Umsida.ac.id – Selama Novemebr dan Desember, beberapa bunga Rafflesia ditemukan sedang mekar di hutan Sumatera.
Bahkan ada anggota TNI yang menemukan bunga Rafflesia mekar sempurna di tengah operasi pencarian korban banjir bandang di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Lihat juga: SDGs Center Umsida Dorong Hilirisasi Riset untuk Pembangunan Berkelanjutan Jawa Timur
Momen tak terduga dan langka terjadi di area Jembatan Kembar.
Penemuan flora endemik yang dikenal sebagai bunga bangkai (meskipun Raflesia berbeda dari Bunga Bangkai Amorphophallus) ini menjadi sorotan di tengah suasana duka dan kerja keras tim evakuasi.
Momen ini seolah menghadirkan secercah keindahan alam yang langka di tengah kesulitan.
Bunga Raflesia yang mekar di alam liar merupakan kejadian yang sangat jarang dan membutuhkan kondisi lingkungan tertentu.
Apalagi saat ini, bunga Rafflesia termasuk ke dalam salah satu flora yang dilindungi lantaran jumlahnya yang semakin berkurang.
Dalam wawancara bersama salah satu Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Intan Rohma Nurmalasari SP MP, terungkap bahwa pelestarian tanaman ini membutuhkan sinergi kuat antara sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkompeten dalam penelitian dan teknologi.
Kekayaan Biodiversitas Indonesia dan Tantangan Pelestariannya

Intan menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan luar biasa dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Indonesia itu memiliki kelebihan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan perlu diketahui antara SDM dan SDA harus terdapat sinergi,” ujarnya.
Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia mencakup berbagai jenis tumbuhan langka yang hanya tumbuh di wilayah tertentu, salah satunya adalah bunga Rafflesia.
Menurutnya, keanekaragaman ini tidak hadir begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh kondisi alam yang unik serta kemampuan manusia dalam memanfaatkannya.
Tanaman seperti bunga Rafflesia membutuhkan perlakuan khusus karena tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh begitu saja di berbagai daerah.
Faktor-faktor seperti jenis tanah, musim, iklim, dan karakteristik lingkungan sangat menentukan keberhasilan suatu tanaman untuk berkembang.
Upaya Pengembangan Raflesia dan Tantangan Teknologi Kultur Jaringan

Dalam wawancara tersebut, dosen lulusan universitas Brawijaya itu menjelaskan bahwa salah satu cara modern untuk melestarikan tanaman langka seperti Raflesia adalah melalui metode kultur jaringan.
Namun, ia mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi ini di Indonesia masih belum maksimal.
“Sebenarnya Raflesia bisa dikembangkan dengan kultur jaringan, namun kultur jaringan di Indonesia masih sangat lemah, karena pengetahuan di Indonesia belum banyak, hanya beberapa,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa penemuan fenomena tumbuhnya bunga Rafflesia di beberapa daerah baru-baru ini menjadi dorongan besar bagi kalangan akademisi untuk melakukan penelitian lebih mendalam.
Hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak potensi ilmiah yang bisa dikembangkan, terutama dalam bidang bioteknologi dan konservasi tumbuhan.
Kemunculan Rafflesia secara alami diperkirakan terjadi melalui proses seleksi alam yang panjang, dapat berlangsung hingga puluhan tahun.
Tanaman ini bergantung pada tumbuhan inang Tetrastigma, yang menyerap nutrisi dari tanaman lain tanpa merugikan inangnya.
Karena sifatnya yang sensitif, keberhasilan pertumbuhannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang bersih dan tidak tercemar.
Lingkungan Ideal Bunga Rafflesia dan Harapan Bagi Peneliti Muda
Lebih lanjut, menurut Intan, Raflesia hanya mampu tumbuh di tanah yang masih perawan (virgin soil), bebas logam berat dan polutan seperti unsur plastik, serta memiliki kandungan humus dan bahan organik tinggi.
Jika lingkungan yang ditempati tercemar, maka bunga Rafflesia akan sulit berkembang.
“Rafflesia tumbuh ditempat yang tidak tercemar, ia akan sulit tumbuh ketika berada di tanah tercemar,” jelas Ketua Pusat Studi SDGs Umsida itu.
Melihat kompleksitas pertumbuhan tanaman langka tersebut, ia berharap agar mahasiswa dan peneliti muda semakin termotivasi untuk mengembangkan penelitian berbasis inovasi.
Lihat juga: Banyak Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera, Pakar Umsida: Perusahaan harus Imbangi Ekonomi dan Ekologi
Penemuan-penemuan baru di bidang agroteknologi dapat menjadi pintu besar menuju pelestarian spesies penting sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan.
Penulis: Novia



















