Umsida.ac.id – Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi pada saat pandemi dan upaya penanganannya diungakap Evi Rinata SST MKeb lewat podcast youtube #UmsidaMenyapa : Mengenal Dampak Pandemi Covid 19 pada Kesehatan Reproduksi, Selasa (02/02). Menurut perempuan yang akrab disapa Evi ini, secara umum kesehatan reproduksi merupakan suatu kondisi dimana seorang wanita secara fisik, mental, dan sosial utuh dan tidak hanya bebas dari penyakit. Ada 8 ruang lingkup kesehatan reproduksi: kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi lansia, deteksi dini kanker dan saluran reproduksi, serta pencegahan dan penanganan fertilitas. “Dari kedelapan itu, yang paling menonjol ada pada kesehatan ibu dan anak, fertilitas, dan aborsi,” ujarnya.
Pandemi covid 19 menimbulkan adanya penurunan drastis penggunaan kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) sejak awal Maret 2020. Hal ini disebabkan oleh rasa takut untuk datang ke bidan dan Puskesmas. Ia menjelaskan justru pada kondisi sebaliknya, aktivitas di rumah saja membuat remaja lebih sering menggunakan ponsel, sehingga terjadi adiksi terhadap pornografi. Hal ini sangat mengkhawatirkan apabila mereka melakukan hubungan seks di luar nikah, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak tertolong, dan berdampak pada kematian ibu hamil tersebut.
Tidak hanya itu, akses pemeriksaan terhadap ibu hamil di berbagai layanan kesehatan juga dibatasi. Solusi yang bisa dilakukan ibu hamil adalah lebih proaktif untuk mendapatkan berbagai informasi, terutama terkait konseling. “Harus banyak membaca karena informasi ini penting bagi si ibu dan anak,” kata Evi.
lebih lanjut, Evi mengungkapkan bahwa pandemi covid 19 menimbulkan penurunan kontrasepsi modern dan meningkatnya kontrasepsi tradisional. “Metode yang tradisional itu beresiko kegagalannya tinggi. Kalau gagal, kehamilan yang tidak diinginkan itu beresiko terjadi,” jelasnya.
Di samping itu, menurut Dosen Fikes Umsida tersebut, covid 19 menyebabkan terhambatnya program imunisasi. Dimana posyandu yang tutup dan anak tidak dibawa ke puskesmas karena rasa takut yang berlebih terhadap covid 19 akan menghambat proses pemantauan tumbuh kembang anak. Sehingga sangat beresiko terjadinya Stunting. “Maka bidan bisa menggerakkan kader layanan posyandu delivery. Seperti antar jemput bergiliran dan di jadwalkan. Jadi yang keliling nakesnya, kalau wilayahnya zona merah,” pungkasnya.
ditulis : Shinta Amalia
Edit : Anis Yusandhita