Umsida.ac.id – Pengasuhan bayi usia 1 bulan yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan menjadi perhatian banyak pihak, terutama setelah viralnya orang tua yang membawa bayi mereka ke playground.
Terkait hal ini, dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Evi Rinata dari memberikan opininya tentang dampak dari tindakan tersebut serta pentingnya edukasi pengasuhan bayi.
Lihat juga: Psikolog Umsida: Kasus Alvaro Jadi Cermin Rapuhnya Hubungan Anak dengan Orang Tua Tiri
Playground Bukan untuk Semua Usia
Menurut Evi, kasus bayi di playground ini mencerminkan rendahnya pemahaman tentang tahapan tumbuh kembang bayi atau developmental milestones.
“Bayi usia neonatus atau baru lahir belum berada pada fase eksplorasi lingkungan secara optimal, baik secara motorik maupun sensorik,” jelasnya.
Ia berpendapat bahwa aktivitas seperti di playground pada dasarnya dirancang untuk anak yang sudah memiliki kontrol kepala, koordinasi otot, dan sistem sensorik yang lebih matang.
Evi menjelaskan bahwa usia bayi 1 bulan adalah periode yang sangat bergantung pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti nutrisi dan kenyamanan fisik.
Pada usia ini, bayi belum siap untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang menuntut seperti di playground.
Ia menjelaskan bahwa ketika orang tua memaksakan aktivitas yang tidak sesuai dengan usia bayi, hal tersebut bukanlah bentuk stimulasi yang positif.
Sebaliknya, hal itu dapat menyebabkan overstimulasi yang tidak diperlukan dan beresiko membahayakan perkembangan bayi.
Selain itu, Evi juga mengingatkan pentingnya memberikan perhatian khusus terhadap aspek tumbuh kembang bayi yang lebih dini, termasuk stimulasi yang tepat dan bertahap sesuai dengan tahap perkembangannya.
Risiko Medis dari Kasus Bayi di Playground

Bayi yang masih berusia 0–1 bulan berada dalam fase adaptasi ekstrauterin. Tubuh mereka belum sepenuhnya siap untuk melakukan aktivitas fisik yang berat atau kompleks.
Evi menyebutkan bahwa adanya stimulasi berlebihan pada usia ini dapat mempengaruhi kesehatan bayi secara fisik dan emosional.
Beberapa resiko medis yang dapat terjadi akibat stimulasi berlebihan atau tidak sesuai usia menurut Evi antara lain:
- Gangguan stabilitas leher dan tulang belakang, karena otot leher belum mampu menopang kepala dengan baik.
- Overstimulasi sistem saraf, yang dapat menyebabkan bayi menjadi rewel, sulit tidur, dan stres fisiologis.
- Peningkatan risiko infeksi, terutama di area publik seperti playground, karena sistem imun bayi masih sangat imatur.
- Kelelahan dan gangguan regulasi fisiologis, termasuk gangguan suhu tubuh dan pernapasan.
Dampak Pengasuhan yang Tidak Tepat
Evi menegaskan bahwa pola pengasuhan yang tidak tepat pada usia dini dapat mempengaruhi perkembangan neurologis dan psikologis anak di kemudian hari.
Pada periode emas perkembangan otak (golden period), otak bayi membutuhkan stimulasi yang tepat, bertahap, dan responsif agar dapat berkembang dengan baik.
“Overstimulasi atau stimulasi yang tidak sesuai usia dapat memengaruhi proses pematangan neurologis, terutama dalam regulasi stres dan emosi,” jelasnya.
Selain itu, pola kelekatan (attachment) antara bayi dan orang tua juga sangat dipengaruhi oleh cara pengasuhan di usia dini.
Pengasuhan yang salah atau tidak sesuai dapat mengganggu pembentukan ikatan emosional yang kuat, yang merupakan dasar dari perkembangan psikologis anak.
“Jika bayi sering berada dalam situasi yang tidak nyaman, seperti overstimulasi, maka pola kelekatan dan pengaturan emosi anak bisa terganggu,” kata Evi.
Pada masa mendatang, anak yang mengalami overstimulasi atau pengasuhan yang tidak tepat pada usia dini dapat menghadapi masalah dalam mengatur emosinya, serta mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.
Sinergi Nakes dan Orang Tua

Evi menekankan bahwa tenaga kesehatan, khususnya bidan, memegang peran strategis dalam memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai tumbuh kembang bayi.
“Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan edukasi yang preventif melalui konseling antenatal dan postnatal, serta responsif terhadap isu-isu viral yang berkembang di masyarakat,” jelasnya.
Evi juga mengingatkan orang tua muda untuk lebih bijak dalam memilih sumber informasi mengenai pengasuhan bayi.
“Tidak semua yang terlihat menarik di media sosial baik untuk bayi. Semoga orang tua lebih mempercayai tenaga kesehatan dan sumber ilmiah yang terpercaya sebagai referensi utama dalam pengasuhan,” ujarnya.
Lihat juga: Inovasi Dosen Umsida untuk Bantu Orang Tua ABK Mendapat Penghargaan di KISI 2025
Ia juga menekankan bahwa pengasuhan bayi yang baik harus berfokus pada kebutuhan dasar bayi seperti kehangatan, nutrisi, tidur yang cukup, dan rasa aman, bukan sekadar mengikuti tren di media sosial.
Penulis: Romadhona S.



















