Umsida.ac.id – Sidoarjo memiliki banyak budaya yang bisa dikembangkan, namun data-data terkait hal tersebut sudah mulai hilang. Berkat hibah BIMA Kemendikbud Ristek, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) akan menggali kembali budaya dan tradisi tersebut.
Baca juga: Umsida Kenalkan Kearifan Lokal pada Mahasiswa Internasional Universiti Malaya
Dosen tersebut ialah Dr Vidya Mandarani MHum bersama rekan setimnya, Ali Akbar ST MT (Teknik Mesin), Detak Prapanca SE MM (Manajemen), dan Raras Hafiidha Sari MHum (Universitas Hasyim Asyari Jombang). Mereka lolos hibah ini dalam skema pemberdayaan wilayah.
“Jadi nanti pengabdian kami bergerak di bidang sains techno park, yaitu mengeksplor kebudayaan Sidoarjo untuk mengangkat sektor ekonomi lokal,” ungkap dosen program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) itu.
Lalu, apa saja yang akan diulik oleh para dosen tersebut? Berikut ulasannya.
1. Memperkenalkan tembang macapat
Pada pelaksanaan hibah tahun lalu, Umsida berhasil mendaftarkan HKI tembang Macapat Kinanthi dan Asmorodono. Dan pada tahun kedua ini mereka kembali akan mendaftarkan tembang macapat Pocung, Mijil, dan Gambuh. Tak hanya HKI, tapi nantinya tembang-temabng tersebut akan diajukan kepada pihak kementrian sebagai warisan budaya tak benda.
“Jika tahun lalu kita berhasil menggandeng 1.000 warga Sidoarjo untuk Nembang Macapat bersama-sama, maka tahun ini kita akan menargetkan sebanyak 1500 hingga 1700 peserta dari SMP dan SMK 10 Nopember Sidoarjo yang tengah kami latih,” ujar pegiat literasi tersebut.
Mengapa hanya satu sekolah? Konsep itu memang sengaja dibuat berbeda dari tahun lalu yang menggandeng perwakilan sekolah-sekolah. Tahun ini Dr Vidya memilih 10 Nopember sebagai contoh sekolah lain, terlebih pada anak-anak muda agar bisa nembang Macapat Gagrak Sidoarjo.
2. Festival budaya
Sebenarnya di pengabdian masyarakat ini tak hanya mengenai pengenalan dan pelatihan tembang macapat Sidoarjo-an saja, tetapi seluruh kebudayaan yang ada di Sidoarjo.
Beberapa bulan lagi tepatnya pada bulan September, akan diadakan Festival Seni Munali Patah di desa Banjarkemantren. Lalu pada bulan Oktober, juga akan digelar Festival Bandeng Asap.
Dr Vidya mengatakan, “Jadi tak hanya kebudayaannya saja, tapi di melalui pelestarian budaya tersebut kita juga mengangkat perekonomian warga Sidoarjo melalui kegiatan budaya,”.
3. Membatik
Juli merupakan agenda Dr Vidya untuk melatih siswa belajar nembang macapat. Lalu pada bulan Agustus, ia akan mengadakan workshop melukis dan membuat batik Sidoarjo
“Akan ada rentetan kegiatan yang memang kita pastikan bahwa pengrajin yang ada di Sidoarjo memperoleh pelatihan yang bisa meningkatkan kompetensi mereka di dalam membranding Sidoarjo,” ucapnya.
4. Kenalkan wayang gagrak porongan
Ternyata, Sidoarjo memiliki wayang sendiri lho, dan tak banyak orang yang mengetahui hal ini. Oleh karenanya, dari hibah BIMA ini juga akan mengenalkan wayang lokal asli Sidoarjo agar dikenal tak hanya di Jawa Timur, tapi juga di Indonesia, bahkan dunia.
Dosen lulusan S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra itu menjelaskan, “Wayang gagrak porongan merupakan kearifan lokal Sidoarjo. Namun warga Sidoarjo sendiri tidak tahu tentang hal ini. Jadi sekarang kami sedang membantu untuk melestarikannya agar bisa diakui menjadi warisan budaya tak benda,”.
Menurutnya, masih ada banyak lagi kearifan lokal Sidoarjo yang belum dipatenkan keberadaannya. Seperti udeng pacul gowang, prasasti kamalagyan, dan masih banyak lagi. Para budayawan yang ada di Sidoarjo juga tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika tidak dibantu oleh para akademisi, mereka tak mengetahui data-data, tokoh-tokohnya, atau foto dan video.
“Bahkan cerita asli dari warisan tersebut seperti apa mereka tidak tahu. Di sinilah peran kita sebagai akademisi membantu memunculkan kembali potensi tersebut Misalnya pada tahun lalu kami telah mengajukan reog cemandi dan sudah resmi diakui sebagai warisan tak benda Sidoarjo,” jelasnya.
5. Bakal buat museum
Dr Vidya juga tengah menyiapkan visi besarnya jika dinyatakan lolos kembali dalam hibah tahun ketiga. Ia bersama rekannya akan membuat sebuah museum budaya Sidoarjo.
“Biasanya kan anak kecil pergi ke tempat-tempat modern untuk mengikuti cooking class, nanti dengan kehadiran museum ini kami harap bisa mengarahkan mereka untuk lebih mengenal kearifan lokal seperti menonton pertunjukan budaya,” ujar Dr Vidya.
Jika hal tersebut bisa berjalan, imbuhnya, maka sektor perekonomiannya juga bisa ditingkatkan lagi, baik itu bagi pengrajin, seniman, budayawan, atau pengusaha kecil yang ada di Sidoarjo.
Baca juga: Saung Sinau, Inovasi Belajar Bagi Anak Pelosok Karya Mahasiswa Umsida
Selain itu, melihat budaya Sidoarjo yang cukup banyak namun masih berserakan, Dr Vidya berencana akan mengumpulkan data budaya lisan tersebut menjadi suatu karya tertulis berupa buku yang memiliki nilai jual.
Gandeng pemerintah
Dr Vidya menerima hibah ini di bidang pemberdayaan wilayah yang mengharuskannya berkolaborasi dengan beberapa pihak. Misalnya dengan Dewan Kesenian Sidoarjo dan pemerintah kabupaten Sidoarjo tepatnya dengan dinas pendidikan Sidoarjo.
“Nanti dispendikbud Sidoarjo juga mendukung kegiatan kami. Misalnya pada festival Munali Patah, mereka bisa menghadirkan pihak pejabat terkait untuk turut serta dalam kegiatan tersebut,” katanya.
Selain dari pemerintahan, hibah ini juga menggandeng beberapa paguyuban, pengrajin, seniman, dan budayawan yang ada di Sidoarjo. Karena menurut Dr Vidya, budaya yang ada di Sidoarjo ini masih berserakan, jadi belum menjadi kisah tertulis, hanya budaya lisan.
Dengan banyaknya proyek pengabdian masyarakat ini, ia berharap agar program tersebut bisa bermanfaat bagi seluruh warga Sidoarjo. Tak hanya bagi para akademisi saja, tapi juga para pegiat seni, serta generasi muda Sidoarjo yang akhirnya bisa memahami bahwa kearifan lokal Sidoarjo sangatlah kaya.
Penulis: Romadhona S.