Umsida.ac.id – Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Hidayatulloh MSi menyinggung sila kelima Pancasila dengan pembuatan kebijakan yang efektif. Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan amanat upacara HUT RI ke 79 di lapangan tengah kampus 1 Umsida, Sabtu (17/08/2024).
“Profesor Ahmad Syafi’i Ma’arif pernah menyebut sila kelima Pancasila sebagai sila yang nestapa,” ujarnya.
Lihat juga: Riset Dosen Umsida Jelaskan 8 Peran Sekolah untuk Mengatasi Bullying
Karena sampai hari ini, sambung Dr Hidayatulloh, sila tersebut belum bisa diwujudkan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Hal itu menjadi PR bagi mahasiswa yang menjadi calon pemimpin di masa depan. Ketika nantinya mereka menjadi pejabat publik yang mempunyai otoritas untuk mengambil sebuah kebijakan, maka keputusan itu harus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan yang efektif itu bagaimana?
“Kebijakan itu dikatakan efektif setidaknya harus memenuhi tiga hal. Yang pertama, kebijakan itu muncul karena ada masalah,” ujarnya.
Karena itu, tuturnya, ketika membuat kebijakan, maka kebijakan itu harus bisa menyelesaikan masalah. Jangan sampai kebijakan yang dibuat itu malah menimbulkan masalah baru.
Yang kedua, kebijakan itu efektif jika kebijakan tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Dan yang ketiga, kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang memenuhi rasa keadilan.
“Hal ini juga menjadi perhatian kami ketika harus membuat kebijakan di Umsida. Kami selalu berusaha untuk bisa mewujudkan parameter kebijakan yang efektif itu,” kata rektor lulusan S3 UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Ia berharap kepada mahasiswa yang sedang berproses saat ini untuk mulai berlatih berorganisasi dan membuat kebijakan-kebijakan. Dari situlh mereka bisa menrapkan tiga indikator sebuah kebijakan yang efektif.
Dr Hidayatulloh menyampaikan satu poin lagi yang sangat penting untuk diterapkan, yaitu nilai kejujuran. Dalam suatu hadits Rasulullah mengatakan:
. عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ ( رواه البخارى ومسلم)
Artinya:
Hendaklah kalian jujur, karena setiap kejujuran itu akan melahirkan kebaikan, dan setiap kebaikan yang dibangun atas dasar kejujuran akan mengantarkan ke surga.
“Suasana kehidupan surgawi itu harus bisa kita rasakan di dunia ini nanti sampai di akhirat. Di dunia, indikator kehidupan surgawi itu adalah kehidupan yang tenang dan menenangkan,” ungkapnya.
Lihat juga: Pakar Hukum Umsida: Ketentuan Tapera di Kebijakan Sebelumnya Saya Rasa Lebih Baik
Ciptakan lingkungan surgawi
Beberapa waktu lalu ramai di media sosial ada seorang mahasiswa fakultas kedokteran spesialis anestesi yang mengakhiri hidupnya.
Diduga, ia tak kuat dengan tindakan bullying yang dihadapi di kampus. Ia berpesan hal ini tidak terjadi di Umsida.
“Mari kita menjalankan proses pendidikan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. bebaskan semua bentuk penindasan intimidasi bullying di lingkungan kampus,” ujarnya.
Lalu, ia mengutip hadits yang berbunyi:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
Artinya:
Hendaklah kalian menjauhi kedustaan dan kebohongan, karena saat dusta itu akan mengantarkan pada kehancuran, dan setiap kehancuran itu akan mengantarkan ke neraka.
Rektor Umsida melanjutkan, “Karena itu, mari kita jaga dan menegakkan kejujuran, mulai dari rektor hingga seluruh mahasiswanya harus jujur agar bisa mewujudkan kehidupan surgawi,”.
Di kampus ini, ia berharap semua peran SDM di kampus ini benar-benar bisa memberikan manfaat mengisi kemerdekaan dan bisa menyongsong Indonesia emas 2045.
Penulis: Romadhona S.