Umsida.ac.id – Melanjutkan materinya di Baitul Arqom dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Hidayatulloh MSi menjelaskan tentang dimensi tauhid dan peran tauhid dalam kehidupan.
Lihat juga: 3 Jalan Memahami Ajaran Islam dan 5 Pilar Tarjih Muhammadiyah
Dimensi Tauhid
Pertama, ia menjelaskan tentang dimensi tauhid yang terbagi menjadi tiga, yakni tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat.
Tauhid rububiyah adalah keyakinan terhadap Allah bahwa Dialah yang menciptakan, mengatur, dan mencukupi semua kebutuhan manusia.
“Ketika kita menyadari hal ini, harusnya setiap manusia bisa layak hidup. Karena Allah menyatakan bahwa di manapun bumi terbentang, di situlah ada rezeki-Nya. Tinggal kitanya saja mau berusaha atau tidak,” terangnya.
Yang kedua yakni tauhid uluhiyah, yaitu keyakinan tentang ketuhanan, membesarkan Allah, beribadah hanya kepada Allah, tunduk dan patuh kepada Allah.
Tauhid yang terakhir yakni tauhid asma wa sifat, bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang melekat pada dirinya dan refleksi pada kehidupan manusia (asmaul husna).
7 Peran Tauhid dalam Kehidupan
Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang peran tauhid dalam kehidupan. Ada 7 poin yang ia sebutkan dalam hal ini.
1. Mengakui keesaan Allah
“Artinya kita menolak semua bentuk penyekutuan Allah (syirik) dan meyakini bahwa tidak ada yang bisa disejajarkan dengan Allah,” kata Dr Hidayatulloh.
2. Landasan Ibadah
Ia menjelaskan bahwa tauhid dalam kehidupan, adalah dasar dari semua ibadah, baik maghdhah atau berbentuk ritual seperti sholat, puasa, zakat, dan haji, maupun ibadah ghairu maghdhah atau ibadah non ritual seperti bekerja, memolong, dan lainnya.
“Mengurus kampus maupun rumah sakit, harus didasarkan pada tauhid. Dengan begitu, seorang muslim menyadari bahwa ibadah ditujukan hanya kepada Allah,” ujarnya.
3. Pembentuk kepribadian
Peran tauhid dalam kehidupan selanjutnya adalah pembentuk karakter dan akhlak mulia pada diri seorang muslim.
“Kita akan memiliki sikap yang tegas, jelas, dan tidak mudah terpengaruh jika memiliki prinsip dan keyakinan (tauhid),” tegas dosen Prodi Magister Pendidikan Islam itu.
Belakangan ini, katanya, banyak orang yang menjatuhkan martabatnya dirinya karena mudah terpengaruh seperti jabatan atau bonus.
Ia harap hal tersebut tidak terjadi kepada hamba-Nya yang patuh.
4. Pembebasan dari perbudakan
Dr Hidayatulloh mengungkapkan bahwa di Al Quran dan Hadits, banyak yang bisa menjadi Tuhan.
Sesuai dengan konsep “Laa ilaaha illallah” bahwa “Laa ilaaha” yang artinya tidak ada sesembahan lain, kecuali Allah (illallah).
“Di dunia ini banyak sekali Tuhan, namun bagi yang bertauhid, maka tiada sesembahan lain selain Allah,” katanya.
Termasuk pembebasan dari hawa nafsu. Ia berpendapat bahwa orang yang mudah dikendalikan oleh nafsu, maka ia telah menuhankan nafsu tersebut.
Karena menuhankan hawa nafsu, imbuh Dr Hidayatulloh, maka semua suara nafsu itu diikutinya, tidak peduli baik dan benarnya, namun mana yang menguntungkan, maka itu yang ia ikuti.
Maka Rasulullah pernah bercerita kepada para sahabat setelah menuntaskan Perang Badar yang mengungkapkan bahwa perang itu merupakan perang kecil, karena yang paling besar adalah perang melawan hawa nafsu.
Rektor Umsida mengatakan, “Dengan bertauhid seseorang tidak lagi bergantung pada makhluk yang lain dan lebih fokus pada ketaatan kepada Allah. Ia juga terbebas dari rasa khawatir yang berlebihan karena telah bertawakal.”
5. Pemberi arah hidup
Ia berpendapat bahwa tauhid dalam kehidupan, akan memberi arah dan panduan dalam kehidupan.
Muslim yang bertauhid memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu menggapai ridho Allah.
“Walau kadang dicemooh orang ketika menjalankan tugas, tidak apa-apa, itu merupakan bagian dari kehidupan,” tuturnya.
6. Menjaga keseimbangan hidup
Orang yang bertauhid menjalankan peran sebagai khalifah di dunia.
Maka, imbuhnya, diperlukan keseimbangan antara Abdullah dan Khalifatullah, yakni peran sebagai hamba yang taat, tunduk, dan patuh kepada Allah, juga berperan sebagai wakil Allah di muka bumi ini, yang harus melahirkan kebaikan dan kebermanfaatan bagi seluruh alam semesta.
7. Menjaga lingkungan hidup
Menyinggung tentang poin 6 dan 7 terkait peran tauhid dalam kehidupan, Dr Hidayatulloh mengacu pada surat Al Qashash ayat 77.
“Ini meniscayakan semua proses hidup manusia harus diproyeksikan ke keberhasilan akhirat, namun juga tidak boleh abai tentang keberhasilan di dunia,” terangnya.
Untuk mencapai keberhasilan di dunia dalam surat tersebut, ia berpendapat bahwa manusia harus berbuat yang terbaik sebagaimana Allah memberikan yang terbaik untuk semua makhlukNya.
Menutup materi tentang peran tauhid dalam kehidupan, Dr Hidayatulloh berpesan agar ketika seseorang berbuat baik, hendaknya tidak meminta imbalan, tapi berbuatlah karena ridho Allah.
“Jangan setengah-setengah berbuat baik, berbuatlah yang terbaik. Kalau kita bisa menjaga dan mengembangkannya, InsyaAllah tauhid tidak hanya menyangkut hubungan kita dengan Tuhan, tapi juga membentuk sebuah peradaban” pungkasnya.
Lihat juga: Prof Haedar Ungkap Urgensi Sistem Kalender Hijriyah Global Tunggal
Lantas ia mengutip perkataan HAR Gibb yaitu, “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization”.
Penulis: Romadhona S.