Umsida.ac.id– “Ketika telah didaulat seseorang menjadi pemimpin, maka kewajiban kita sebagai anggota itu wajib untuk menaati dan memberi dukungan,” ungkap Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatulloh MSi saat mengisi materi tentang Ideologi Kepemimpinan, Penguatan Komitmen dan Militansi Pimpinan di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Porong, Ahad (28/01/2024).
“Termasuk ibu-ibu hari ini kan sudah didaulat oleh anggotanya untuk menjadi pemimpin, maka sudah menjadi kewajiban para anggotanya untuk menaati dan memberi dukungan pada pimpinannya,” tegasnya pada peserta Baitul Arqam Pimpinan, Pimpinan Cabang (PC) Aisyiyah Krembung, Porong, Jabon, Wonoayu dan Sukodono.
Wakil Ketua Pimpinan Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) itu lantas mengutip Al Quran surat An Nisa ayat 59 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah Alquran dan rasul atau sunnahnya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibat.
Hidayatulloh menekankan, “Ibu-ibu, panjenengan ber-aisyiyah itu pasti punya tujuan dan ini juga bagian dari tujuan hidup kita apa tujuan hidup kita itu? Yaitu beribadah,” tuturnya.
“Kita di Aisyiyah itu sama dengan beribadah karena tujuan kita di Aisyiyah itu ingin mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dan itu sejalan dengan tujuan hidup kita,” lanjutnya.
“Tidak hanya mengurusi diri kita sendiri tapi kita juga mengurusi umat. Itulah fungsi manusia yang kedua sebagai khalifatullah fil ardi,” tegasnya.
Menjadi seorang pemimpin itu, kata Hidayatulloh, bukan karena jabatannya tetapi kapasitasnya.
“Anda menjadi pemimpin itu karena berhasil mempengaruhi orang lain karena kewibawaan anda, karena keilmuan anda, karena keterampilan anda, karena keahlian anda, singkat cerita karena kapasitas yang anda miliki,” paparnya.
“Maka tidak ada bedanya siapa yang menjadi ketua atau menjadi sekretaris, ketua majelis. Tetapi yang membedakan adalah siapa yang bisa menjalankan fungsi kepemimpinannya,” lanjutnya.
“Soal kita menjadi ketua itu kebetulan saja ibu-ibu, karena ketua cuma satu tidak semua bisa menjadi ketua,” terangnya.
Pemimpin Berkapasitas Besar Wajib Lakukan 3 Hal
Seorang ketua atau pemimpin, sambung dia, harus bisa melakukan tiga hal agar organisasi ini menjalankan program-programnya sesuai dengan target awal.
Baca juga: Mudik Alumni, Reuni Akbar Perayaan Milad Umsida ke-35
Yang pertama, kata Hidayatulloh, a leader knows the way. “Pemimpin itu harus tahu caranya menjalankan roda organisasi,” katanya.
“Pimpinan Aisyiyah harus mengetahui apa yang harus dilakukan lima tahun ke depan, ini adalah jalan menuju keberhasilan,” ujarnya.
“Nah, kalau sudah tahu bagaimana caranya berhasil harus dijelaskan, tunjukkan kepada orang lain atau anggotanya,” lanjutnya.
“Sampaikan, ibu-ibu, kita punya program yang seperti ini, targetnya begini, ada tahapan-tahapan yang harus kita lewati seperti ini. Jelaskan itu semua kepada teman-teman anggota kita. Ini dimaksud dengan shows the way,” tandasnya.
Kemudian, lanjutnya, setelah mengetahui caranya dan mampu menunjukkan jalannya, seorang pemimpin harus mau secara bersama-sama untuk bergerak melewati tahapan-tahapan itu bersama anggotanya, dan hal ini disebut goes the way.
“Ketika ibu-ibu menjelaskan kepada anggota itu, ada yang mampu bekerja cepat, ada yang lambat. Itu biasa. Di Muhammadiyah juga sama, maka ketika pemimpin itu shows the way and goes the way, tetap diperlukan kesabaran. Tidak bisa kita paksakan orang lain untuk mengikuti kita, tetapi paksalah orang lain dan diri kita mengikuti organisasi kita,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di PWMU.CO
Ditulis oleh: Dian Rahma Santoso