budaya korup

Budaya Korup Telah Menggerogoti Berbagai Lapisan Masyarakat

Umsida.ac.id – Fenomena korup terus bermunculan di Indonesia, yakni fenomena kebobrokan pada semua lini kehidupan. Tidak hanya pada aspek material, bahkan etika.

Banyak fenomena degradasi atau keroposnya moral dan etika yang melanda Indonesia. Hampir di semua aspek kehidupan. Ya, fenomena di mana aparat penegak hukum seperti polisi atau hakim terlibat dalam kejahatan atau bertindak tidak adil tidaklah jarang terjadi. Beberapa contoh fenomena serupa melibatkan penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, atau pelanggaran hak asasi manusia.

Lihat juga: Ulama dan Pemimpin Bisa Jadi Penyebab Rusaknya Negeri

Jika kita rincikan, ada banyak kejadiannya. Korupsi di kalangan Polisi, Pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh penegak hukum, hakim yang terlibat dalam korupsi atau tindakan tidak adil,  manipulasi bukti atau pemalsuan kasus, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat penegak hukum, keterlibatan hakim atau pengacara dalam kegiatan kriminal.

Dalam ranah sosial dan politik, juga terdapat berbagai fenomena yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, dan tindakan tidak etis. Korupsi tersebut diantaranya:

  1. Pelanggaran HAM
  2. Manipulasi politik dan pemilihan yang tidak adil
  3. Polarisasi sosial dan politik
  4. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi
  5. Kekerasan politik dan konflik
  6. Propaganda dan penyebaran disinformasi
  7. Haus kekuasaan seorang presiden di era demokrasi yang menghalalkan segala cara untuk menjadikan anaknya menjadi penguasa.

Namun apa yang dilihat tersebut hanyalah a tip of iceberg. Ia hanyalah ujung dari sebuah puncak gunung es yang nampak di permukaan laut. Padahal hal yang serupa itu yang lebih besar dan dahsyat tidak nampak di permukaan.

Iceberg itu seperti digambarkan tentang bagaimana adanya mafia di kepolisian, mafia di pengadilan; oligarki kekuasaan jahat yang selama ini diungkapkan para pakar di media sebagai musuh bersama yang tengah mengelilingi, untuk menghindari kata menguasai, the big boss.

Apakah ini hal yang wajar? Bagaimana kemudian menjelaskan hal ini? Sebuah tatanan sosial yang rusak, korup.

Korupsi hancurkan peradaban manusia
budaya korup
Ilustrasi: Unsplash

Mengingat deskripsi yang disampaikan oleh Robert Payne dalam bukunya The Corrupt Society: From Ancient Greece to Present-day America yang terbit 1 November, 1975. Buku kesekian Payne ini dimaksudkan sebagai anatomi korupsi sosial dari Zaman Periclean hingga pemerintahan Nixon.

Dalam masyarakat yang korup, Payne memulai dengan ilustrasi deskriptif yang seram, pada bagian awal bukunya, tentang “kerusakan” atau pembusukan tubuh manusia setelah kematian. Pembusukan ini mejalar perlahan-lahan ke seluruh tubuh. 

Ini menjadi metafora tentang tubuh politik untuk menjelaskan proses disintegrasi sosial. Ada daftar panjang dari “gejala” pembusukan sosial, Tindakan kerusakan/korup oleh anggota masyarakat akan membawa pembusukan yang menular ke seluruh organ tubuh.

Lihat juga: MK Perbolehkan Parpol Kampanye di Tempat Pendidikan, Pakar Hukum Umsida Beri Tanggapan

Kita postulatkan yang dialami masyarakat yang korup itu itu berawal dari bandar narkoba. Bandar narkoba menularkan pembusukan dengan penyebaran narkoba. Dan pembusukan itu pun telah menjalar dalam kepolisian kita. Dan kini telah nampak pertama kali ada serombongan polisi ditangkap karena terlibat narkoba dan “pesta” narkoba itu dipimpin seorang Kapolsek. Ke-12 polisi yang menggunakan narkoba itu seperti gerombolan mafia narkoba yang sedang beraksi, yang dipimpin bosnya, seorang kapolsek. Bagaimana pun kasus yang sangat memalukan ini merupakan deskripsi telak tentang pembusukan tersebut.

Sulitnya menemukan kebenaran

Proses pembusukan itu dimulai ketika bandar narkoba dan para polisi bejat itu berusaha untuk mengaburkan makna kebenaran, sehingga antara kebenaran dan kepalsuan tidak bisa lagi dibedakan, benar dan salah menjadi pudar batas-batasnya. Seperti dijelaskan oleh Jean Baudrillard dalam Simulacra dan Simulation (1981). Baudrillard menggambarkan tentang realitas hiper yakni ketika polisi yang telah sekaligus menjadi penjahat; hakim yang juga sekaligus melanggar hukum, dst.ketika kebenaran tidak bisa lagi dipegang nilainya. Kondisi ini dijelaskan sebagai simulacrum.

Pemujaan yang menunjukkan betapa irasionalnya perilaku konsumtif orang-orang yang rela melepas nilai yang diyakininya hanya untuk memuaskan nafsu, insting, dorongan dan impuls. Kolektivitas yang muncul adalah semu. Segerombolan orang riang gembira menikmati kebersamaan mereka. Kemudian kembali terpecah menjadi individu-individu yang menjemukan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Ini adalah sebuah simulakrum

Kehancuran dimulai dari rusaknya moral
budaya korup
Ilustrasi: Unsplash

Dalam bukunya yang berjudul Collapse: How Societies Choose to Fail or Survive, Prof. Jared Diamond menggambarkan kolapsnya berbagai peradaban dunia, mulai dari peradaban kuno di Montana, Kepulauan Pitcairn dan Henderson, Anasazi, Maya, Viking, Norse Greenland, hingga peradaban modern di Rwanda, Dominika, Haiti, China, dan Australia. 

Buku yang ditulis tahun 2004 itu menjelaskan faktor penghancur peradaban itu sangat beragam dan mungkin kompleks. Satu sama lain saling berkaitan. Dan, masyarakat memilih sendiri kehancurannya atau keselamatannya. Bisa jadi apa yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia saat ini merupakan indikasi bahwa kita memilih kehancuran kita sendiri.

Lihat juga: Tanggapi Judi Online, Pakar Hukum Umsida: Aparat Bisa Bekerjasama dengan Google

Bagi Diamond, sosok penulis yang bukunya Guns Germs and Steel merupakan favorit Bill Gates ini mengungkapkan persoalan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini adalah kendali diri Perilaku. Kendali diri perilaku yang bermuara pada akhlak ini berkontribusi besar pada keruntuhan peradaban.

Hal senada disampaikan oleh pakar sejarah peradaban dunia Prof. Arnold J. Toynbee (lahir 1889- wafat 1975)yang menyimpulkan, bahwa banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” dan bukan karena benturan dengan kekuatan luar. Toynbee tidak menekankan pada wacana clash of civilizations seperti yang digagas oleh Samuel Huntington yang menggambarkan kehancuran peradaban lain karena benturan, tetapi lebih menekankan pada aspek “peran dinamis agama dan spiritualitas dalam kelahiran dan kehancuran suatu peradaban.”

Dalam studinya yang mendalam dan panjang tentang kebangkitan dan kehancuran peradaban, Toynbee menemukan, bahwa agama dan spiritualitas memainkan peran yang luar biasa dalam jatuh dan bangunnya sebuah peradaban. Karena itu aspek spiritual memainkan peran sentral dalam mempertahankan eksistensi suatu peradaban. Peradaban yang telah hilang inti spiritualitasnya, maka ia akan mengalami penurunan bahkan kehancuran.

budaya korup
Ilustrasi: Freepik

Kesimpulan Diamond dan Toynbee di atas jauh-jauh waktu telah tercermin dalam buku berjudul “Muqadimah” yang ditulis Filsuf dan ilmuwan Ibnu Khaldun (lahir1332 – wafat1406). Khaldun menegaskan bahwa jika Tuhan berkehendak menghancurkan peradaban, mereka akan diuji dengan seberapa jauh konsistensi dan komitmen memegang nilai dan moralitas di saat kemaksiatan merebak dimana-mana.

Ibn Khaldun mengidentifikasi tanda-tanda negara yang mendekati kehancuran. Diantaranya adalah kekurangan lapangan pekerjaan. Ibn Khaldun mengatakan: “Ketahuilah bahwa apabila kerja sudah tidak ada lagi, atau telah kurang, maka itu berarti Allah telah mengizinkan agar laba dihilangkan”. 

Dengan demikian keadaan suatu negara yang sudah mencapai usia senja itu ditandai dengan terjadinya krisis ekonomi. Berbagai faktor lain yang dapat menyebabkan percepatan kehancuran suatu negara adalah berhubungan dengan moralitas. Akhlak, budi pekerti dan kesusilaan yang terdapat dalam masyarakat makin lama makin menurun, sehingga menciptakan suatu bentuk kebobrokan moral.

Penulis: Kumara Adji

Berita Terkini

workshop open data Jawa Timur
Open Data Jadi Kunci Analisis Berbasis Bukti dalam Workshop Statistik Sektoral Seri 11
August 25, 2025By
Umsida dan Pemkab Sidoarjo
Pertemuan Umsida dan Pemkab Sidoarjo, Bahas Kolaborasi Strategis dalam Pengembangan Potensi Daerah
August 20, 2025By
Fikes Expertise
FIKES Xpertise, Program Fikes Umsida Edukasi Kesehatan Remaja
August 19, 2025By
BPH Umsida dan BPH Umri
BPH Umsida Sambut Kunjungan BPH Umri, Bahas 3 Topik Ini
August 19, 2025By
Edukasi Kesehatan Reproduksi Fikes Umsida
Fikes Umsida Galakkan Edukasi Kesehatan Reproduksi di SMA An Nur Malang
August 18, 2025By
petugas upacara Umsida di HUT RI ke-80 2
Jadi Petugas Upacara HUT RI ke-80, Mahasiswa Umsida Tunjukkan Semangat Nasionalisme
August 18, 2025By
kesejahteraan Indonesia 1
80 Tahun Indonesia Merdeka dan Kesejahteraan Masih Menjadi Persoalan, Ini Langkah Solutifnya
August 17, 2025By
upacara HUT RI ke 80 Umsida
Upacara HUT RI ke-80, Momen Penguatan Semangat Persatuan dan Kedaulatan
August 17, 2025By

Riset & Inovasi

inovasi bell kuis
Bell Kuis, Inovasi Tim PKM Umsida Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa SD Muhammadiyah 5 Porong
August 14, 2025By
pendampingan UMKM Opak Samiler-min
Tingkatkan Optimasi Produksi Opak Samiler, Tim Abdimas Umsida beri Bantuan Mesin
August 13, 2025By
SFMS dosen Umsida
Dosen Umsida Kenalkan SFMS di ITBAD Lamongan, Permudah Manajemen File
August 8, 2025By
alat pasteurisasi susu
Alat Pasteurisasi Susu, Inovasi Dosen dan Mahasiswa Umsida Bantu Mudahkan Peternak
July 31, 2025By
riset dan inovasi DRPM Umsida
Umsida Kembangkan Riset dan Inovasi Melalui Seminar, Pameran, dan Diseminasi dengan 3 Kampus
July 16, 2025By

Prestasi

mahasiswa Umsida lolos Magang Berdampak 3
Lolos Program Magang Berdampak, Mahasiswa Psikologi Umsida Siap Hadapi Dunia Kerja
August 27, 2025By
mahasiswa Umsida juara 2 pencak silat nasional
Raih Juara 2 Nasional, Mahasiswa Ini Tak Hanya Tanding Silat, Tapi Juga Kepemimpinan
August 15, 2025By
Umsida Perguruan Tinggi Swasta Terbaik
Mengenal Umsida, Perguruan Tinggi Swasta Terbaik di Sidoarjo dan Jawa Timur
August 12, 2025By
mahasiswa FPIP Umsida sabet emas pencak silat 6
2 Mahasiswa FPIP Umsida Sabet Emas di Kompetisi Bela Diri Nasional
August 9, 2025By
prestasi atlet psikologi Umsida
Capaian Prestasi Bertambah, Mahasiswa Psikologi Umsida Juara 1 IPSI Malang Championship
August 1, 2025By