Umsida.ac.id – Menjadi mahasiswa sambil bekerja penuh waktu bukanlah hal yang mudah, namun Moh. Nurus Shobah, mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), membuktikan bahwa tekad dan disiplin mampu mengantarkan seseorang meraih prestasi luar biasa.
Dari Mahasiswa Kupu-Kupu Jadi Produktif
Shobah, sapaan akrabnya, di masa awal kuliah merupakan mahasiswa ‘kupu-kupu’ lantaran kuliahnya yang mengambil kelas malam.
Lihat juga: 7 Pesan Prof Milal dalam Khutbatul Wada kepada para Wisudawan ke-46 Umsida
Namun, kesibukannya di siang hari tak menyurutkan keinginan untuk terus belajar dan menantang diri.
Dengan jadwal yang padat antara bekerja di pagi hari dan kuliah di malam hari, Shobah memutuskan untuk bergabung dengan IMEI Team Umsida, tim riset mobil hemat energi.
“Saya membuktikan dedikasi dan manajemen waktu yang ketat, hingga dipercaya sebagai driver dan body and manufacturing . Keterlibatan intensif ini langsung membuahkan gelar juara di berbagai ajang,” tuturnya.
Keputusan ini menjadi titik balik dalam perjalanan akademiknya.
“Saya membagi waktu antara kerja, kuliah, dan riset di IMEI Team. Biasanya kami baru pulang pukul satu dini hari,” ungkapnya.
Berkat dedikasi tinggi dan manajemen waktu yang ketat, Shobah dipercaya sebagai driver sekaligus bagian dari divisi body and manufacturing.
Kerja keras itu membuahkan hasil: ia berhasil membawa timnya menorehkan prestasi di ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and the Middle East 2023 dan 2024, serta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) PKP 2 PTMA.
“Alhamdulillah, ketiga ajang ini membuahkan gelar juara, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Shobah.
Pencapaian konsisten ini mengubahnya dari mahasiswa pekerja yang hanya fokus kuliah-pulang, menjadi wisudawan berprestasi yang unggul dan memiliki track record kepemimpinan, riset, dan problem-solving di bawah tekanan.
Motivasi dan Tantangan di Balik Tiga Prestasi Besar

Shobah mengaku ada dua hal yang memotivasinya untuk mencetak prestasi.
Pertama, motivasi itu berasal dari keinginan membuktikan bahwa mahasiswa pekerja juga bisa berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.
“Saya ingin menunjukkan bahwa keterbatasan waktu bukan alasan untuk berhenti berkembang,” ujarnya.
Ia menyebut, memiliki tiga tanggung jawab besar yakni kerja, kuliah, dan riset, justru membuatnya semakin disiplin dan efisien dalam memanfaatkan waktu.
Yang kedua, ia ingin melihat ilmu yang dipelajari menjadi sumbangan nyata melalui IMEI Team.
“Ketika riset kami diakui dan menang di tiga ajang bergengsi seperti Shell Eco Marathon 2023, 2024, dan PKM, itu adalah bukti nyata bahwa dedikasi kami menghasilkan prestasi yang terbaik,” ucap anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
Dari seluruh pencapaiannya, momen paling berkesan baginya adalah saat mengikuti Shell Eco Marathon Asia Pacific and The Middle East.
“Lomba ini menuntut kekompakan dan kerja sama tim yang ekstrem, karena seluruh juri dan panitia berasal dari luar negeri, membuat tekanan dan standar kedisiplinan sangat tinggi,” tuturnya.
Tantangan terbesar datang dari proses Technical Inspection atau skrutering, yaitu tahapan pengujian seluruh komponen mobil di hadapan juri internasional.
Jika gagal, mobil tidak akan diizinkan bertanding.
“Kuncinya bukan cuma kesiapan teknis, tetapi juga mentalitas saat di lapangan, di mana kami harus tetap tenang dan fokus,” katanya.
Lebih dari itu, kata Shobah, kerja sama tim dan saling support menjadi pondasi terpenting yang menjaga moral kami tetap tinggi, sehingga ia bisa menjawab setiap tantangan juri dengan solid, lulus inspeksi, dan akhirnya bisa berkompetisi hingga meraih juara.
Disiplin, Pengorbanan, dan Pesan untuk Mahasiswa Lain

Rutinitas padat tak membuat Shobah kehilangan semangat. Ia bekerja di pagi hari, kuliah di malam hari, lalu melanjutkan riset hingga dini hari.
“Tugas kuliah sering saya kerjakan saat istirahat makan siang di kantor atau setelah riset di atas jam satu malam,” ujar lulusan yang lahir tahun 2003 itu.
Baginya, manajemen waktu bukan sekadar membagi jam, tapi soal komitmen untuk tetap produktif di tengah jadwal yang padat.
“Momen paling mengena adalah saat kami berdiri di podium juara internasional. Semua lelah dan begadang akhirnya terbayar lunas,” kenangnya haru.
Di akhir wawancara, Shobah berpesan kepada mahasiswa lain untuk berani mengambil tantangan.
Lihat juga: Dari Jerih Payah Sang Bunda, Tumbuh Wisudawan Umsida yang Pantang Menyerah
“Jangan puas hanya belajar di kelas. Terapkan ilmu di tempat nyata, ikut riset, atau proyek. Kalau punya keterbatasan waktu, jangan jadikan itu alasan. Disiplinlah dan tetap berjuang,” pesannya tegas.
Penulis: Romadhona S.



















