Umsida.ac.id – “Apa kepentingan kita ke depan?” tanya Prof Dr KH Haedar Nashir MSi pada awak media saat ditemui usai membuka acara Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kampus 1, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Selasa (3/3).
Lebih lanjut, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini menerangkan, bahwa persoalan teologis dan ideologis usai, maka akan ada tugas yang paling berat. “Bagaimana menjadikan Indonesia ini sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa, menjadi negara yang betul-betul merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dalam bahasa Muhammadiyah adalah cara berkemajuan di berbagai aspek kehidupan,” tutur Haedar.
Haedar menambahkan, “Kalau kita proyeksinya ke situ, maka Insya Allah kita akan mengerahkan seluruh energi, dan kolektif bangsa ini.”
Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat ini memberi pesan kepada Pemerintah untuk menjadikan Pancasila sebagai kesepakatan nasional. “Pemerintah harus jadi acuan juga, bahwa dasar Pancasila itu sebagai sebuah kesepakatan nasional. Integratif dengan agama, bahkan dengan kebudayaan bangsa. Karena Pancasila lahir dari serapan nilai-nilai agama dan kebudayaan bangsa,” jelasnya.
Kemudian, sambung Haedar, untuk seluruh penyelenggaraan negara harus bisa mengintegrasikannya. “Para pejabat negara tidak boleh lagi bicara pertentangan antara negara dengan Pancasila. Karena apa? selain menunjukan ketidakpahaman, juga akan memancing kembali konflik ideologis,” tegasnya.
Di akhir, Haedar mengungkapkan agar pemerintah bisa mengambil langkah ke depan, yakni dengan menjadikan cita-cita nasional Indonesia sebagai orientasi dalam pergerakan. “Dasarnya sudah ada Pancasila, orientasi kita membangun bangsa juga sudah ada. Jadi Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur. Tinggal usaha kita untuk mengerahkan segala kemampuan, mana yang menjadi tugas pemerintah, dan tugas organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah,” tandasnya.
Ditulis Oleh: Erika Mulia Arsy
Editor: Intan Mutiara