikan penguatan pengembangan karir dan kenaikan jabatan fungsional bagi dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII Prof Dr Dyah Sawitri SE MM secara khusus menyampaikan materi Penguatan Mutu SDM Menuju Rekognisi Nasional, Selasa (20/9).
Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Rapat Akademik Pembinaan Dosen dan Persiapan Pembelajaran Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023 di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Umsida. Dihadapan Rektor Umsida Dr Hidayatulloh MSi beserta jajaran, Prof Dyah tegaskan untuk kenaikan jabatan fungsional dosen sebagai lektor kepala dapat ditempuh lebih mudah, ada pemangkasan tahapan.
“Sekarang langsung, dari Universitas ke PAK (Penilaian Angka Kredit dosen) nasional. Jadi inputnya dari bapak ibu, tapi nanti kampus diberi link khusus untuk PAK nasional dari LL Dikti. Jadi cukup satu tahap, satu step saja untuk jabatan fungsional dosen, ini untuk rekognisi SDM dulu,” ujarnya.
Nanti setelah tahapan tersebut, LL Dikti akan memilih asesor atau penilai jabatan fungsional lektor kepala dengan jumlah penilai yakni satu orang. “Setelah dinilai, dinyatakan layak menjadi lektor kepala karena memenuhi, maka kita kirim ke Jakarta untuk dikeluarkan SK,” tutur kepala LL Dikti.
Berbeda dengan lektor kepala, penilai untuk jabatan fungsional sebagai profesor berjumlah 2, yakni berasal dari LL Dikti Wilayah VII Jawa Timur dan satu dari tim PAK Kemendikbud. “Nah seandainya dua ini, satu dinyatakan lolos, satu tidak lolos, maka pusat memberi kemudahan untuk menambah satu anggota tim lagi, jadi tiga. Dua dibanding satu, dua lolos, satu tidak, berarti lolos. Kalau tidak lolos akan dikembalikan ke PT,” tuturnya.
Selain itu, Prof Dyah Sawitri menegaskan, proses ini juga bisa cepat selama dosen mampu mempersiapkan artikel jurnal secara jelas, baik dari substansi dan penerbit yang linier dengan program studinya. Menurutnya, rekognisi institusi terakreditasi unggul memerlukan jabatan fungsional lektor kepala dan guru besar.
“Universitas kok ndak punya profesor, itu sama seperti kita masak tanpa garam, hambar begitu. Ini cita-cita kita untuk kita ini bisa cepat-cepat menjadi profesor. Menjadi profesor itu sebenarnya banyak sekali manfaatnya, tapi niat utama kita adalah untuk lembaga kita tercinta, jangan untuk diri kita dulu, biar nilai jihadnya ada,” terangnya.
*Humas Umsida