Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menjamu beberapa perwakilan dari Universitas Madura (Unira) di Ruang Rapat Kampus 1 Umsida pada Rabu, (04/09/2024).
Tujuh delegasi dari Unira hendak mendiskusikan beberapa hal, terutama tentang pengimplementasian sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan restrukturisasi kurikulum. Wakil rektor 1 Unira, Dra Sri Harini MM menjelaskan maksud dan tujuan kunjungannya.
Baca juga: Umsida Menjamu Taiz University, Adakan Penjajakan Kerja Sama
“Melihat Umsida yang semakin berkembang dan hubungan kami yang sangat baik, niat kami berkunjung kali ini adalah untuk belajar. Dan itu diwujudkan saat kita mendapat hibah RPL yang membuat kami berkunjung ke sini,” ujarnya.
Tak hanya RPL, kunjungan ini juga akan membahas tentang kurikulum yang diterapkan di Umsida dan pelaporan kegiatan kemahasiswaan dan laporan perkuliahan.
Dra Rini berkata, “Saat ini, setiap mata kuliah memiliki bobot yang berbeda-beda, sistem penilaian juga berbeda yang yang dulu. Jadi kita juga ingin belajar agar bobot tersebut bisa kita terapkan tapi tetap fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi prodi dan mata kuliah,”.
Ia berharap dengan kunjungan ini, Unira bisa menggali banyak ilmu di kampus pencerah ini. Hal tersebut ditanggapi oleh wakil rektor 1 Umsida, Dr Hana Catur Wahyuni ST MT yang menyampaikan bahwa kegiatan sharing session ini tak hanya Unira saja yang belajar, tapi Umsida pun bisa bertukar ilmu yang mungkin bisa diambil dan diadopsi dari praktik baik yang dilakukan Unira.
“Pada intinya, kami mempersilahkan Unira untuk mendiskusikan segala sesuatu. Karena memang sebenarnya kami juga masih dalam proses dan sedang mencoba melakukan berbagai macam perubahan” ucap Dr Hana.
Hal tersebut, katanya, dilakukan untuk menyikapi adanya berbagai regulasi yang baru terkait akreditasi, baik itu di tingkat prodi, institusi, kemudian kebutuhan dari para pengguna kelulusan.
“Kami sedang berproses juga untuk mengakomodir semua perubahan yang ada di sekitar. Salah satunya yaitu dari sisi kurikulum dan penjaminan mutu yang bisa kita diskusikan bersama,” tutup Dr Hana saat sambutan.
Baca juga: FST Umsida Lakukan Work Visit ke UMT, Tindak Lanjut Kerja Sama Internasional
Setelah itu, kedua universitas saling berdiskusi tentang sistem RPL yang kini sudah diterapkan di Umsida.
Unira diskusikan 2 hal
Pihak Unira terlihat aktif mengajukan pertanyaan. Yang pertama terkait pelaporan mahasiswa RPL.
“Unira telah menerapkan sistem RPL sejak tahun lalu, namun data mahasiswa belum juga sinkron. Jadi sampai saat ini pelaporan mahasiswa kami berbentuk mahasiswa transfer,” ucap Ubaidi MKom, Kabag pelaporan dan sistem informasi Unira.
Roni Pambudi SKom, kabid pelaporan Direktorat Akademik (DA) Umsida menanggapi kasus tersebut.
Ia mengatakan bahwa Umsida yang juga mulai membuka sistem RPL sejak semester ganjil 2023 sebanyak 400 mahasiswa, melakukan plotting terlebih dahulu, seperti sertifikat dan jumlah mahasiswa. Data tersebutlah yang nantinya akan tercatat di PDDikti.
Setelah itu, untuk kurikulum tentang pelaporan penilaian nilai mata kuliah, khususnya terkait model pembelajaran case study dan project based learning menjadi topik selanjutnya. Unira telah merancang dalam sistemnya yang memberikan akses kepada dosen untuk menginput nilai.
Namun saat penginputan nilai, terdapat satu pertanyaan terkait bobot mata kuliah yang menerapkan dua model pembelajaran tersebut harus lima puluh persen. Umsida sendiri sampai saat ini menerapkan bobot mata kuliah pembelajaran tersebut secara imbang agar tidak berdampak ke sistem informasi dan dosen.
Menanggapi hal itu, Dr Hana mengatakan bahwa kunci berjalannya pembelajaran yang baru itu adalah universitas sudah menerapkan kurikulum Outcome-Based Education (OBE). Sejak tahun lalu, Umsida telah menerapkan kurikulum OBE.
Diskusi dari pertemuan ini terbilang cukup padat dan kedua pihak saling aktif mendiskusikan dua topik tersebut.
Penulis: Romadhona S.