2. Menjadi selebriti
Anak muda saat ini memperlihatkan perilaku yang mirip dengan selebriti di media sosial, terutama di TikTok, dengan berusaha menjaga reputasi mereka di mata netizen.
Tapi jika dilihat dari penelitian ini, pengguna aplikasi ini bisa menjadi selebriti hanya dengan menunjukkan kesehariannya dan mempertahankan gaya hidup mereka. Untuk mendapatkan dan mempertahankan penontonnya, seleb TikTok harus mengetahui cara agar kontennya muncul di fyp dan dikenal. Misalnya menggunakan hashtag atau tagar.
Menjadi seleb di aplikasi ini bisa dijadikan sebagai ladang keuntungan. Mereka bisa menerima iklan bernama endorsement. Dari situlah dengan menggunakan popularitasnya untuk meraup keuntungan.
3. Motivator
orang yang ingin menambahkan frasa puitis atau motivasi di media sosial dapat menciptakan kesan positif dan mendapat perhatian. Kata-kata yang mereka pakai tidak selalu karya sendiri, tapi terinspirasi dari pengguna lainnya.
Unggahan mereka tidak selalu mencerminkan identitas mereka di dunia nyata. Frase puitis yang sering dibagikan oleh mereka berkisar pada topik seperti motivasi, sindiran, dan pemikiran pribadi.
Tujuan dari unggahan tersebut adalah untuk memberikan pesan kepada orang lain, bukan hanya untuk diri mereka sendiri. Dengan harapan dapat memberikan dorongan kepada pembaca.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konten TikTok ternyata bisa dijadikan sebagai panutan, sumber referensi, hingga motivasi untuk memproduksi konten baru maupun kemampuan baru. Mereka bisa membuat konten dari template yang sudah ada, mengekspresikan diri hingga mampu mempengaruhi orang lain dan menjadi selebriti, hingga membuat konten motivasi yang terinspirasi dari konten lain dan disebarkan kepada pengikutnya sendiri.
Lihat juga: Apa Masyarakat Masih Ketergantungan Media Sosial Walau Pandemi Usai?
Sumber: Nur Maghfirah Aesthetika MMedKom
Penulis: Romadhona S.