Umsida.ac.id – Peduli dengan kebutuhan psikologis siswa di masa pandemi, tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka layanan konseling untuk 60 siswa yang terdiri dari kelas TK A dan TK B di Taman Kanak-Kanank (TK) Aisyiyah 3 Rewwin, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jumat (10/09). Pelaksanaan kegiatan Abdimas dicanangkan akan berlangsung hingga bulan Desember mendatang.
Tim Abdimas Umsida ini beranggotakan 5 orang yaitu Ramon Ananda Paryontri S Psi M Psi selaku ketua pengusul Abdimas, Eko Hardiansyah M Psi Psikolog selaku Dosen Umsida, serta 3 mahasiswa diantaranya Samsudin Febriyanto, Axnes Tasya, dan Virginia Oktavianda.
Kepada tim Umsida, Ramon Ananda Paryontri S Psi M Psi mengatakan, kompleksitas di dunia pendidikan di masa pandemi kian rumit, terlebih siswa mengalami penurunan motivasi belajar dan gangguan konsentrasi.
“Tantangan dunia pendidikan khususnya pendidikan usia dini sangat tinggi, apalagi dilihat dari persoalan psikologisnya. Atas dasar itu dan sesuai hasil asesmen di lapangan, maka diadakan abdimas ini,” ungkapnya.
Selain itu, persoalan tidak hanya datang dari anak-anak, akan tetapi guru dan orang tua juga memiliki perubahan sikap dan kurangnya kompetensi dalam mendampingi para siswa, khususnya yang memerlukan pendampingan khusus.
“Bagi kami, hal ini adalah kesempatan bagi para akademisi dosen dan mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan membantu dan melek terhadap fenomena pendidikan usia dini di tengah padatnya aktivitas sehari hari di kampus,” ucapnya.
Ramon meyampaikan, lokasi TK Aisyiyah 3 Rewwin dipilih karena dinilai cukup strategis. Lokasi berada di perumahan yang padat penduduk dengan karakter penduduknya yang religius. “Sehingga potensi yang sangat besar, namun memiliki tantangan yang besar juga akan sangat disayangkan jika problem yang ada tidak diselesaikan dengan baik,” ungkapnya.
Dengan mengangkat topik berjudul “Pengoptimalan Siswa Berkebutuhan Melalui Pojok Konseling yang Menarik dan Inovatif,” tim Abdimas melakukan pendampingan kepada siswa yang memiiki hambatan dan kebutuhan lewat pojok konseling secara rutin 2 kali dalam sepekan.
Penerapan pojok konseling, lanjut Ramon, bisa menjadi sarana untuk komunikasi dan pendampingan. Menariknya, pojok konseling ini dipenuhi dengan alat-alat permainan edukatif dan media pembelajaran yang menarik.
“Berbeda dengan ruang konseling pada umumnya yang hanya ada meja, kursi, dan lembaran kertas atau buku, kami juga akan membuatkan web untuk konseling supaya memudahkan komunikasi antara orang tua dan siswa yang punya masalah di rumah bisa menghubungi pihak psikolognya dengan lebih efektif,” imbuhnya.
Lewat pojok konseling ini, tim abdimas menargetkan agar bisa memenuhi beberapa hal, yakni kebutuhan psikologis siswa, proses konseling yang berkelanjutan, kebutuhan konseling bagi orang tua, serta peningkatan kompetensi guru dalam melakukan proses konseling kepada siswa.
Selanjutnya, tim Abdimas berharap agar pendidikan di usia dini lebih berkualitas sekalipun pandemi belum berakhir. “Caranya tentu dengan melibatkan semua elemen sekolah untuk dapat terbuka terhadap permasalahan yang ada, tidak sungkan untuk berkomunikasi dengan para ahli, dan punya fasilitas yang baik,” pungkasnya.
Penulis : Shinta Amalia Ferdaus