Umsida.ac.id – Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) kembali menorehkan prestasi membanggakan melalui laporan program studi D4 Manajemen Informasi Kesehatan (MIK).
Lihat juga: Lolos Kilab 2025, Fikes Umsida Kolaborasi Buat Mannequin Akupresur dengan LED dan Audio Indicator
Alfinda Ayu Hadikasari STr RMIK MKes, berhasil meraih penghargaan Best Presenter 1 dalam ajang Penyusunan Artikel Karya Inovasi Laboran & Tenaga Kependidikan yang diselenggarakan oleh Majelis DIKTI Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada (25/10/2025).
Ia membuat inovasi ini bersama rekannya Nova Mellania STr RMIK dan didampingi oleh dosen pembimbing Laili Rahmatul Ilmi AMd S KM MPH.
Alfinda mengembangkan karya inovatif berjudul “Augmented Reality (AR) of Medical Terminology (Cardiovascular System): Pengembangan Innovation Card sebagai Media Praktikum Kodifikasi Diagnosa untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa.”
Karya ini menjadi bentuk pengembangan dari produk sebelumnya yang hanya berupa flashcard terminology medis.
Kini, inovasi tersebut bertransformasi menjadi media pembelajaran berbasis teknologi Augmented Reality (AR) yang interaktif dan menyenangkan bagi mahasiswa.
Inovasi Mewujudkan Media Belajar yang Menarik

Dalam wawancara, Alfinda menjelaskan bahwa ide inovasi ini berangkat dari pengalaman langsung di laboratorium dan keluhan mahasiswa saat menjalani praktikum.
Menurutnya, banyak mahasiswa menganggap mata kuliah terminologi medis sulit karena memerlukan hafalan yang cukup banyak.
“Selama proses praktikum, banyak keluhan dari mahasiswa kalau belajar termin itu susah, banyak yang harus dihafalkan,” ujar Alfinda.
Padahal, imbuhnya, mereka akan terus bertemu dengan mata kuliah kodifikasi di setiap semester, dan terminologi ini adalah dasar penting agar bisa memberikan koding diagnosa atau tindakan secara tepat.
Melihat kebutuhan tersebut, Alfinda bersama tim berinisiatif untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Dari sinilah lahir innovation card berbasis AR yang memungkinkan mahasiswa berinteraksi langsung dengan visual tiga dimensi sistem kardiovaskular.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama pengembangan ini bukan hanya untuk mengikuti lomba, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan.
“Alasan pengembangannya ingin mewujudkan media praktikum yang menarik dan menyenangkan,” ungkapnya.
Dengan semangat tersebut, ia pun mendaftarkan karya ini ke ajang inovasi nasional untuk mendiseminasikan hasil karyanya agar bisa menginspirasi tenaga kependidikan lainnya.
“Awalnya hanya ingin mendiseminasikan karya yang sudah dibuat dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah, diberikan rezeki bisa jadi Best Presenter,” tuturnya dengan penuh syukur.
Perjalanan Persiapan dan Tantangan Menuju Prestasinya

Mewujudkan media pembelajaran berbasis AR tentu bukan hal yang mudah. Alfinda dan tim mengaku melalui serangkaian uji coba berulang hingga akhirnya mendapatkan hasil terbaik.
“Proses persiapannya cukup panjang, kami melakukan beberapa kali trial untuk mewujudkan AR yang stabil dan responsif,” jelasnya.
Setelah inovasi tersebut terbentuk, tahap berikutnya adalah penyusunan artikel ilmiah dan persiapan presentasi.
Mereka membuat video presentasi yang menjelaskan alur pengembangan, menyusun artikel secara sistematis, serta merancang PowerPoint interaktif untuk sesi pemaparan.
“Kami melatih cara penyampaian dengan memperhatikan poin-poin penting dari karya inovasi agar bisa tersampaikan dalam waktu yang singkat, karena durasi presentasi hanya 10 menit. Saya juga berlatih intonasi suara agar pesan bisa tersampaikan dengan lebih berkesan,” terang Alfinda.
Namun di balik prestasi itu, ada perjuangan yang cukup menantang. Produk inovasi mereka baru selesai secara sempurna hanya tiga hari sebelum batas pengumpulan artikel.
“Tantangan terbesar saat menyusun artikel adalah produk inovasi baru fix jadi H-3 sebelum deadline. Jadi kami harus berburu waktu untuk menyelesaikan artikel, membuat video presentasi, dan menyiapkan PPT,” ungkapnya.
Meski waktu persiapan sangat terbatas, Alfinda merasa semua usaha terbayar lunas saat bisa tampil maksimal dan lancar dalam presentasi. “Alhamdulillah saat proses presentasi berlangsung tidak ada kendala, semuanya berjalan lancar,” tambahnya.
Inovasi Alfinda menunjukkan bahwa tenaga laboran memiliki peran strategis dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan mendukung pengembangan teknologi pendidikan kesehatan.
Lihat juga: Permudah Belajar Kodifikasi, Laboran MIK Umsida Buat 107 Flash Card
“Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk mahasiswa dan menjadi langkah awal bagi kami untuk terus berinovasi di bidang laboratorium dan pendidikan kesehatan,” pungkasnya.
Penulis: Elfira Armilia



















