Umsida.ac.id – Sebanyak lima mahasiswa program studi Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) telah mengikuti kegiatan industrial visit di Bank Muamalat Indonesia Kuala Lumpur. Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin-Jumat (27/11 – 1/12/2023).
Lima mahasiswa tersebut adalah Dewi Novianti, Lukita Nova Azzara, Azifatul Hannah, Nihayah Tuttoyyibah, Melly Wanda Ismi Wulandari. Selain mahasiswa tersebut, ada juga dosen pembimbing yakni Ruslianor Maika SHut MAB yang juga mendampingi mereka selama kegiatan di Kuala Lumpur.
Hibah riset Kemendikbud
Industrial visit ini merupakan salah satu kegiatan riset jasa pembayaran antar negara yang didapatkan dari hibah riset BIMA Kemendikbud Ristekdikti. Saat mengerjakan riset, dosen yang akrab disapa Ruslianor ini mengajak mahasiswanya untuk terlibat dalam pengerjaan riset.
Lihat juga: Usai Bahas Kriteria Pemimpin, Rektor Umsida Ungkap Konsep 5K
“Tujuan kegiatan ini adalah ingin mendapatkan beberapa informasi atau data terkait sistem pembayaran yang dilakukan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Kuala Lumpur. Kami juga melakukan uji coba Purwarupa,” ujar Rusli.
Kelima mahasiswa ini, sambungnya, termasuk mahasiswa yang aktif di kelas dan sering mengadakan diskusi pada saat mata kuliah berlangsung. Lalu Rusli mengajukan penelitian dan mengajak mereka untuk andil di dalamnya. Benar saja, mereka sangat antusias mengikuti rangkaian riset hingga industrial visit ke Malaysia.
Cerita sahabat nabi dalam industrial visit
Dalam kegiatan industrial visit ini, mahasiswa Umsida mengikuti salah satu sharing session yang mana mereka menceritakan tentang sahabat Nabi yakni Zubair bin Awwam dan Ali bin Abi Thalib.
“Ternyata, akad tabungan di Bank Muamalat Indonesia cabang Kuala Lumpur ini menggunakan akad Qardh (pinjaman). Berbeda dengan di Indonesia dimana tabungan di Bank syariah menggunakan akad Wadiah (titipan) dan Mudharabah (syirkah/investasi),” terangnya.
Lihat juga: Umsida.dev Gelar Workshop “Mulai dari 0, Belajar Web Development”
Cerita ini, lanjut Rusli, mengisahkan tentang sahabat Zubair bin Awwam. Ia mempunyai konsep yang sama dalam menerima titipan harta dari kaum muslimin dimana Zubair bin Awwam tidak mau pakai akad Wadiah (titipan) atas harta kaum muslimin. Zubair bin Awwam lebih memilih akad Qardh (hutang).
Dengan akad tersebut, sahabat Zubair bin Awwam dapat mengembangkan usahanya menjadi orang kaya dari pinjaman harta kaum Muslimin.
Salah satu mahasiswa yang menjadi bagian dari industrial visit ini adalah Azifatul Hannah. Dari kegiatan ini, ia memperoleh ilmu, dipertemukan dengan orang-orang mau mengajarinya, dan di tiap makan siang, ia selalu dikenalkan makanan-makanan Malaysia, ia disambut dengan hangat di sana.
“Seperti pada Jum’at kemarin, ada kegiatan sharing-sharing bersama. Kami diutus untuk sharing dalam presentasi mengenai sahabat nabi Zubair bin Awwam dan Ali bin Abi Thalib. Mereka sangat antusias dengan presentasinya. Mereka belum pernah mendengar cerita tersebut yang berhubungan dengan akad,” ucap Hannah dengan semangat.
Lalu, Hannah menjelaskan kepada mereka bahwa ia dan teman-temannya sudah biasa mendengarkan cerita seperti itu sebagai bahan diskusi ketika mata kuliah dosen pembimbingnya. Di luar dugaan, mereka kaget dengan pembelajaran kuliah yang diberikan karena berbeda dengan pembelajaran perkuliahan di Malaysia.
Lihat juga: Prodi Hukum Umsida Gelar Dialog Nasional dan Rakor Pengurus APSIH
“Saya banyak belajar dan bersyukur dari kegiatan ini kami bisa belajar tentang operasional Bank Muamalat oleh staf-staf bank. Terutama mengenai akad-akad yang digunakan cukup berbeda dengan bank syariah di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, Hannah dan timnya juga banyak belajar mengenai Financing, Treasury Dan Funding, Investment/Forex yang halal, Frontliner, Operation, Akad dll. Dari pembelajaran tersebut, terdapat perbedaan dari Bank Syariah di Malaysia dan Bank Syariah di Indonesia.
Penulis: Romadhona S.