Bagaimana Jiwa dan Tubuh Manusia Merespon Puasa?

Bagaimana Jiwa dan Tubuh Manusia Merespon Puasa?

Dalam puasa, seluruh elemen tubuh terkendali. tubuh yang terbiasa menerima konsumsi secara terus menerus dikendalikan untuk  bisa menahan rasa lapar dan dahaga. Demikian juga dengan jiwa bisa merasakan dan mengetahui lapar dan dahaga yang akan menimbulkan sikap empati bagi yang mengalaminya.

Nafs atau jiwa juga mengendalikan hawa nafsunya untuk menguasai; demikian juga halnya dengan pemikiran negatif. Semuanya ditekan untuk memandang segala sesuatu secara positif. Semua negativitas ditekan sehingga yang muncul kemudian adalah kebaikan, kebenaran, dan keindahan.

Puasa adalah kontrol. Dari semua aspek elemen yang ada dalam diiri sesoarang Mukmin, dikendalikan sedemikian rupa. Dalam konteks ini kondisi tubuh, emosi, dan pikiran dikendalikan untuk bisa meningkatkan hati yang selalu mengingat dan mendekat kepada Allah sehingga meningkatkan kerohanian atau spiritualitas seorang mukmin dalam bentuk ketakwaan.

Boleh jadi Michel Foucault benar. Filsuf Prancis yang dikenal karena karyanya tentang kekuasaan, pengetahuan, dan subjektivitas ini, berpandangan mendalam tentang disiplin tubuh dalam karyanya yang terkenal “Surveiller et Punir” (1975) atau “Disiplin dan Hukuman.”

Foucault menyoroti mekanisme kontrol yang digunakan oleh institusi-institusi seperti penjara, sekolah, rumah sakit jiwa, dan organisasi militer untuk mengendalikan individu melalui pengawasan, pengendalian ruang fisik, pengaturan waktu, dan pembentukan kebiasaan. Selain itu, ia menekankan normalisasi sebagai proses di mana standar perilaku dan penampilan tertentu dianggap sebagai norma yang diinginkan, yang dapat mengakibatkan stigmatisasi bagi individu yang tidak sesuai.

Bagaimana Jiwa dan Tubuh Manusia Merespon Puasa?

Foucault juga mengaitkan disiplin tubuh dengan pengendalian diri yang internal, di mana individu secara sukarela menginternalisasi norma-norma dan aturan-aturan tertentu dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta menjelaskan bagaimana disiplin tubuh terkait erat dengan struktur kekuasaan yang tidak hanya bersifat represif tetapi juga produktif, menciptakan subjek yang patuh dan sesuai dengan kebutuhan sistem, serta membentuk subjektivitas individu melalui lensa norma-norma yang diterapkan oleh masyarakat dan institusi-institusi.

Hal tersebut membangun sebuah teori yang mana kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan subjek dengan perilaku yang telah ditetapkan oleh sistem.

Dalam tradisi Hinduisme dan Buddhisme, subjek spiritual dibentuk melalui yoga dan meditasi. Praktik ini diharapkan membantu mencapai ketenangan batin, meningkatkan konsentrasi, dan mendekatkan diri pada kesadaran kosmis.

Demikan juga gerakan yang aktif seperti tarian menjadi sarana untuk mencapai transendensi atau pengalaman ekstase spiritual. Dalam banyak kebudayaan dan tradisi agama, tari-tarian ritual digunakan sebagai bentuk ekspresi spiritual.

Beberapa seni bela diri, seperti Tai Chi dalam tradisi Taoisme, memiliki aspek spiritual yang kuat. Gerakan-gerakan lambat dan terkoordinasi dalam seni bela diri ini tidak hanya membantu meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga membantu mengalirkan energi (chi) dan mencapai keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Hal ini dianggap dapat membantu mencapai kedamaian batin dan kesejahteraan spiritual.

Baca juga: Riset Dosen Umsida Jelaskan 8 Peran Sekolah untuk Mengatasi Bullying

Beberapa agama kuno, seperti agama-agama paganisme atau agama-agama suku-suku primitif, memiliki praktik gerakan ekstase dalam ritual-ritual mereka. Gerakan-gerakan ini, seperti tarian lingkaran atau gerakan trance, digunakan untuk mengalami pengalaman spiritual yang mendalam, menyatukan diri dengan alam atau kekuatan-kekuatan spiritual, dan memasuki keadaan kesadaran yang lebih tinggi.

Praktik-praktik gerakan tubuh dapat memiliki nilai spiritual dan digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kesadaran, meningkatkan koneksi dengan dimensi spiritual, atau mengalami ekstase spiritual dalam berbagai tradisi keagamaan dan spiritualitas.

Namun apa yang perlu dicatat di sini adalah bahwa secara fitrahnya ruh perlu terkoneksi kepada pemilik sebenarnya. Ia adalah Allah SWT. Sehingga dalam Islam, tidak bisa dilepaskan antara agama dan spiritualitas. Hal ini karena agama yang diridhai Allah adalah Islam (Ali Imran: 19). Agama inilah satu-satunya yang akan menuntun konektivitas ruh dengan sang Khalik.

Dan Memang benar bahwa institusi Agama Islam dimaksudkan untuk membentuk subjek, tapi dalam konteks ini subjek dimaksud adalah subjek yang sesuai dengan asal mula kejadian manusia, blue print, atau fitrah sebagai manusia yang merupakan kondisi terbaik sebagai ciptaan Allah: fii ahsani taqwim.

Hal tersebut berbeda dengan subjek-subjek yang dibentuk oleh berbagai tradisi keagamaan, keyakinan, dan spiritual lain di luar Islam, yang mana praktik-praktik gerakan disiplin tubuh digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan dimensi spiritual atau meningkatkan kesadaran spiritual kepada selain Allah dan dalam perilaku kemanusiaan, duniawi saja.

Subjek dengan kesadaran spiritual dalam Islam berpuncak pada ketakwaan. Inilah yang membedakan dengan agama dan keyakinan selain Islam. Ketakwaan akan membuat seorang mukmin untuk bersikap hati-hati terhadap segala onak dan duri dunia yang secara spesifik berupa bisikan iblis dan setan (Taha: 120 dan al-Baqarah: 36). Hal ini karena iblis dan setan telah bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturuannya (al-A’raf: 16-17) agar membersamainya kelak di neraka. Wallahu’alam.

Sumber: pwmu.co

Berita Terkini

SDGs Center Umsida
SDGs Center Umsida Dorong Hilirisasi Riset untuk Pembangunan Berkelanjutan Jawa Timur
November 20, 2025By
Apresiasi sekolah partnership Umsida
Umsida Beri Apresiasi untuk Sekolah Partnership yang Berkontribusi dalam Penerimaan Mahasiswa Baru
November 20, 2025By
kick off penerimaan mahasiswa baru Umsida 4_11zon
Umsida Resmi Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2026/2027
November 19, 2025By
magister ilmu komunikasi Umsida 1
Launching Magister Ilmu Komunikasi Umsida, Pendaftaran Sudah Dibuka!
October 28, 2025By
muhammadiyah
Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadan 2026 pada 18 Februari
October 23, 2025By
S2 Ilmu Komunikasi Umsida
S2 Ilmu Komunikasi Umsida Sudah Buka, Siap Cetak Pakar New Media
October 13, 2025By
prodi sains data
Umsida Resmi Buka S1 Sains Data, Siap Buka Peluang Data Analyst
October 11, 2025By
pendampingan korban Ponpes Al Khoziny
Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Panik, Bramasgana Umsida Dampingi 4 Hari
October 4, 2025By

Riset & Inovasi

abdimas Umsidaa desa Gendro 5
Petani dan Peternak Desa Gendro Lebih Maju dengan Pendampingan Umsida
November 14, 2025By
posyandu remaja
Umsida dan Umla Gelar Posyandu Remaja, Pasar Gizi, dan Pencatatan Digital Kohort di Balungtawun Lamongan
November 11, 2025By
Science Techno Park Desa Gendro 2
Desa Gendro Jadi Prototipe Science Techno Park Pertanian Inovatif oleh Dosen Umsida
November 10, 2025By
riset dan abdimas umsida
Umsida Raih Penghargaan Atas Kinerja Riset dan Abdimas LLDIKTI Wilayah 7
November 4, 2025By
Program Action FPIP Umsida
Action, Abdimas Gagasan Mahasiswa FPIP Umsida yang Pedulikan Pendidikan Anak Desa
November 1, 2025By

Prestasi

Inovasi Tim Made Umsida
Tim Made Umsida, Satu-Satunya Tim Mahasiswa yang Menerima Penghargaan KISI 2025
December 4, 2025By
aplikasi Koperku 1
Aplikasi Koperku Karya Dosen Umsida dapat Apresiasi di KISI 2025
December 3, 2025By
inovasi ATAP untuk bantu orang tua ABK
Inovasi Dosen Umsida untuk Bantu Orang Tua ABK Mendapat Penghargaan di KISI 2025
December 2, 2025By
inovasi sains skate support
Sains Skate Support, Solusi untuk Performa Atlet Karya Dosen Umsida Raih Juara 1 KISI 2025
December 2, 2025By
inovasi alat pengendali hama padi
Inovasi PLUTO, Alat Pengendali Hama Padi Karya Mahasiswa Umsida Raih Juara 2 LKTTG 2025
December 1, 2025By