Umsida.ac.id – Selama dua hari satu malam, Direktorat Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (DAIK Umsida) bersama para fasilitator Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida (PKMU) mengadakan Training of Trainers (ToT) bagi para fasilitator PKMU di Graha Umsida, (23-24/8/2025).
Lihat juga: DAIK Umsida Pastikan Fasilitator PKMU Miliki Wawasan Islami dan Karakter Unggul
Ketua Pelaksana, Ima Faizah SP MPdI, menjelaskan bahwa ToT menjadi tahap wajib sebelum fasilitator bertugas.
“Fasilitator yang telah ditetapkan ini harus sudah melalui proses ToT ini,” ungkapnya.
Berbagai Model Belajar untuk Fasilitator
Di kegiatan ini para fasilitator tidak hanya mendapatkan materi dasar tentang ibadah dan akhlak saja, tapi juga berbagai kegiatan lain yang bertujuan untuk menguatkan bonding antar peserta dan juga cara membimbing mahasiswa.
Setiap sebelum dan seusai materi, para fasilitator mengerjakan pretest dan post test sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan mereka.
Selain itu, ToT ini juga berbentuk proyek kelompok yang bertujuan untuk mendalami materi yang telah mereka dapatkan. Di sini mereka mempresentasikan pandangan terhadap kondisi yang telah diberikan oleh pemateri.
Fasilitator juga mendapatkan pelajaran tentang micro teaching yang sesuai dengan tugas mereka dalam mengelola kelas selama PKMU.
Di kegiatan ini para fasilitator juga mendapatkan penjelasan tentang kewajiban dan rambu-rambu yang harus dipegang selama pelaksanaan tugas PKMU. Hal tersebut tertuang dalam kode etik fasilitator.
“Kemudian fasilitator tersebut menandatangani pakta integritas bahwa dia benar-benar bertanggung jawab dan melaksanakan tugas dengan baik,” jelas Ima.
Dalam ToT, DAIK dan para fasilitator juga membangun solidaritas dan teamwork karena mereka berasal dari berbagai Prodi dan angkatan yang berbeda-beda.
“Harapannya akan terbentuk sinergi antar fasilitator. Karena kami juga membangunnya melalui kegiatan outbound dan kegiatan yang menyenangkan,” ujarnya.
Solidaritas dan Sinergi Fasilitator PKMU
Direktur DAIK Umsida, Drs Muadz MAg, menyampaikan bahwa para fasilitator PKMU tidak hanya dituntut memiliki kompetensi, tetapi juga solidaritas.
“Kalian juga sudah menandatangani pakta integritas yang merupakan janji para fasilitator yang telah siap untuk mengabdikan diri untuk membimbing mahasiswa Umsida,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa PKMU merupakan penerapan kurikulum kokurikuler, yaitu kegiatan pendukung akademik yang berfokus pada pembentukan karakter Islami mahasiswa.
Lantas ia mengutip surat Al Ankabut ayat 69:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ٦٩
Artinya:
Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.
“Jadi yang kita lakukan nanti, merupakan jihad fisabilillah jika diikuti dengan niat tulus, ikhlas, dan mental yang kuat. Hal tersebut bisa menjadi amal ibadah yang diridhoi Allah,” kata Drs Muadz.
Ia berharap kepercayaan yang telah dipupuk selama dua hari ini, bisa dijalankan dengan baik.
Oleh karena itu, imbuhnya, para fasilitator harus mempersiapkan semuanya dengan matang sebelum bertugas mendampingi mahasiswa selama sekitar satu semester nanti.
Pengalaman Fasilitator PKMU Menjadi Inspirasi
Salah satu fasilitator PKMU, Banna Nidham Ulhaq, membagikan pengalamannya mengikuti ToT.
Ia sudah menjadi fasilitator PKMU sejak 2 tahun lalu, dan masih berlanjut hingga sekarang, saat ia sudah semester 8. Awalnya, Banna merasakan adanya ketertarikan dengan program PKMU.
“Latar belakang saya bukan Muhammadiyah, jadi saya tertarik untuk mendalami Muhammadiyah dan mengamalkannya. Intinya saya ingin mencari ilmu dan mengamalkannya saja,” ungkapnya.
Untuk menjadi fasilitator PKMU, Banna Mengikuti berbagai rangkaian tes mulai dari seleksi administrasi, wawancara, psikotes, dan proses seleksi lain yang menyangkut akhlak, ibadah, dan Kemuhammadiyahan.
Secara keseluruhan, ia tidak mengalami hal yangs sulit ketika mengikuti seleksi. Namun
Banna mengaku harus memahami muamalah dari ibadah tersebut. Ia merasa pemahaman tersebutlah yang paling memakan proses.
“Di sini saya mendapatkan panduan baru dan ternyata ada beberapa hal yang memang harus dipahami ulang terutama tentang ibadah secara serius,” ujar mahasiswa Prodi PAI itu.
Terlebih, imbuhnya, jika ibadah tersebut tidak ada dasarnya maka akan menjadi kurang baik.
Setelah terpilih menjadi fasilitator PKMU, mulai tanggal 5 Oktober nanti ia akan membimbing dan membantu mahasiswa baru setelah masa Forum Ta’aruf Mahasiswa (Fortama) dalam kegiatan PKMU.
“Ini adalah bentuk implementasi dalam mendakwahkan Al Islam dan Kemuhammadiyahannya,” terangnya.
Banna berencana untuk tetap melanjutkan tugasnya sebagai fasilitator PKMU.
Konsistensinya ini didasari pada beberapa hal yang pertama ini merupakan menjadi ladang amal dan dakwahnya.
“Saya punya idealisme tersendiri yaitu apapun pekerjaan saya, saya harus tetap mengajar atau membagikan ilmu yang sudah saya dapatkan,” kata Banna.
Menghadapi mahasiswa dari tahun ke tahun yang berbeda-beda, membuatnya harus pandai membuat metode belajar dan bimbingan ibadah kepada mereka.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri karena menurutnya semakin ke sini, bentuk kenakalan mahasiswa juga semakin kompleks.
Lihat juga: Umsida Bekali Para Fasilitator PKMU 2025-2026 Hadapi Tantangan Pendidikan Karakter
“Tapi kita harus mencari solusi untuk menghadapi hal tersebut, pendekatannya juga harus berbeda,” tutupnya.
Penulis: Romadhona S.