Umsida.ac.id – Eksistensi kebiasaan yang sudah ada sejak dulu perlu adanya pelestarian apalagi dimasa pandemi saat ini. Hal ini dijelaskan Ir Tamhid Mashudi dalam acara Halal BiHalal Idul Fitri 1443 H melalui virtual meeting, Kamis (20/5).
Pada sambutannya, Ir Tamhid Mashudi menjelaskan pentingnya acara tersebut. “Pentingnya acara ini merupakan suatu budaya kebiasaan seperti ater-ater atau kupatan yaitu memberi dan diberi antara kita dengan sanak saudara kita, kita dengan kerabat maupun sebaliknya, untuk itu acara ini merupakan perwujudannya,” ujarnya.
Eksistensi Budaya Kupatan mengalami problem dimasa pandemi. “Pada masa pandemi saat ini pemerintah melarang warga untuk tidak mudik demi kebaikan bersama dan penurunan angka penyebaran covid-19, untuk itu eksistensi budaya kupatan sedikit mengalami problem dalam keberlangsungannya,” tutur sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa timur.
“Akan tetapi sebagian masyarakat nekat mudik, hak itu merupakan pembuktian eksistensi daripada budaya kupatan harus tetap ada dan tidak hilang, untuk itu masyarakat harus selektif dalam menyikapinya antara menjaga kesehatan dengan melakukan budaya kupatan,” ujar pembina upacara Apel Milad Muhammadiyah ke-107 tahun Surabaya.
Tidak hanya itu, yang terjadi saudara kita di Palestina juga merupakan problem eksistensi budaya hari raya. “Sebagaimana yang kita ketahui bersama saudara kita di Palestina tidak bisa merasakan perayaan hari raya Idul Fitri1443 H dikarenakan kondisi yang terjadi disana, untuk itu kita menyisihkan sebagian harta kita untuk membantu mereka agar mereka kembali tersenyum menyambut hari raya tahun berikutnya,” jelasnya.
“Saya berharap acara ini bisa bermanfaat bagi semua orang baik bagi bapak ibu dosen, tenaga pendidik, mahasiswa, terutama kegiatan Galang dana kita bisa meringankan beban hidup saudara kita yang berada di Palestina, dan juga semoga tahun depan bisa lebih baik daripada tahun sekarang,” tutupnya.
Ditulis : Muhammad Asrul Maulana
Edit : Anis Yusandita