Umsida.ac.id – Presiden Indonesia terpilih 2024, Prabowo Subianto mengundang beberapa tokoh ke kediamannya di Kertanegara pada Senin dan Selasa kemarin. Mereka dipanggil sebagai calon menteri dan wakil menteri (wamen) di periode 2024-2029.
Total ada sebanyak 49 calon menteri dan 60 wamen yang dipanggil ke Kertanegara selama dua hari itu.
Lihat juga: Indonesia Maju Itu Seperti Apa? Ini 3 Indikatornya Menurut Rektor Umsida
6 kader Muhammadiyah sebagai calon menteri dan wamen
Dari total tersebut, terdapat enam kader Muhammadiyah baik yang digadang-gadang sebagai calon menteri maupun sebagai wamen, di antaranya:
- Sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd sebagai calon menteri pendidikan
- Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis PP Muhammadiyah Fajar Riza Ul Haq yang didapuk sebagai calon wamen pendidikan
- Rektor UMM periode 2020-2024, Prof Dr Fauzan MPd sebagai calon wamen Ristek Dikti
- Ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dzulfikar Ahmad Tawalla sebagai calon wakil menteri perlindungan TKI
- Jubir Prabowo sekaligus mantan ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dr Dahnil Anzar Simanjuntak ME sebagai calon wakil Kepala badan haji dan umrah
- Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2000–2002, Raja Juli Antoni PhD sebagai calon menteri kehutanan
Komitmen memajukan Indonesia
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Hidayatulloh MSi turut menanggapi hal tersebut. Menurutnya, keterlibatan kader di ranah politik ini merupakan realisasi Muhammadiyah sebagai gerakan yang turut serta memainkan peran di dalam memajukan bangsa dan negara.
“Oleh karena itu, Jika kita melihat tema besar yang diusung Muhammadiyah termasuk tema Muktamar di Solo yakni Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta. Tema ini memayungi semua gerak langkah persyarikatan,” ujar Wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu.
Semua proses yang ada di persyarikatan, katanya, harus diproyeksikan ke arah kemajuan Indonesia melalui bidang masing-masing.
“Ini menjadi komitmen kebangsaan dari Muhammadiyah. Kita memang bukan organisasi politik, tapi Muhammadiyah tidak akan melepas peran dalam bidang politik,” ujar Dr Hidayatulloh.
Politik yang dimainkan pun berbeda dengan partai politik. Muhammadiyah tidak bermain di ranah politik praktis, tapi pada politik nilai. Muhammadiyah akan terus berjuang untuk memajukan Indonesia sesuai dengan jalur yang bisa ditempuh.
Ia menjelaskan, “Muhammadiyah memiliki banyak saluran bisa masuk di lembaga legislatif eksekutif maupun yudikatif melalui kader-kader terbaik. Kami mendukung para kader untuk berdiaspora yang bisa masuk ke ranah tersebut sesuai bidangnya,”.
Di samping itu, imbuhnya, karena Muhamamdiyah berkomitmen untuk memajukan Indonesia, maka ketika Muhammadiyah dibutuhkan, mereka selalu siap ditempatkan di posisi-posisi strategis yang dibutuhkan bangsa.
Rektor Umsida mengatakan bahwa untuk memajukan Indonesia, tidak cukup bila hanya dijalankan oleh pemerintah saja, tapi semua elemen harus bersinergi.
“Ketika pak Prabowo memilih kader Muhammadiyah sebagai menteri dan wamen, Muhammadiyah sudah siap dengan kader-kader terbaiknya,” ucapnya.
Menurutnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tidak membuat kriteria khusus untuk mendorong kadernya masuk di pemerintahan.
Ia mengatakan bahwa kader-kader terbaik yang memiliki kapasitas dan integritas, didorong untuk mengembangkannya dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Muhammadiyah tidak membatasi atau melarang, sepanjang kader-kader yang masuk ke pusat pemerintahan itu tetap membawa misi untuk memajukan bangsa Indonesia.
Dari enam kader yang dipanggil Prabowo sebagai calon menteri dan wakil menteri, rektor Umsida berharap agar orang-orang terpilih tersebut dipastikan bisa memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa. Karena itu yang juga diinginkan oleh Muhammadiyah.
Lihat juga: Prof Haedar Jelaskan Beratnya Jadi Pemimpin
“Saya yakin mereka semua akan menjalankan misi tersebut. Jabatan tidak dimaknai sebagai prestise, tapi dimaknai sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Itu yang saya pahami dari tokoh-tokoh Muhammadiyah yang selama ini masuk di pusat-pusat kekuasaan,” tutupnya.
Penulis: Romadhona S.