Umsida.ac.id -Rasa cintanya terhadap bela diri mengantarkan Masruroh menjadi wisudawan berprestasi dalam acara wisuda Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ke-37 yang diselenggarakan di Auditorium K H Ahmad Dahlan, Minggu (17/10). Ia menyabet gelar berprestasi setelah berhasil meraih empat kali juara bela diri tingkat nasioanal dan internasional, yaitu juara 2 Seni Tunggal Bersenjata pada Internasional tournament Pencak Silat Banyuwangi Championship tahun 2020, juara 2 Seni Tunggal Bersenjata Putri Tingkat Mahasiswa pada Internasional Tournament Pencak Silat Banten tahun 2019, juara 2 seni Pencak silat Tunggal Tangan Kosong pada Kejuaraan Yogyakarta Championship tahun 2019, dan juara 3 seni Pencak silat Tunggal Tangan Kosong.
Pada awalnya, wisudawan asal Pauruan ini mengaku terpaksa mengikuti bela diri karena saat SMP ia harus mewakili sekolahnya dalam suatu perlombaan. “Awalnya karna terpaksa, waktu di SMP ada lomba bela diri tingkat internasional, dan pada waktu itu juga di sekolah tidak ada yang mewakili,” katanya. “Akhirnya saya lah dipilih dan dipaksa harus mau,” imbuhnya.
Lewat keterpaksaan itu, Masruroh malah menjadi senang mengikuti bela diri. Baginya, keterpaksaan terjun di dunia bela diri ini membuatnya mau tidak mau harus belajar dan terus belajar karena sejak itu ia sering diikutkan lomba bela diri.
Dengan dukungan dari pelatih, Masruroh merasa lebih bersemangat mengikuti perlombaanhingga mendapat hadiah medali. “Awal saya ikut kejuaraan memang belum bisa meraih kemenangan, itu yang membuat saya ingin nyerah dan berhenti. Namun saya dimotivasi oleh pelatih saya untuk bangkit lagi, saya coba lagi dan alhamdulillah dikejuaraan selanjutnya saya bisa meraih beberapa medali,” ucap anggota UKM Tapak Suci Umsida itu.
Selain pelatih, kedua orang tuanya juga mendukung penuh kegiatan bela diri karena merupakan hobi anaknya. Kedua orang tuanya memberi kebebasan anaknya untuk memilih hal yang ia suka dengan catatan bisa menjaga diri sendiri.
Di tengah perjalanan menekuni bela diri, wisudawan prodi Perbankan Syariah ini memang tidak menemui jalan mulus. Beberapa kali dirinya mengalami cidera, tapi itu tidak begitu masalah untuknya karena ia paham jika taruhannya ialah fisik. Cidera yang sering ia alami antara lain kaki yang melempu dan keseleo pada kaki.
Tahu perjuangannya diapresiasi kampus, Masruroh merasa tak menyangka akan menjadi wisudawan berprestasi saat wisuda. “Alhamdulillah awalnya kaget kenapa bisa jadi wisudawan berprestasi, padahal prestasi yang saya raih di luar akademik,” ungkapnya.
Ia juga menyatakan bahwa menjadi wisudawan berprestasi merupakan cita-cita yang sudah lama ia inginkan. Sempat ia berpikir jika hal itu tidak masukakal. Namun, dengan kerja keras dan kegigihannya, ia tetap bertekad tetap ingin membuktikan cita-citanya bisa maju ke depan memegang piagam penghargaan dan ada kedua orang tuanya yang menyaksikan.
Untuk kedepannya, Masruroh ingin lewat bela diri ini dirinya bisa mejadi juara yang dibutuhkan dan lebih dari sekadar menjadi pemain yang kuat.
Ditulis : Angelia Firdaus