Umsida.ac.id – Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FPIP Umsida) menginisiasi program pengabdian masyarakat di bidang pendidikan yang dicetus oleh komunitas Activist of Education (Action).
Komunitas ini digagas oleh seorang alumni FPIP yang aktif di BEM dan berlanjut hingga sekarang..
Program Action memiliki visi besar untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat, terutama dalam hal peningkatan kualitas pendidikan anak-anak desa.
Lihat juga: Berkesempatan Mengajar di Sekolah Rakyat, Ini Pendapat Dosen Umsida
Action memiliki visi besar untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat, terutama dalam hal peningkatan kualitas pendidikan anak-anak desa.
Program ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan melalui kegiatan nyata di tengah masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan anak-anak.
Abdimas ini berlangsung setiap tahun dan dilaksanakan oleh kolaborasi beberapa program studi seperti PGSD, psikologi, Akuntansi, dan Manajemen.
Kali ini, Program Action dilaksanakan pada 1 Agustus 2024 – 31 Oktober 2025.
Aksi Nyata Mahasiswa Umsida dalam Program Action

Menurut penjelasan dari Diva Aurel, salah satu anggota Action, kegiatan ini dilaksanakan secara rutin selama dua kali dalam seminggu di empat wilayah pengabdian berbeda, yaitu Buduran, Candi, Wonoayu, dan Porong.
Dan setiap pendampingan pendidikan ini, ada sekitar lima mahasiswa yang bertugas.
“Masing-masing wilayah memiliki jadwal pelaksanaan tersendiri agar mahasiswa dapat membagi waktu dengan efektif tanpa mengganggu kegiatan akademik,” terangnya.
Misalnya di wilayah Buduran dan Candi yang dilaksanakan setiap Sabtu dan Ahad. Lalu di wilayah WOnoayu dan Porong yang dilaksanakan setiap Jumat dan Sabtu.
Biasanya, kata Diva, kegiatan Action dimulai pada pukul 18.00 WIB, kecuali wilayah Porong yang dimulai lebih awal, yakni pukul 16.00–17.00 WIB.
Keempat wilayah tersebut melaksanakan kegiatan di balai desa masing-masing agar mudah diakses oleh anak-anak dan masyarakat setempat, seperti di Balai Desa Ploso (Wonoayu), Gelam (Candi), Sukorejo (Buduran), dan Kedungsolo (Porong).
“Dengan jadwal yang teratur dan lokasi yang strategis, kami bermaksud agar Action dapat memberikan kesempatan belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak-anak desa,” tutur Diva.
Semangat Tinggi Teruskan Program Action

Kesuksesan program Action tidak lepas dari proses persiapan yang matang.
Sebelum pelaksanaan, tim mahasiswa melakukan rapat koordinasi internal untuk menyusun strategi pembelajaran, membagi peran, serta mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran sederhana.
Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab tertentu, mulai dari penyusunan materi, penyiapan alat peraga, hingga perencanaan kegiatan interaktif.
Diva menjelaskan bahwa keberadaan jadwal yang jelas membantu tim Action untuk bekerja lebih terarah.
“Dengan adanya jadwal, kami bisa menyiapkan materi lebih matang dan anak-anak juga terbiasa dengan rutinitas belajar yang teratur,” ujarnya.
Kegiatan yang dilakukan bukan hanya sebatas pembelajaran akademik, tetapi juga melibatkan berbagai aktivitas kreatif dan edukatif seperti permainan interaktif, kerajinan tangan, serta kegiatan kelompok yang menumbuhkan rasa percaya diri dan kebersamaan pada anak-anak.
Antusiasme peserta menjadi salah satu pendorong utama semangat mahasiswa dalam menjalankan program ini.
Anak-anak terlihat aktif, ceria, dan semangat mengikuti setiap sesi pembelajaran, bahkan tidak jarang mereka meminta kegiatan tambahan atau bertanya lebih lanjut setelah sesi berakhir.
“Adik-adik sangat antusias, mereka senang saat ada permainan edukatif atau kegiatan kreatif yang kami siapkan,” tambah Diva.
Ia menjelaskan bahwa kesan yang ditinggalkan pada anak-anak pun sangat positif.
Mereka merasa senang karena bisa belajar dengan cara yang menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya.
Melalui kegiatan ini, Diva berharap dapat menjadi bagian dari solusi atas keterbatasan akses pendidikan nonformal di wilayah pedesaan.
Lihat juga: Strategi Meningkatkan Jumlah Siswa dan Layanan Pendidikan di Jawa Timur
“Semoga bisa terus berlanjut dan berkembang, menjangkau lebih banyak anak di desa lain, serta memberikan dampak nyata bagi peningkatan semangat belajar anak-anak,” ungkap Diva.
Penulis: Nabila Wulyandini



















