UMSIDA: Pakar Ilmu Fisika asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. Agus Purwanto, M.Si, M.Sc, D.Sc. menyampaikan ceramah dengan tema “Relasi Islam dan Pengetahuan” pada Kajian Ramadan 1443 H di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Kamis (14/4).
Pada pemberitaan sebelumnya, Gus Pur (1): Bentang Pengetahuan Yunani Kuno Hingga Kritik Pengetahuan Muslim dan Indonesia, Prof Agus Purwanto menyampaikan tiga topik yakni tentang tiga pusat peradaban dunia sebelum Islam, dilanjutkan dengan diskontinuitas pengetahuan Islam dengan pengetahuan sebelumnya, serta lemahnya kaum muslim di dunia dan di Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pada bagian kedua ini, Gus Pur menyampaikan tentang perkembangan dunia sains, lebih khusus dalam bidang astronomi, yang sangat signifikan dengan diluncurkannya teleskop luar angkasa James Webb yang lebih maju dari teleskop luar angkasa Hubble untuk mencermati pergerakan benda langit secara akurat, serta bagaimana Muslim di Indonesia menanggapi Ramadhan dengan melihat bulan.
Kajian Perbandingan Kitab Tafsir tentang Ayat Alam
Gus Pur mengungkap bahwa beberapa waktu terakhir ini dirinya tengah mengkaji ayat-ayat tentang samawat (langit, jamak). Dijelaskannya bahwa di dalam AlQuran teradap 310 kata langit dalam bentuk sama‘ (tungal) dan samawat (jamak). Ia pun tengah membaca tafsir atas ayat ayat tersebut dilengkapi dengan rujukan 7 kitab tafsir dari At Thabari, Qurtubi, ibnu Katsir, Jalalain, Fatkhul Qadir, AL Maraghi, dan Munir dari Syaikh Wahbah Zuhaili yang kontemporer.
“Saya ingin tahu bagaimana para ulama ini melihat langit. Dari amatan sementara ketika berbicara itu yang dibahas adalah tujuan ayat ini, tidak membahas struktur jagad raya. Seperti Ayat Wama khalqna sama/wati wal arda wama baina huma. Sama dan samawat itu dibiarkan tak disentuh oleh mufasir. Kenapa?” ungkap Prof Agus Purwanto.
Seperti diketahui bahwa AlQuran bebicara tentang kehidupan dunia dan akhrat. Ini menjadi bahasan dalam berbagai keilmuan seperti alam, sosial, dan sebagainya. Tapi Gus Pur fokus pada ayat-ayat tentang alam, tentang prinsip alam, dan kandungan alam. Al Quran dalam cara penyampaiannya tentang alam dilakukan baik itu secara implist, eksplisit dan simbolik. Mislanya dalam Al Quran 48: 23:
Artinya: Sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada sunnatullah Allah itu. Demikianlah hukum Allah, yakni ketetapan Allah senantiasa menolong orang-orang yang beriman dan membinasakan orang-orang yang mendustakan-Nya.
Gus Pur menjelaskan bahwa sunatullah atau hukum Allah itu telah berlaku sejak zaman lampau dan hingga kini manusia tidak mungkin melihat perubahnnya. Ayat ayat lain dalam AlQuran Surat Ar Rahman ayat 5 becerita tentang peredaran bulan dan matahari. Yang kemudian bisa diprediksi dengan sangat akurat.
“Pada ayat ini disebutkan masyaariq yang merupakan bentuk jamak dari masyriq. Kalau dijelaskan sebagai isim makan (kata benda tempat) maka berarti banyak tempat terbit matahari. Kalau isim waqtu maka berarti banyak waktu terbit,” ungkap Gus Pur.
“Dari ayat tersebut maka diketahui di Norwegia karena posisinya maka kalau puasa pas bulan juni, puasanya 22 jam. Setelah buka puasa, langsung tarawih baru siswing-siwing langsung subuh. Kalau di Rusia, malah siang terus, lalu bagimana rukyatnya? Kalau ada orang yang ngeyel rukyat suruh ke Rusia saja,” tambahnya menjelaskan tentang fenomena rukyat di Indonesia untuk menentukan awal bulan Ramadan atau pun Syawal.
Dari berbagai pengamatan tentang matahari itumendukung ayat-ayat AlQuran tentang matahari. “Matahari itu terus begeser. Masyaarik. Dalam pendekatan bahasa yang sangat indah. Rabbul magharib dan masyarik. Kalau dibongkar ayat ini akan melahirkan ilmu pengetahuan yang luar biasa,” tuturnya.
Selanjutnya: Penciptaan Alam Tidak Main-main