Umsida.ac.id – Lingkungan pendidikan yang ramah gender menjadi syarat penting bagi anak untuk memperoleh ilmu secara mutlak. Untuk itu, lnovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (lNOVASl) dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengadakan international Conference On Gender Responsive Education And Call For Papers di auditorium Mas Mansyur Kampus 1, Rabu (6/7). Kegiatan ini sekaligus menutup serangkaian kegiatan kerjasama sekolah responsif gender antara INOVASI dan Umsida.
Keynote speaker seminar internasional ini adalah Prof Dr Abdul Mu’ti Ali Sekum PP Muhammadiyah, Felicity Pascoe Gender Advisor INOVASI, Prof Tariq Mamood University of The Ounjab Pakistan, dan DR Inayah Rochmaniyah dari UIN Sunan Kalijaga. Sebanyak 166 peserta Luring Seminar berasal dari 10 Sekolah Dasar se-Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dan mahasiswa Umsida serta 388 peserta online, hadir untuk menyemarakkan kegiatan akhir tersebut. Ke-10 Sekolah Dasar di antaranya SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool Umsida, SDN Tenggulunan, SDN Larangan, SDN Sumokali, SDN Sepande, SDN Sidodadi, SDN Durung Bedug, SDN Durungbanjar, SDN Jambangan, dan SDN Kedungkendo.
Pada sambutannya, Rektor Umsida, Dr Hidayatulloh M Si menyambut positif kegiatan ini dan berharap ada kelanjutan dari implementasi program ini. “INOVASI bekerjasama dengan pusat Studi Gender, dan Perlindungan Anak (PSGPA) untuk menyusun modul pengembangan responsive gender di tingkat sekolah dasar. Program ini berjalan sangat baik dan menghasilkan perkembangan dan perubahan yang baik di tingkat sekolah sasaran. Tentu keberhasilan yang sangat baik ini perlu di imbaskan ke sekolah lain sehingga memberikan manfaat demi kemajuan pendidikan di indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah australia melalui INOVASI, semoga kemitraan ini bisa dilakukan di masa mendatang dengan menambah sasaran untuk jenjang sekolah SMP dan SMA,” Jelasnya.
Kirsten Bishop, The Department of Foreign Affairs And Trade – DFAT Australia memaparkan harapannya terkait dengan kerjasama INOVASI dan Umsida dalam memajukan pendidikan di Indonesia. “Kami bangga bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk memajukan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua anak Indonesia. Penekanan merata di sini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak tanpa memandang jenis kelamin, disabilitas, tempat tinggal mereka atau berapa banyak uang yang dimiliki keluarganya memiliki kesempatan yang sama memiliki pendidikan berkualitas. Adanya modul sekolah gender ini diharapkan membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk fokus terhadap isu-isu gender di sekolah. Sehingga sekolah dapat menjadi dukungan yang inklusif bagi siswanya, Oleh karena itu, besar harapan kami agar bapak dan ibu semua berkenan mempelajari modul ini lebih lanjut dengan harapan agar modul ini lebih luas penggunaannya” ujarnya.
EPD Manager INOVASI, Phil Bebb menambahkan bahwa permasalahan gender adalah permasalahan global nomor satu yang saat ini menjadi diskusi publik di tengah masyarakat, khususnya dalam ranah pengembangan pendidikan. Maka peranan guru menjadi komponen penting dalam mengimpelementasikan responsif gender.
“Anda sekalian bisa mendapat banyak penemuan dari pemerintah UK bahwa ini menjadi komponen sentral. Jadi kita semua adalah bagian dari sesuatu yang besar dan menjadi penggerak global terkait responsif gender. Jangan lupa bahwa anda sekalian adalah pemegang peranan penting dalam perubahan global,” imbuhnya.
Kemudian, ia menambahkan bahwa pengadaan kegiatan pelatihan seperti ini merupakan langkah nyata dalam proses menerapkan responsif gender.
Dalam kerjasama INOVASI dan PSGPA ini terdapat pembuatan modul Responsif Gender meliputi 11 unit, diantaranya unit memahami konsep gender, memahami sekolah responsif gender, sistem manajemen dan ekstrakurikuler responsif, perencanaan pembelajaran responsif gender, bahan ajar responsif gender di SD, penggunaan bahasa responsif gender di kelas, pengaturan kelas responsif gender, interaksi kelas responsive gender, kekerasan berbasis gender di SD, peran keluarga responsif gender, dan unit tolerasi.
*Humas Umsida