pakar tentang keracunan MBG

Marak Kasus Keracunan MBG, Pakar Umsida Jelaskan Penyebab dan Pencegahannya

Umsida.ac.id – Insiden keracunan makanan berbasis MBG (Makanan Bergizi dan Gizi) beberapa waktu lalu menjadi perhatian serius masyarakat.

Sebut saja pada salah satu sekolah di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang memakan korban sebanyak 130 siswa keracunan MBG.

Lihat juga: Kasus Beras Oplosan Jadi Ancaman Serius, Dosen Umsida Soroti Pengawasan Pangan yang Lemah

Keracunan tersebut diduga lantaran adanya kandungan Nitrat pada nasi yang diberikan kepada siswa.

Rima Azara STP MP, pakar teknologi pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama keracunan adalah kandungan nitrit yang berasal dari nitrat dalam makanan.

Ia mengungkapkan bahwa kandungan nitrat pada buah atau sayur dengan adanya aktivitas mikroba dapat diubah menjadi nitrit. 

“Nah ketika dikonsumsi dengan jumlahnya berlebihan, di dalam tubuh nitrit mengganggu fungsi darah karena membuat hemoglobin tidak bisa membawa oksigen dengan baik, sehingga orang bisa pusing, mual, atau bahkan sesak,” terang Rima.

Mengutip pada EPA (US Environmental Protection Agency), ia mengatakan bahwa kadar maksimum nitrit yang boleh dikonsumsi dalam minuman adalah 1 mg/L.

Penyebab Keracunan MBG Selain dari Nitrat
pakar tentang keracunan MBG 1
Ilustrasi: Pexels

Menurutnya, masuknya nitrat ke makanan bisa terjadi dari berbagai sumber, misalnya sayuran yang ditanam dengan pupuk kimia berlebihan, air tanah yang tercemar, hingga daging olahan seperti sosis atau kornet, di mana nitrat sengaja ditambahkan sebagai pengawet. 

Selain itu, imbuhnya, pada daging olahan seperti sosis atau kornet, nitrat memang sengaja ditambahkan sebagai pengawet untuk menjaga warna dan mencegah bakteri berbahaya.

Namun, Rima menekankan bahwa nitrat bukan satu-satunya faktor yang bisa menyebabkan keracunan MBG.

“Banyak faktor lain, ya. Bisa karena bakteri seperti Salmonella atau E coli, misalnya makanan yang kurang matang ataupun karena proses sanitasinya yang buruk,” jelas dosen lulusan S2 Teknologi Hasil Pangan Universitas Brawijaya itu.

Kondisi tersebut, kata Rima, bisa juga dari racun alami seperti aflatoksin pada kacang berjamur atau solanin pada kentang yang kehijauan. 

Selain itu, bahan kimia berbahaya seperti pestisida, logam berat, atau bahan tambahan ilegal juga bisa jadi penyebab. 

“Keracunan ini juga bisa karena kesalahan pengolahan. Misalnya, pengolahan yang tidak sempurna yang menyebabkan matang tidak merata, sehingga masih ada mikroba berbahaya yang ada dalam makanan tersebut dan menyebabkan keracunan MBG,” ungkapnya.

Rima menambahkan bahwa perbedaan potensi keracunan antara bahan pangan segar dan olahan cukup signifikan. 

Lihat Juga :  Uji Klinis Vaksin TBC di Indonesia Sudah di Tahap 3, Ini Kata Dokter Umsida

“Bahan segar lebih aman asalkan dicuci dan diolah dengan benar,” tandasnya.

Sementara makanan yang diproses atau disimpan lama memiliki risiko lebih tinggi karena bisa terjadi pertumbuhan mikroba atau perubahan kimia yang menghasilkan racun.

“Jadi, makanan olahan perlu diawasi lebih ketat dari segi waktu dan suhu penyimpanan,” ujar Rima.

Standar Keamanan Pangan Atasi Keracunan MBG
pakar tentang keracunan MBG 1
Ilustrasi: Pexels

Lebih lanjut, Rima menjelaskan tentang beberapa standar keamanan pangan untuk MBG.

Rima Azara menekankan bahwa kunci utama untuk menghindari keracunan MBG adalah penerapan standar keamanan pangan yang ketat.

Ia menyarankan agar semua penyedia makanan MBG menerapkan prinsip HACCP dan mengikuti 5 kunci keamanan pangan WHO.

“Jaga kebersihan, pisahkan bahan mentah dan matang, masak sampai suhu aman, simpan dengan benar, dan pastikan bahan serta air yang digunakan aman,” tuturnya.

Jadi menurutnya, bukan hanya soal rasa dan gizi saja yang perlu diperhatikan, tapi juga proses yang higienis dari awal sampai disajikan.

Ia juga menekankan pentingnya prosedur pengolahan dan penyimpanan makanan yang tepat.

“Pertama, pastikan semua alat dan tangan dalam keadaan bersih. Gunakan talenan terpisah untuk bahan mentah dan matang untuk mencegah kontaminasi silang,” kata dosen 

Setelah itu, masak makanan sampai benar-benar matang, lalu kalau mau disimpan, pisahkan makanan panas dan dingin. 

Ia menyarankan agar tidak menyimpan makanan di suhu ruang terlalu lama dan jangan sering dipanaskan ulang.

Pencegahan dan Edukasi Konsumen MBG
pakar tentang keracunan MBG 1
Ilustrasi: Pexels

Rima berpendapat bahwa angkah pencegahan utama untuk mencegah kasus keracunan MBG adalah pengawasan ketat terhadap bahan baku, penerapan SOP pengolahan yang disiplin, dan pelatihan rutin bagi petugas dapur mengenai higiene dan keamanan pangan.

“Selain itu, uji laboratorium secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan makanan aman. Edukasi kepada semua pihak juga penting agar mereka bisa mengenali makanan yang tidak layak konsumsi,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa kesadaran semua pihak, baik penyedia makanan maupun konsumen, menjadi faktor penting dalam menekan risiko keracunan MBG. 

Lihat juga: Ajak Melek Literasi Keamanan Pangan, Warek 1 Umsida Andil di Pendampingan PSAT

“Dengan langkah-langkah ini, kita bisa mengurangi kemungkinan paparan zat berbahaya, termasuk nitrit dan kontaminan lain, sehingga MBG tetap aman dikonsumsi,” tutup Rima.

Sumber: Rima Azara STP MP

Penulis: Romadhona S.

Berita Terkini

magister ilmu komunikasi Umsida 1
Launching Magister Ilmu Komunikasi Umsida, Pendaftaran Sudah Dibuka!
October 28, 2025By
muhammadiyah
Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadan 2026 pada 18 Februari
October 23, 2025By
S2 Ilmu Komunikasi Umsida
S2 Ilmu Komunikasi Umsida Sudah Buka, Siap Cetak Pakar New Media
October 13, 2025By
prodi sains data
Umsida Resmi Buka S1 Sains Data, Siap Buka Peluang Data Analyst
October 11, 2025By
pendampingan korban Ponpes Al Khoziny
Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Panik, Bramasgana Umsida Dampingi 4 Hari
October 4, 2025By
Umsida dan PT Mellcoir Sport Indonesia
Magang di PT Mellcoir Sport Indonesia, Mahasiswa Umsida Ikut Expo UMKM di Jakarta
October 3, 2025By
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny: Sekitar 60 Korban Masih Tertimbun
October 2, 2025By
Umsida kampus ramah nonmuslim
Jadi Kampus Ramah Latar Belakang Agama, Ini Cerita Malvin dan Keluarga Tentang Umsida
September 3, 2025By

Riset & Inovasi

lang and tech
Lang and Tech, Inovasi PBI dan PTI Umsida Tunjang Materi secara Daring
October 19, 2025By
renalmu.com
Aplikasi Renalmu.com, Inovasi Dosen Umsida Dorong Transformasi Digital Pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit
October 17, 2025By
alat pemeriksaan kesehatan digital
Umsida Buat Alat Cek Kesehatan Tanpa Jarum, Mudahkan Pemeriksaan
October 9, 2025By
hibah PTTI dan PISN
Dosen Umsida Raih Hibah PTTI dan PISN 2025, Kenalkan Sidoarjo Melalui Film Dokumenter Budaya
October 7, 2025By
inovasi alat pembakaran sampah tanpa asap 3
Alat Pembakaran Sampah Tanpa Asap, Inovasi Dosen Umsida Tekan Masalah Sampah
September 25, 2025By

Prestasi

inovasi laboran MIK Umsida
Inovasi Augmented Reality Laboran MIK Umsida Antarkan Prestasi Gemilang
October 28, 2025By
Umsida perguruan tinggi unggul
Umsida Masuk 10 Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Tahun 2025 Versi SINTA Score 3 Years
October 27, 2025By
Tim fisioterapi Umsida
Tim S1 Fisioterapi Umsida Juara 2 Medical and Health Competition Vol 2 2025
October 21, 2025By
inovasi limbah cangkang kupang 3
Olah Limbah Cangkang Kupang, Mahasiswa TLM Umsida Raih Juara 2 PKP2 PTMA 2025
October 19, 2025By
relawan pajak Umsida
Punya Relawan Pajak Terbanyak 2025, Tax Center Umsida Dapat Penghargaan dari DJP Jatim II
October 18, 2025By