Umsida.ac.id – Dalam beberapa pekan terakhir, banyak pengendara motor yang mengeluh lantaran kendaraan mereka yang brebet setelah mengisi BBM jenis pertalite.
Tak hanya sedikit, ternyata motor brebet ini terjadi secara massal di beberapa kabupaten khususnya Jawa Timur seperti Bojonegoro, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Gresik, hingga Malang.
Lihat juga: Pakar Umsida: Etanol Aman Jadi Campuran Bahan Bakar Kendaraan di Kadar 5-10 Persen Saja
Banyak bengkel melaporkan antrean servis dengan gejala serupa yakni mesin tersendat, tenaga hilang, hingga mogok total setelah pengendara mengisi bahan bakar jenis pertalite.
Fenomena yang terjadi serentak di banyak daerah ini menjadi perhatian, termasuk di kalangan akademisi teknik mesin.
Kondisi tersebut dinilai tidak normal karena biasanya kerusakan mesin terjadi secara individual, bukan masif dan berbarengan.
Bahan Bakar Bisa Jadi Salah Satu Faktor Motor Brebet

Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Eng Rachmat Firdaus ST MT turut menyoroti hal itu.
“Wajar jika ini menjadi keresahan pada pengguna motor berbahan bakar bensin. Korbannya banyak, cakupan wilayah juga luas, waktunya juga bersamaan. Ini jadi perhatian di dunia otomotif,” terangnya.
Pada motor berbahan bakar bensin memiliki sistem gasolin dengan merek yang beragam di pasaran sesuai marketnya.
“Bahan bakar gasolin memiliki sistem pembakaran yang terdiri dari peralatan sistem pembakar motor itu sendiri dan juga ada faktor eksternal dari bahan bakar,” tutur dosen lulusan S3 Kanazawa University, Japan itu.
Jika ada salah satu komponen yang mengalami gangguan, pasti motor juga akan mengalami gangguan.
“Sehingga bisa dipastikan bahwa jika komponen sistem kerja dengan baik dan bahan bakar sesuai dengan spek motor, maka mesin akan berjalan,” ujarnya.
Namun, kata Dr Rachmat, jika ada masalah motor brebet dan kejadiannya yang cukup masif, maka fenomena tersebut menimbulkan tanda tanya besar.
“Salah satu faktor brebet ini bisa dipengaruhi oleh jenis bahan bakar. Jika bahan bakar yang dipakai tidak sesuai dengan spek motor, maka akan membuat kinerja mesin kurang optimal bahkan mati total,” tuturnya.
Motor berbasis gasolin, menurut Dr Rachmat, diperlukan oktan yang tinggi untuk mencapai performa yang baik.
Jika oktannya rendah, maka akan mengalami knocking atau suara ketukan atau getaran yang timbul akibat pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin ini.
Etanol Tidak Menyebabkan Motor Brebet

Menanggapi kebijakan terbaru yang mencampurkan bahan bakar gasolin dengan etanol, Dr Rachmat menyebut bahwa dalam kajian ilmiah, hal tersebut tidak apa-apa.
“Dari sisi positifnya, etanol bisa meningkatkan nilai oktan bahan bakar. namun kelemahannya oktan memiliki nilai kalor yang rendah sehingga akan mengurangi daya,” terangnya.
Dr Rachmat berpendapat bahwa bahan bakar yang dicampur dengan bahan lain yang tidak sesuai speknya dapat berakibat buruk pada mesin karena dalam motor bensin, terdapat ECU (Electronic Control Unit).
“Jadi semua ada sensornya, semua peralatan dikontrol oleh ECU dan di-setting sesuai dengan spek bahan bakar. Jika ada perubahan bahan bakar, maka ECU tidak bisa membaca dengan kondisi seharusnya, ini yang bisa membuatkan motor brebet,” jelas Dr Rachmat.
Lebih lanjut Ia menjelaskan sebuah kasus ketika bahan bakar dicampur dengan air, maka dapat dipastikan bahwa motor tersebut tidak bisa beroperasi dengan baik, bukan hanya brebet, namun tidak bisa digunakan.
Tapi kalau bahan bakar tersebut tercampur zat lain, juga bisa menyebabkan kondisi buruk, motor brebet.
“Kalau bahan bakar itu dicampur etanol, menurut saya tidak masalah. Tidak ada kasus motor brebet karena campuran etanol,” kata dosen pengampu Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar itu.
Jika ada gejala motor brebet, ia menyarankan agar pengguna kendaraan mengganti bahan bakar, lebih baik memilih bahan bakar dengan kadar oktan yang tinggi.
Lihat juga: Tentang Kasus Pertamax Oplosan, Pakar Umsida Beri Komentar
“Jadi bersihkan dulu bahan bakar yang lama, lalu ganti dengan bahan bakar yang baru dengan nilai oktan yang lebih tinggi,” pungkasnya.
Penulis: Romadhona S.


















