Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali menorehkan capaian nasional melalui raihan Gold Winner Anugerah Riset dan Pengembangan kategori Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA Award) pada Anugerah Diktisaintek 2025.
Penghargaan ini menegaskan konsistensi Abdimas Umsida yang berorientasi pada kebutuhan riil masyarakat dan berkelanjutan.
Lihat juga: Riset dan Abdimas Umsida Masuk Klaster Tertinggi Perguruan Tinggi Nasional 2026
Capaian tersebut menjadi pengakuan atas kinerja pengabdian masyarakat Umsida periode 2022–2024, yang dinilai memiliki dampak nyata serta relevan dengan agenda pembangunan berkelanjutan.
Bergerak dari Kebutuhan Nyata Masyarakat
Wakil Rektor I Umsida, Prof Dr Hana Catur Wahyuni ST MT IPM, menjelaskan bahwa Abdimas Umsida dirancang sejak awal agar benar-benar selaras dengan kebutuhan mitra di lapangan.
“Sejak awal kami memastikan ada kolaborasi antara dosen dan mitra, sehingga apa yang ditulis dan dilakukan dosen benar-benar sesuai dengan kebutuhan mitra,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa proses pengabdian tidak hanya berhenti pada pelaksanaan program, tetapi juga melibatkan komunikasi intensif melalui pendampingan, monitoring, dan evaluasi.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui tatap muka serta wawancara langsung dengan masyarakat sasaran.
Selain itu, imbuh Prof Hana, Umsida juga secara rutin melakukan jajak pendapat terkait tingkat kepuasan mitra.
Dari hasil evaluasi tersebut, Umsida dapat membaca dampak program Abdimas yang telah dilaksanakan.
“Kepuasan mitra bisa dilihat dari adanya kerja sama lanjutan. Artinya, pengabdian yang kami lakukan memang menjawab persoalan yang masih dihadapi masyarakat,” ujarnya.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan pengabdian, Umsida mengandalkan berbagai jalur informasi.
Salah satunya melalui aktivitas dosen dan mahasiswa yang rutin turun ke masyarakat, termasuk melalui program KKN dan kegiatan lain yang melibatkan lintas disiplin.
“Dari interaksi itu, dosen, mahasiswa, dan masyarakat saling bertukar informasi. Dari situ muncul gambaran kebutuhan riil di desa atau komunitas,” terang Prof Hana.
Selain inisiatif internal, banyak mitra eksternal seperti pemerintah daerah maupun industri yang mengajukan permohonan pendampingan secara resmi kepada Umsida.
Setiap aspirasi yang masuk, menurutnya, selalu ditindaklanjuti.
Teknologi Tepat Guna Berkelanjutan Jadi Khas Abdimas Umsida

Prof Hana menegaskan bahwa karakter utama Abdimas Umsida terletak pada pengembangan teknologi tepat guna berbasis keberlanjutan (sustainability).
Setiap program diarahkan agar tidak hanya aplikatif, tetapi juga ramah lingkungan dan berdampak jangka panjang.
“Teknologi tepat guna yang kami kembangkan selalu selaras dengan sustainability. Ketika teknologi itu digunakan, harus memberikan dampak positif bagi lingkungan,” jelasnya.
Ia mencontohkan pemanfaatan energi terbarukan seperti solar cell.
Jika selama ini solar cell dianggap mahal, di tangan dosen Umsida teknologi tersebut dapat diaplikasikan dalam skala kecil sesuai kebutuhan masyarakat.
Contoh lainnya adalah pengolahan kotoran hewan menjadi pupuk hayati.
Limbah yang sebelumnya menjadi sumber masalah, diolah menjadi produk yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas petani.
Tidak hanya di sektor pertanian, Abdimas Umsida juga menyasar penguatan UMKM.
Pendampingan dilakukan melalui inovasi branding, kemasan, hingga pemenuhan aspek legalitas usaha.
“Semua itu bertujuan meningkatkan nilai dan produktivitas UMKM, sehingga dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” ungkap Prof Hana.
Selama periode 2022–2024, isu teknologi tepat guna berbasis sustainability menjadi fokus utama Abdimas Umsida.
Arah ini sejalan dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) serta kebijakan nasional seperti Asta Cita.
Didukung Skema Hibah Berjenjang dan Publikasi Berdampak

Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Umsida, Dr Sigit Hermawan SE MSI, menjelaskan bahwa penguatan Abdimas Umsida juga didukung oleh skema hibah internal yang berkelanjutan dan berjenjang.
“Kami memiliki hibah internal yang saling menguatkan antara riset, pengabdian masyarakat, dan inovasi. Jika lolos hibah internal, dosen bisa naik kelas ke hibah RisetMu, hingga hibah nasional seperti BIMA dari Kemendikti Saintek,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa luaran utama dari riset dan Abdimas adalah publikasi ilmiah.
Karena itu, setiap kegiatan diarahkan agar menghasilkan publikasi yang berkualitas.
“Publikasi adalah luaran dari riset dan Abdimas. Itu menjadi bahan baku utama untuk meningkatkan kualitas kinerja akademik,” ujarnya.
Sejak 2022, fokus pengembangan riset dan Abdimas Umsida diarahkan pada pencapaian SDGs, Asta Cita, serta Rencana Induk Riset Nasional (RIRN).
Pendekatan ini tidak hanya menekankan kuantitas riset, tetapi juga kualitas dan dampaknya bagi masyarakat.
Lihat juga: Desa Gendro Jadi Prototipe Science Techno Park Pertanian Inovatif oleh Dosen Umsida
“Sekarang yang terus kami kembangkan adalah riset dan Abdimas yang berdampak. Bagaimana penelitian dosen Umsida benar-benar memberikan manfaat langsung bagi masyarakat,” pungkas Dr Sigit.
Penulis: Romadhona S.



















