Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) terus memperkuat komitmennya dalam membentuk generasi berilmu sekaligus berkarakter melalui Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida (PKMU) 2025.
Salah satu materi utama dalam kegiatan ini disampaikan oleh dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Umsida, Afifun Nidlom SAg MPd MH yang membahas tema Aqidah dan Akhlak sebagai fondasi kehidupan islami mahasiswa.
Lihat juga: Pendidikan Karakter Jadi Fondasi Fasilitator untuk Membimbing PKMU
“Selain PKMU, di Umsida kalian juga akan mendapatkan mata kuliah Kemuhammadiyahan. Semester 1 ada kemanusiaan dan keimanan. Semester 2 ada ibadah dan akhlak. Semester 3 ada Kemuhammadiyahan, dan semester 4 ada Al Islam dan Sains,” terangnya.

Semua mata kuliah tersebut, imbuhnya, akan diintegrasikan ke bidang keilmuan lainnya sehingga semua kegiatan tak hanya dilandaskan pada pengetahuan umum saja, tapi juga Kemuhammadiyahan.
Ini merupakan materi perdana yang didapatkan para peserta PKMU yang dilaksanakan di tiap pekan pertama.
“Tidak semua kampus memiliki program ini, yang peduli untuk melatih para mahasiswanya tentang ibadah, akhlak, dan membaca Al Quran,” jelas Nidlom.
Dalam pemaparannya, Nidlom menjelaskan bahwa aqidah adalah ikatan keyakinan yang menjadi dasar seluruh amal manusia.
“Aqidah itu berarti mengikat keyakinan hati pada kebenaran tanpa keraguan. Seorang mukmin harus memahami dari mana dirinya berasal, untuk apa hidupnya, dan ke mana ia akan kembali,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa aqidah bukan sekadar aspek teologis, tetapi sistem nilai yang mengarahkan perilaku.
“Kalau manusia kehilangan panduan, maka ia akan rusak. Karena itu, buku panduan hidup manusia adalah Al-Qur’an dan teladan terbaiknya adalah Rasulullah,” tambahnya.
Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida sebagai Panduan Hidup Islami

Dalam konteks Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida, Nidlom menekankan pentingnya keseimbangan antara keimanan dan akhlak.
Menurutnya, aqidah yang benar harus melahirkan akhlak yang baik.
Nidlom menjelaskan bahwa akhlak merupakan perangai, perilaku, atau karakter.
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa.”
“Akhlak baik tidak lahir tiba-tiba, tetapi hasil dari pembiasaan. Perbuatan yang diulang akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang terus-menerus akan membentuk karakter,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan konsep akhlak dari Rasulullah SAW yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai sosok dengan akhlak yang agung.
“Akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur’an. Jadi, siapa pun yang ingin meneladani beliau harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman sikap dan perilaku,” terang Afifun.
Melalui pendekatan tersebut, mahasiswa tidak hanya memahami nilai-nilai keislaman secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan akademik dan sosial.
Proyek Perubahan Karakter Islami Mahasiswa Umsida
Sebagai bagian dari kegiatan PKMU 2025, peserta juga ditugaskan untuk membuat proyek perubahan perilaku yang berorientasi pada nilai-nilai Islami.
Setiap kelompok mahasiswa diminta memilih satu karakter utama yang ingin dikembangkan, seperti kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, atau kedisiplinan, lalu diwujudkan dalam bentuk video pendek.
“Tujuannya bukan hanya sekedar tugas akademik, tetapi melatih mahasiswa untuk menginternalisasi nilai akhlak dalam tindakan nyata,” jelas Nidlom.
Lihat juga: Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida 2025, Moral Jadi Tantangan Utama
Jika aqidah menjadi akar, maka akhlak adalah buahnya.
“Mahasiswa yang kuat aqidahnya, insyaAllah akan berakhlak baik, produktif, dan membawa manfaat bagi masyarakat,” tutup Nidlom.
Penulis: Romadhona S.



















