Umsida.ac.id – Tim Brigadir Relawan Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Bramasgana Umsida) diterjunkan ke Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Mereka ditugaskan untuk membantu penanganan musibah runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny sejak Senin (29/9).
Lihat juga: KKNP 35 Umsida Gelar Sosialisasi Mitigasi Bencana Menggunakan Kahoot
Salah satu anggota Bramasgana Umsida, Vivi Nabila Azzahro melaporkan dari tempat kejadian yang melansir dari papan informasi resmi, tercatat sekitar 108 santri menjadi korban.
Dari korban tersebut, 5 santri dinyatakan meninggal dunia dan lebih dari 60 santri masih terjebak di bawah reruntuhan, (update pada Kamis, (2/10/) sekitar pukul 08.00).
Kronologi Kejadian Ponpes Al Khoziny
Kronologi dan kesaksian Santri Ponpes Al Khoziny, salah seorang santri kelas 1 MA asal Sumenep, Madura, menceritakan detik-detik saat bangunan ambruk.
Ia menuturkan bahwa imam dan santri pada shaf pertama hingga keempat selamat karena posisi bangunan terpisah.
Namun, santri pada shaf kelima hingga belakang tertimpa reruntuhan.
Bangunan runtuh ketika jamaah berada di rakaat kedua salat Asar. Santri tersebut yang berada di shaf ketujuh atau kedelapan sempat pingsan, lalu sadar dan berusaha merangkak keluar dari reruntuhan bersama dua temannya.
Ia mengalami luka di sekitar mata dan punggung yang hingga kini masih terasa nyeri.
Di sisi lain, duka juga dirasakan keluarga korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny ini.
Seorang ibu berusia 55 tahun, berinisial S, mengaku memiliki tiga anak yang juga bagian santri dari Al-Khoziny.
Ia mengaku kehilangan salah satu putranya yang hingga kini belum ditemukan.
Dari tiga putranya yang mondok di Al Khoziny, dua sudah dievakuasi, namun satu lainnya masih belum diketahui keberadaannya.
Perempuan tersebut menceritakan kondisi fisiknya yang semakin menurun akibat trauma, seperti pusing berputar, susah tidur, tidak nafsu makan, batuk-batuk, hingga tekanan darah tinggi mencapai 150.
Sejak musibah terjadi, ia bersama keluarga terus berjaga di sekitar lokasi.
Tim Bramasgana Umsida Dampingi Keluarga Korban
Tim Bramasgana Umsida yang berada di lapangan, bertugas untuk memberikan pendampingan psikososial dan kesehatan kepada keluarga korban yang berkumpul di posko.
Tim psikososial Umsida yang mayoritas berisi mahasiswa Prodi Psikologi, mendampingi keluarga korban yang masih panik di posko.
Tim ini juga bekerja sama dengan tim medis dari Kementerian Sosial yang melibatkan relawan kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Umsida yang rutin memeriksa kondisi kesehatan para keluarga korban.
Mereka melakukan pemeriksaan kesehatan, mendampingi keluarga korban, sekaligus memberikan hiburan bagi anak-anak kecil keluarga santri dengan permainan bersama untuk meringankan beban psikologis.
Hadir pula sejumlah pejabat di lokasi Ponpes Al Khoziny, termasuk Menteri Sosial Gus Ipul dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, yang meninjau proses evakuasi dan memberikan dukungan kepada keluarga.
Tim Basarnas menjelaskan bahwa secara normal, seseorang hanya dapat bertahan di bawah reruntuhan maksimal empat jam, sehingga upaya pencarian dilakukan secara intensif.
Selain evakuasi, kegiatan doa bersama dipimpin untuk mendoakan para korban wafat dan memberikan kekuatan bagi keluarga yang masih menunggu.
Lihat juga: Ajarkan Sikap Siaga Gempa Bumi, KKNP 66 Umsida Buat Simulasi untuk Siswa
Tim Bramasgana Umsida secara bergantian bertugas di lokasi kejadian hingga rentang waktu yang masih tentatif.
Laporan lapangan oleh: Vivi Nabila Azzahro, tim Satgas Bramasgama Umsida
Penyunting: Romadhona S.