Umsida.ac.id – Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK Umsida) menyelenggarakan Seminar Leadership bertajuk “Membangun FK yang Unggul dan Berdaya Saing Global” pada Senin, (14/04/2025) di Lab Governance Kampus 1 Umsida.
Lihat juga: Umsida Resmi Buka Prodi Kedokteran Tahun Akademik 2025-2026, Siap Lahirkan Dokter Profesional
Seminar tersebut menghadirkan narasumber utama Dr dr Flora Ramona SP MKes SPDVE Dipl STD-HIV/AIDS FINSDV FAADV, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam seminar tersebut, dibahas tiga topik utama yaitu strategi kepemimpinan transformatif di dunia pendidikan kedokteran, peningkatan daya saing Fakultas Kedokteran di tingkat nasional dan internasional, serta manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), dan inovasi dalam pendidikan kedokteran.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan serta menginspirasi jajaran pimpinan dan tenaga pendidik FK Umsida agar mampu mengembangkan kualitas pendidikan kedokteran yang lebih unggul dan mampu bersaing secara global.
Seminar ini diikuti oleh para dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan FK dan FKG Umsida yang antusias menyerap ilmu serta pengalaman yang dibagikan oleh narasumber.
Aspek Penting dalam Transformasi Pendidikan Kedokteran
“Sekarang semua harus berjalan cepat. Jangan hanya berpikir bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan besok pasti lebih baik dari hari ini. Kita harus memikir FK dan FKG lain itu berapa jaraknya dengan kita. Di taraf nasional posisi kita dimana? Itu juga harus dipikiran,” terangnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, ada beberapa aspek penting yang perlu disimak dalam transformasi pendidikan kedokteran.
Yang pertama yakni kurikulum yang adaptif berbasis kompetensi dan teknologi seperti SKDI 2012 dan penerapan blended learning.
“Yang kedua yaitu penguatan karakter, etika, dan nilai keislaman. Kami memiliki program tahajjud bersama bersama dosen, tendik, dan mahasiswa. Lalu semua model, disesuaikan dengan peran keluarga dan keislaman,” katanya.
Kemudian yang ketiga, Dr Flora menjelaskan tentang peningkatan kapasitas dosen dan kolaborasi riset.
“Nanti bisa membuat camp agar bisa lebih fokus. Jadi dosen yang memang memiliki kelebihan dalam melakukan riset, maka ia bisa lebih difokuskan ke bidang tersebut. Kita harus bisa memposisikan orang sesuai porsinya,” tambah Dr Flora.
Keempat, Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Institut Pendidikan Kedokteran Indonesia itu menjelaskan pentingnya memanfaatkan digitalisasi dan inovasi media. Dengan memanfaatkan media, akan memudahkan untuk mencapai target.
Selain itu, katanya, media terutama media sosial merupakan salah satu cara masyarakat mengetahui informasi tentang kedokteran.
Dan yang terakhir, ia menjelaskan tentang internasionalisasi fakultas dan prodi, misalnya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa, visiting lecture, kolaborasi penelitian, dan kolaborasi PkM dengan universitas mitra luar negeri (resiprokal).
“Kerjasama-kerjasama ini bisa dilakukan dari lingkup nasional, lalu ke internasional. Tidak perlu banyak-banyak dan buru-buru, namun harus konsisten. Dengan begitu, maka kemitraan global bisa terealisasi,” ungkapnya.
Bagaimana Strategi Kepemimpinan di Dunia Kedokteran?
Selanjutnya, Ketua asosiasi pendidikan kedokteran kesehatan Indonesia tersebut menjelaskan juga tentang karakteristik kepemimpinan transformatif. Beberapa karakteristik itu seperti:
1. Memiliki visi yang jelas. Dr Flora mengatakan bahwa pemimpin harus berpegang pada visi yang kuat dan bisa mengkomunikasikannya dengan baik.
Bagaimana cara komunikasinya? Ia menjelaskan dengan metode pengadaan rapat rutin bisa menjalin hubungan antar rekan kerja lebih erat. Menurutnya, semua hal di FK dan FKG harus terukur.
2. Bisa memotivasi. “Pemimpin harus bisa mempengaruhi dan menggerakkan semangat rekan-rekan. Kitalah yang memegang kontrol penuh,” kata Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin RS PKU Muhammadiyah Surakarta itu.
3. Memberi perhatian. Seorang pemimpin, kata Dr Flora, hendaknya memberikan perhatian kebutuhan dan pengembangan rekannya, misalnya saja saat perayaan ulang tahun, atau capaian lainnya.
“Pemimpin harus bisa memposisikan diri dengan rekan-rekannya agar mereka merasa nyaman. Pemimpin juga harus bisa mendengarkan aspirasi dari rekan lainnya,” ujar Dr Flora.
4. Stimulasi intelektual. Dokter yang memimpin rekannya, harus bisa mendorong inovasi dan pemikiran kritis anggota tim, hingga terlibat dalam pemecahan masalah.
Lihat juga: 3 Tahun Perjalanan Umsida dalam Mewujudkan Prodi Kedokteran
Selain itu, kepemimpinan kedokteran juga bisa melibatkan mahasiswa secara aktif agar mereka bisa merasakan pengalaman secara langsung dan menghasilkan testimoni yang positif.
Penulis: Romadhona S.