Umsida.ac.id – Fenomena turunnya air hujan di Jakarta yang mengandung mikroplastik kini menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan, termasuk pakar kesehatan.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK Umsida), dr Aldilatama Herisulistyo, menjelaskan bahwa partikel mikroplastik dapat mencemari udara dan ikut turun bersama air hujan akibat proses pembakaran plastik yang tidak terkendali.
Lihat juga: Mikroplastik dalam Tubuh Manusia, Dosen Umsida: Sudah Dijumpai dalam Bentuk Penyakit yang Meningkat
“Ketika material plastik terurai di alam namun bersama dengan tanah sekitar yang bukan area pembuangan khusus plastik, partikel kecilnya bisa terbawa angin dan aliran air dalam proses penguapan dan pembentukan air hujan,” jelas dr Aldi.
Dari arus tersebut, katanya, partikel itu akhirnya turun kembali ke bumi bersama air hujan.
Bahaya Mikroplastik bagi Tubuh dan Generasi Mendatang

Lebih lanjut, dr Aldilatama mengungkapkan bahwa paparan mikroplastik memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia, terutama karena sifat racunnya terhadap material genetik.
Lantas, ia mengutip penelitian yang dilakukan Winiarska, dkk., di Polandia tahun 2024, yang mengatakan bahwa paparan mikroplastik dapat menjadi racun bagi material genetik manusia.
“Perlahan, paparan ini bisa mengubah susunan genetik dan merusaknya hingga menghasilkan kelainan gen,” tutur dosen yang sedang menyelesaikan pendidikan di bidang Magister Biomedis FK Unair itu.
Beberapa kelainan gen tersebut seperti polimorfisme, gen pembentuk penyakit akibat kelainan metabolisme tubuh. Bisa juga menyebabkan sister chromatid exchange (SCE), dan micronucleus formation.
Semua kelainan gen, imbuh dr Aldi, akan menghasilkan penyakit kelainan pada keturunan yang nampak maupun secara lambat akan diketahui di kemudian hari.
Hal ini tentu menjadi kekhawatiran untuk kehidupan dan kekuatan generasi penerus di masa depan.
Tubuh dapat menyerap partikel kecil ini melalui sistem pernapasan dan pencernaan, menyebabkan gangguan pada berbagai organ.
“Akibatnya, banyak masalah kesehatan yang timbul. Di sistem pernapasan bisa terjadi seperti asma, pneumonia, dan kanker,” terang dosen departemen Farmakologi FK Umsida itu.
Sedangkan pada saluran pencernaan, paparan ini bisa menyebabkan penyakit radang usus, dan gangguan”“bakteri-bakteri baik” pada saluran cerna.
Dan pada susunan saraf, mikroplastik bisa menyebabkan kelelahan dan pusing yang
sering tanpa sebab yang jelas.
“Bahaya jangka panjangnya adalah kerusakan genetik, racun, dan kematian bagi sel-sel tubuh secara perlahan-lahan tanpa disadari yang dapat memicu penyakit kelainan genetik dan kanker,”
Organ yang paling sering terdampak antara lain paru-paru, usus, pankreas, dan saluran kemih, karena area tersebut kerap terpapar mikroplastik melalui udara dan air
dr Aldi mengatakan bahwa kelompok usia bayi menjadi yang paling rentan terhadap dampak ini.
“Bayi baru lahir lebih berisiko karena terpapar sejak dini, misalnya melalui bahan plastik jenis BPA yang banyak digunakan pada kemasan makanan. Penelitian bahkan menunjukkan hubungan antara paparan BPA dan meningkatnya risiko alergi pada bayi,” jelasnya.
Usia anak dan dewasa sudah mengalami adaptasi terhadap mikroplastik. Namun perlu diingat bahwa ada bahaya jangka panjang bagi kelompok usia ini.
“Melihat fakta ini, mari kita kurangi pemakaian plastik sedini mungkin,” ajaknya.
Mengurangi Risiko Mikroplastik Melalui Edukasi dan Regulasi
dr Aldi menekankan bahwa mikroplastik tidak dapat dihindari sepenuhnya, namun efeknya bisa diminimalkan melalui kesadaran dan pengelolaan yang tepat.

Ia menyebut empat langkah utama yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak mikroplastik bagi kesehatan dan lingkungan.
“Pertama, setiap orang harus mulai sadar mengendalikan penggunaan plastik. Jangan gunakan wadah plastik untuk air panas atau makanan bersuhu tinggi karena dapat melepaskan partikel berbahaya,” paparnya.
Kedua, perlu dikembangkan material plastik ramah lingkungan atau biodegradable yang bisa terurai oleh alam dengan aman.
Ketiga, ada edukasi publik secara masif dan berbasis ilmiah tentang bahaya mikroplastik agar masyarakat memahami dampaknya terhadap kesehatan dan ekosistem.
Keempat adalah memperkuat regulasi dan standarisasi berdasarkan aspek hukum dan ilmiah yang sejalan dalam menetapkan penegakan hukum kepada setiap lini.
Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bersinergi menetapkan batas aman penggunaan plastik serta menerapkan sanksi bagi pelanggaran lingkungan.
Lihat juga: 7 Cara Sederhana untuk Mengurangi Paparan Mikroplastik
“Perlu ada kebijakan yang jelas untuk mengatur konsentrasi aman penggunaan plastik dan menegakkan hukum kepada semua pihak yang lalai bahkan tidak peduli terhadap kesehatan lingkungan” tutupnya.
Sumber: dr Aldilatama Herisulistyo,
Penulis: Romadhona S.



















