Umsida.ac.id – Sebagai bentuk pembinaan karakter dan kepemimpinan kader muda, Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan Diklat Pandu Penuntun selama dua hari, (5–7/12/2025).
Kegiatan ini mengusung tema “Meneguhkan Jiwa Kepemimpinan Menuju Kader Hizbul Wathan yang Berkemajuan.”
Lihat juga: Hizbul Wathan Umsida Tanamkan Semangat Kepemimpinan Gen Z Melalui Seminar Inspiratif
Sekitar 15 peserta mengikuti seluruh rangkaian diklat yang diawali di Kampus 1 Umsida untuk sesi pembekalan teori, kemudian dilanjutkan di Bernah De Vallei, Pacet, untuk kegiatan praktek lapangan.
Acara dibuka oleh Ketua Kafilah Hizbul Wathan Umsida, Achmad Shobi Nur Ardiansyah, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran penuntun sebagai teladan.
“Seorang penuntun bukan hanya peserta kegiatan, tetapi juga teladan bagi lingkungan sekitar. Karena itu, saya berharap peserta mengikuti diklat ini dengan sungguh-sungguh agar tumbuh menjadi kader yang berakhlak dan siap mengabdi,” ujarnya.
Ajarkan Karakter Islami Sebagai Landasan

Diklat ini menghadirkan beberapa pemateri berpengalaman yang menyampaikan materi inti seputar nilai-nilai kepanduan dan keislaman.
Materi pertama yakni Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang disampaikan oleh Dr Supriyadi MPdI.
Ia menekankan bahwa pembinaan karakter seorang penuntun tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai dasar keislaman.
“Syahadat bukan sekadar ucapan, tetapi komitmen untuk menegakkan tauhid dalam akhlak dan kehidupan sosial. Di situlah dasar seorang penuntun Hizbul Wathan dibangun,” jelasnya.
Materi berlanjut tentang kepemimpinan dalam perspektif Hizbul Wathan. Materi ini disampaikan oleh Muhlasin Amrullah SUd MPdI.
Ia menekankan pentingnya kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, serta membangun hubungan sosial yang sehat.
“Pemimpin di Hizbul Wathan tidak boleh bersikap seperti bos. Ia hadir melalui keteladanan, empati, dan kebersamaan, bukan melalui otoritas semata,” tegasnya.
Manajemen dan Sejarah Hizbul Wathan
Selain pembinaan nilai spiritual dan kepemimpinan, peserta juga mendapatkan materi tentang manajemen organisasi yang disampaikan oleh Daris Sambiono SPdGr MM.
Ia menggambarkan organisasi sebagai rumah yang dibangun dengan pondasi dan struktur yang kuat.
“Organisasi itu seperti rumah, ia butuh pondasi kuat, arah yang jelas, kebersamaan yang kokoh, dan rasa memiliki sebagai atapnya,” paparnya.
Dalam sesi ini, peserta diperkenalkan pada empat fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, serta tiga keterampilan penting yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Materi terakhir dibawakan oleh Muiz Henggar, yang mengupas tentang sejarah Hizbul Wathan.
Ia mengingatkan peserta bahwa HW bukan hanya kegiatan kepanduan biasa, melainkan gerakan yang lahir dari semangat membina karakter pemuda Muhammadiyah.
“Hizbul Wathan hadir untuk membina karakter pemuda. Semangat itu sudah ada sejak 1918 dan harus terus dijaga oleh generasi hari ini,” tuturnya.
Latihan Lapangan dan Kebersamaan Perkuat Kepemimpinan

Memasuki hari kedua, suasana diklat semakin hidup dengan praktik lapangan yang mengasah keterampilan dan kedisiplinan.
Peserta mengikuti latihan baris-berbaris, teknik kepanduan, dan latihan kekompakan kelompok.
Pada malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan sharing session yang menghadirkan diskusi santai seputar pengalaman berorganisasi, tantangan kepemimpinan, serta harapan mereka sebagai kader muda.
Kegiatan tersebut juga diselingi dengan penampilan yel-yel dan jargon kelompok, menciptakan suasana kompetitif namun tetap hangat dan penuh keakraban.
Lihat juga: Diklat Tapak Suci Umsida Tekankan Pentingnya Akhlak dan Adab
Rangkaian kegiatan selama tiga hari ini, Diklat Penuntun Hizbul Wathan Umsida menjadi wadah pembinaan keislaman, kepemimpinan, manajemen organisasi, hingga keterampilan teknis kepanduan.
Penulis: Siti Nur Khofifah



















