Umsida.ac.id – Partikel mikroplastik semakin sering ditemui, entah itu pada makanan, air, atau bahkan di dalam tubuh manusia.
Lihat juga: Ajarkan Pengolahan Sampah Kepada Masyarakat, Dosen Umsida Wujudkan SDGs-13
Hal tersebut dikarenakan partikel tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil yang berasal dari penguraian plastik.
Ditemukannya mikroplastik pada beberapa barang konsumsi hingga tubuh manusia ini tentu menjadi hal yang membahayakan tak hanya bagi lingkungan, tapi juga kesehatan manusia.
Dosen Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), dr Aldilatama Herisulistyo turut mengungkapkan keprihatinannya karena mikroplastik yang merupakan partikel berukuran sangat kecil (5 mm) (Emenike, 2023), ditemukan pada hampir semua tipe jaringan/ cairan di tubuh manusia.
Bagaimana Mikroplastik Masuk ke Tubuh Manusia?

“Bahkan ada studi oleh Plastics and Health Working Group di Stanford Medicine yang menyimpulkan bahwa manusia sejak lahir sudah terpapar mikroplastik,” terangnya.
Dokter yang juga seorang dosen farmakologi tersebut menjelaskan bahwa masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia bisa melalui tiga jalur.
“Partikel ini bisa masuk ke tubuh manusia bisa melalui jalur makanan dan minuman yang kita konsumsi, udara yang kita hirup, dan bahkan melalui lapisan kulit yang bersentuhan dengan produk atau permukaan apapun yang tercemar,” jelas dr Aldi.
Melihat partikel yang bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia tentu mengerikan, bukan?
Apalagi kata dr Aldi yang mengungkapkan bahwa mikroplastik dapat terakumulasi dan ditemukan di dalam tubuh hampir pada seluruh jaringan tubuh walau dalam jumlah dan waktu yang berbeda.
“Tubuh manusia memiliki sistem pembuangan dan masa penyimpanan mikroplastik yang berbeda-beda pada setiap orang. Dan dua hal penting tersebut masih terus diteliti oleh para ilmuwan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, dr Aldi menyarankan agar lebih baik berhati-hati dalam menghadapi masalah mikroplastik ini.
Apa Dampaknya?

Lantas, partikel ini menyasar golongan tertentu, walau semua orang bisa mengalami dampaknya.
dr Aldi mengatakan bahwa kelompok yang paling berisiko paling tinggi adalah janin dalam kandungan ibu hamil dan anak-anak karena mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
“Walaupun demikian, usia dewasa juga tetap berisiko akan bahaya paparan mikroplastik,” tuturnya.
Ia mengutip studi dari American Heart Association Journals yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan penyakit metabolisme jantung dengan tingkat polusi mikroplastik.
Adanya mikroplastik di dalam tubuh tentu akan menyebabkan beberapa hal serius, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Potensi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan mikroplastik sangat banyak dikarenakan benda ini beredar di seluruh jaringan tubuh manusia,” tandas dr Aldi.
Pada jangka pendek, yang langsung dapat dirasakan adalah iritasi pada kulit dan gangguan pernapasan ringan.
“Biasanya bersin atau rasa tidak nyaman saat bernapas bila terpapar secara singkat pada sumber dan jumlah yang tinggi. Misalnya dekat tempat pembakaran plastik yang dilakukan secara liar dan sembarangan,” terangnya.
Sejak mikroplastik terakumulasi dalam tubuh bertahun-tahun, tambah dr Aldi, maka benda asing ini dapat merubah gen normal menjadi gen yang rusak, merusak kerja metabolisme tubuh yang normal ke arah destruktif, dan gangguan imunitas jangka panjang.
“Tiga hal mendasar di atas sudah kita jumpai dalam bentuk penyakit yang makin meningkat di masyarakat,” imbuhnya.
Beberapa contoh penyakit akibat benda ini adalah kanker, gangguan kesuburan, penyakit jantung, dan pubertas dini pada anak-anak serta masih banyak potensi masalah penyakit akibat paparan partikel dalam jangka panjang.
Masih Ada Solusi

Walau partikelnya sudah semakin banyak ditemui, dr Aldi berkata bahwa dampak paparan ini masih bisa diatasi.
“Masih belum terlambat total. Namun ini perlu kerja sama yang kompak dari semua kalangan masyarakat,” katanya.
Menurut dr Aldi, produsen dan pemerintah yang berperan besar dalam membuat sistem pengendalian peredaran, pembuangan, dan pengolahan produk-produk plastik yang terkontrol secara baik bagi lingkungan dan masyarakat.
Selain itu, masyarakat sebagai konsumen bisa sadar diri mengurangi pemakaian plastik sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.
Lebih lanjut, ia memberikan beberapa saran kepada masyarakat dalam menghadapi dampak paparan mikroplastik:
- Menjadi agen perubahan kecil dimulai dari diri sendiri.
- Plastik memang masalah besar bersama, tapi masyarakat bisa mulai dari hal-hal kecil untuk tubuh yang sehat dan mampu menghadapi tantangan lingkungan termasuk mikroplastik.
- Mengurangi konsumsi makanan atau minuman dari kemasan plastik. Masyarakat bisa beralih dengan wadah kaca atau baja tahan karat (stainless steel) saat mengkonsumsi makanan dan minuman.
- Menghindari membuang sampah memakai kantong plastik di sumber air atau sungai karena mikroplastik akan terurai di air dan mencemari air dan tanah sekitar.
- Menghindari memanaskan makanan pada wadah plastik atau thinwall, lebih baik pakai stainless steel atau kaca tahan panas.
- Pola hidup sehat secara umum, seperti tidur cukup, olahraga, manajemen stress dengan sholat dan mengatur aktivitas yang realistis sesuai kemampuan.
Lihat juga: Terapkan P5, KKNP 59 Umsida Ajari Pemilahan Sampah di SDN Lebakjabung
“Kebiasaan itu terbukti menjadi bagian dari detoksifikasi stress dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap paparan penyakit, termasuk bahaya mikroplastik,” tandasnya.
Penulis: Romadhona S.