penghapusan utang petani-nelayan, beras oplosan

Kasus Beras Oplosan Jadi Ancaman Serius, Dosen Umsida Soroti Pengawasan Pangan yang Lemah

Umsida.ac.id – Menteri Pertanian Republik Indonesia mengungkapkan banyaknya beras oplosan yang beredar bahkan sampai di lingkungan supermarket dan minimarket yang dikemas menyerupai beras premium namun dioplos dengan beras kualitas lain.

Lihat juga: Program Petani Milenial, Se-Darurat Itu Kah Kondisi Pertanian Indonesia?

Isu tersebut tidak hanya menimbulkan keresahan di kalangan konsumen, tetapi juga menjadi tanda adanya kelemahan serius dalam sistem distribusi dan pengawasan pangan di Indonesia. 

Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Intan Rohma Nurmalasari SP MP mengungkapkan bahwa beras oplosan biasanya hasil dari pencampuran antara beras kualitas rendah dengan beras kualitas tinggi, atau bahkan antara beras subsidi dan beras komersial. 

Dimana Titik Rawan Terjadinya Pengoplosan Beras?
beras oplosan (Pexels)
Ilustrasi: Pexels

“Tindakan ini sangat merugikan konsumen karena mereka tidak mendapatkan mutu yang sebanding dengan harga yang dibayarkan,” ujar dosen yang biasa disapa Intan tersebut.

Lebih dari itu, imbuhnya, praktik beras oplosan juga mencederai kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan kejujuran dalam rantai pasok pangan.

“Saya menilai maraknya beras oplosan ini sebagai dampak dari lemahnya sistem pengawasan, serta kurangnya transparansi mutu dan asal-usul beras di pasaran,” terangnya.

Intan berpendapat bahwa titik paling rawan terjadinya pengoplosan beras adalah pada penggilingan dan distributor. 

“Di dua titik ini, pelaku usaha memiliki kontrol atas bahan baku dan akses pasar, sehingga bisa dengan mudah mencampur beras dengan alasan efisiensi biaya. Apalagi jika pengawasan dari pemerintah atau lembaga pengendali mutu kurang optimal,” tutur Ketua Pusat Studi SDGs Umsida itu.

Lantas ia menyarankan untuk melakukan pelabelan mutu beras yang jelas, sistem pelacakan distribusi yang digital, serta edukasi konsumen agar lebih cermat dalam membeli produk pangan. 

Menilik kebijakan pemerintah terkait kasus tersebut, melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Satgas Pangan telah menyatakan bahwa praktik pengoplosan adalah pelanggaran hukum. 

“Jika beras bantuan atau beras subsidi ditemukan dalam praktik oplosan, maka telah terjadi penyelewengan yang serius dalam proses distribusi,” tambah Intan.

Menurutnya, tindakan tegas terhadap pelaku beras oplosan sudah mulai dilakukan, namun fenomena ini seolah terus berulang. 

Fenomena Ini harusnya menjadi momentum perbaikan menyeluruh dalam tata kelola pangan nasional. 

Keamanan pangan bukan sekadar soal ketersediaan, tetapi juga soal kejujuran, kualitas, dan keadilan dalam distribusinya.

3 Standar Mutu Beras yang Harus Dipenuhi
beras oplosan
Ilustrasi: Pexels

Lebih lanjut, Intan menjelaskan tentang standar mutu beras yang layak untuk dikonsumsi.

Menurutnya, mutu beras merupakan indikator penting dalam menjamin kesehatan konsumen dan keadilan dalam perdagangan. 

Beras yang dihasilkan dari praktik pertanian yang baik, tanpa kecurangan seperti pengoplosan atau pemutihan buatan, harus memenuhi sejumlah standar mutu yang mencerminkan kualitas asli dari benih, lingkungan, dan teknik budidaya. 

“Pertama, standar mutu fisik harus menjadi perhatian utama. Beras berkualitas baik seharusnya memiliki kadar patahan rendah, yaitu di bawah 15%, warna cerah alami, bebas dari kotoran seperti kerikil, sekam, atau serangga, dan tidak mengandung beras afkiran atau rusak,” jelasnya.

Lihat Juga :  Buat Pelatihan Hidroponik kepada 126 Siswa, Agroteknologi Umsida Dorong Kesadaran Generasi Muda

Kandungan air juga harus sesuai standar, sekitar 14% untuk menjamin daya simpan yang baik.

Kedua, imbuhnya, aspek mutu kimia juga penting untuk memastikan keamanan pangan. 

Beras harus bebas dari residu pestisida, logam berat, atau bahan kimia sintetis yang mungkin digunakan dalam proses kecurangan. 

“Sertifikasi organik atau hasil uji laboratorium menjadi langkah penting dalam menjamin bahwa beras tersebut layak konsumsi,” jelas dosen pakar budidaya pertanian dan lingkungan itu.

Ketiga, aroma dan rasa juga menjadi tolok ukur mutu. Beras yang dihasilkan secara alami dari varietas unggul dan dibudidayakan dengan teknik agronomi yang tepat cenderung memiliki aroma khas dan rasa pulen atau pera sesuai jenisnya. 

Hal ini mencerminkan praktik budidaya yang memperhatikan kesuburan tanah, pemupukan berimbang, dan panen tepat waktu.

“Dengan demikian, mutu beras seharusnya mencerminkan proses produksi yang transparan, beretika, dan bertanggung jawab,” tambahnya.

Menurutnya, menegakkan standar mutu ini bukan hanya soal menjaga kualitas pangan, tapi juga melindungi petani jujur, menciptakan pasar yang adil, dan membangun kepercayaan konsumen.

Bagaimana Jika Beras Oplosan Masih Beredar?

Intan berpendapat bahwa kasus beredarnya beras oplosan di pasaran bukan sekadar isu dagang, melainkan persoalan serius yang dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap berbagai sektor, mengapa?

Menurunnya Kepercayaan Konsumen

“Kepercayaan konsumen terhadap kualitas beras di pasaran dapat menurun drastis,” tegas Intan.

Masyarakat menjadi ragu untuk membeli beras lokal karena khawatir tercampur dengan kualitas rendah atau bahkan bahan berbahaya, yang pada akhirnya bisa memicu pergeseran konsumsi ke produk impor.

Merusak Nama Petani dan Pengusaha Tani yang Jujur

Intan berkata, “Kasus beras oplosan berpotensi merusak nama baik petani dan pelaku usaha pertanian yang jujur.”

Praktik curang dari segelintir oknum bisa mencoreng reputasi seluruh rantai pasok, dari penggilingan hingga distributor. 

Padahal, banyak pelaku usaha yang menjunjung tinggi mutu dan transparansi dalam distribusi beras. 

Produksi Pangan Lokal Akan Mati

Jika tidak segera ditangani secara sistemik, praktik beras oplosan dapat mematikan semangat produksi pangan lokal. 

“Petani yang merasa hasil panennya dicampur dan dijual tanpa nilai tambah yang layak bisa kehilangan motivasi untuk meningkatkan kualitas produksi,” kata Intan.

Hal tersebut, imbuhnya, akan berdampak negatif terhadap ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang.

Kasus Bisa Terulang Akibat Regulasi

Terakhir, dari sisi regulasi, lemahnya pengawasan akan mendorong munculnya praktik serupa di sektor pangan lain. 

Maka, penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum menjadi keharusan. 

Lihat juga: Mengapa Indonesia Jadi Importir Gula Terbesar di Dunia? Dosen Umsida Beri Jawabannya

“Jika tidak, masyarakat akan terus dirugikan, dan integritas sistem pangan nasional akan terancam,” tutup Intan.

Penulis: Romadhona S.

Berita Terkini

workshop open data Jawa Timur
Open Data Jadi Kunci Analisis Berbasis Bukti dalam Workshop Statistik Sektoral Seri 11
August 25, 2025By
Umsida dan Pemkab Sidoarjo
Pertemuan Umsida dan Pemkab Sidoarjo, Bahas Kolaborasi Strategis dalam Pengembangan Potensi Daerah
August 20, 2025By
Fikes Expertise
FIKES Xpertise, Program Fikes Umsida Edukasi Kesehatan Remaja
August 19, 2025By
BPH Umsida dan BPH Umri
BPH Umsida Sambut Kunjungan BPH Umri, Bahas 3 Topik Ini
August 19, 2025By
Edukasi Kesehatan Reproduksi Fikes Umsida
Fikes Umsida Galakkan Edukasi Kesehatan Reproduksi di SMA An Nur Malang
August 18, 2025By
petugas upacara Umsida di HUT RI ke-80 2
Jadi Petugas Upacara HUT RI ke-80, Mahasiswa Umsida Tunjukkan Semangat Nasionalisme
August 18, 2025By
kesejahteraan Indonesia 1
80 Tahun Indonesia Merdeka dan Kesejahteraan Masih Menjadi Persoalan, Ini Langkah Solutifnya
August 17, 2025By
upacara HUT RI ke 80 Umsida
Upacara HUT RI ke-80, Momen Penguatan Semangat Persatuan dan Kedaulatan
August 17, 2025By

Riset & Inovasi

inovasi bell kuis
Bell Kuis, Inovasi Tim PKM Umsida Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa SD Muhammadiyah 5 Porong
August 14, 2025By
pendampingan UMKM Opak Samiler-min
Tingkatkan Optimasi Produksi Opak Samiler, Tim Abdimas Umsida beri Bantuan Mesin
August 13, 2025By
SFMS dosen Umsida
Dosen Umsida Kenalkan SFMS di ITBAD Lamongan, Permudah Manajemen File
August 8, 2025By
alat pasteurisasi susu
Alat Pasteurisasi Susu, Inovasi Dosen dan Mahasiswa Umsida Bantu Mudahkan Peternak
July 31, 2025By
riset dan inovasi DRPM Umsida
Umsida Kembangkan Riset dan Inovasi Melalui Seminar, Pameran, dan Diseminasi dengan 3 Kampus
July 16, 2025By

Prestasi

mahasiswa Umsida lolos Magang Berdampak 3
Lolos Program Magang Berdampak, Mahasiswa Psikologi Umsida Siap Hadapi Dunia Kerja
August 27, 2025By
mahasiswa Umsida juara 2 pencak silat nasional
Raih Juara 2 Nasional, Mahasiswa Ini Tak Hanya Tanding Silat, Tapi Juga Kepemimpinan
August 15, 2025By
Umsida Perguruan Tinggi Swasta Terbaik
Mengenal Umsida, Perguruan Tinggi Swasta Terbaik di Sidoarjo dan Jawa Timur
August 12, 2025By
mahasiswa FPIP Umsida sabet emas pencak silat 6
2 Mahasiswa FPIP Umsida Sabet Emas di Kompetisi Bela Diri Nasional
August 9, 2025By
prestasi atlet psikologi Umsida
Capaian Prestasi Bertambah, Mahasiswa Psikologi Umsida Juara 1 IPSI Malang Championship
August 1, 2025By