Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) memiliki satu kegiatan rutin yang diikuti oleh para mahasiswa baru sebelum mereka menjalankan perannya di perkuliahan.
Pendidikan Karakter Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PKMU) telah dimulai.
Tahun ini, sebanyak 2.400 mahasiswa mengikuti kegiatan PKMU selama tiga pekan berturut turut.
Lihat juga: Pendidikan Karakter Jadi Fondasi Fasilitator untuk Membimbing PKMU
PKMU adalah bagian dari upaya untuk membentuk pribadi karakter mahasiswa yang ketika lulus nanti mereka memiliki kompetensi baik itu kepribadian, sosial, maupun pengetahuan sesuai dengan visi misi umum umsida.
Kegiatan ini merupakan ciri khas Umsida dalam menanamkan pendidikan karakter kepada mahasiswanya.
Direktur Direktorat Al Islam dan Kemuhammadiyahan Umsida, Drs Muadz MAg mengatakan bahwa cara perguruan tinggi menanamkan pendidikan karakter kepada mahasiswa itu berbeda-beda, ada yang melalui kursus pembiasaan ada juga ceramah dan sebagainya.
“Namun sebetulnya hal tersebut memiliki tujuan yang sama yakni membentuk karakter atau pribadi mahasiswa menjadi insan kamil, yaitu manusia sempurna. Namun cara pelaksanaannya saja yang berbeda,” terangnya.
Moral Jadi Fokus Utama dalam Pendidikan Karakter di Era Digital

Dengan berkembangnya zaman, tentu saja mahasiswa memiliki karakter yang berbeda dari yang dulu.
Drs Muadz mengatakan bahwa dalam PKMU ini, materi yang dicanangkan sama dengan apa yang telah diterapkan oleh Rasulullah.
Beberapa materi tersebut, imbuhnya, seperti akidah, ibadah, dan akhlak.
“Ketiga hal tersebut sejatinya hampir seimbang. Namun yang menjadi catatan di era sekarang adalah yang ketiga yakni akhlak atau moral,” ujar dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan tersebut.
Menurutnya, hal tersebut sangatlah penting melihat transformasi digital dan teknologi yang semakin pesat.
Lebih lanjut, Drs Muadz Ibaratkan moral dalam sebuah pohon. Ia mengatakan bahwa akidah merupakan akal, ibadah bisa dikatakan sebagai dahan dan ranting, sedangkan akhlak adalah buahnya.
“Mungkin kita bisa menanam pohon itu, sudah tumbuh subur dan berdaun, namun belum juga berbuah. Itu menjadi salah satu tantangan yang sedang kita hadapi sekarang,” terangnya.
Untuk mengajarkan pendidikan karakter dalam hal moral, selama dua tahun ini PKMU dilaksanakan tak hanya melalui model pembelajaran baik itu di dalam kelas maupun pembiasaan, tetapi juga produk.
Drs Muadz menjelaskan bahwa PKMU juga menerapkan pendidikan karakter melalui proyek sesuai dengan yang telah dicanangkan Umsida.
Para mahasiswa membuat proyek berupa video perubahan perilaku yang akan disebarkan di berbagai media sosial.
“Produk itulah yang bisa membina karakter. Hasil dari proyek nanti berupa percontohan perilaku yang nanti akan membina diri mereka untuk ditularkan ke masyarakat,” ujar Drs Muadz.
Pembiasaan Nilai Karakter Sebagai Bekal Sepanjang Hayat

Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter di Umsida menekankan pentingnya kedisiplinan dan keteladanan.
Oleh karena itu, sebelum dilaksanakannya PKMU, DAIK Umsida telah menggelar training of trainers kepada para fasilitator, yaitu pendamping mahasiswa selama PKMU agar bisa memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa.
Dengan adanya PKMU ini, Drs Muadz mengungkapkan bahwa pribadi baik tidak hanya secara pribadi saja, karena pribadi baik juga berarti berkontribusi untuk masyarakat.
“Itulah yang terus kami coba tanamkan di pelaksanaan PKMU ini,” ujar dosen lulusan S2 UMM itu.
Lantas, ia berpesan kepada para mahasiswa agar mengikuti pendidikan karakter dengan sebaik-baiknya.
Dan ia menekankan bahwa karakter tidak hanya terbina selama selama beberapa pekan saja, tapi selamanya.
“Oleh karena itu, semua kebiasaan baik selama PKMU juga harus diteruskan setelahnya. Begitu juga dengan pergaulan mereka selama pendidikan karakter bisa ditularkan ke teman-teman lainnya,” tutur Drs Muadz.
Lihat juga: Umsida Bekali Para Fasilitator PKMU 2025-2026 Hadapi Tantangan Pendidikan Karakter
Karena kebiasaan-kebiasaan selama pendidikan karakter, imbuhnya, bisa membentuk karakter seseorang bukan hanya beberapa saat, melainkan selamanya.
Penulis: Romadhona S.



















