Umsida.ac.id– Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan umat Muslim, sebab di dalamnya banyak sekali keutamaan – keutamaan, diantaranya: pada 10 hari pertama merupakan hari yang penuh penuh Rahmat, 10 hari berikutnya adalah hari-hari penuh ampunan. Dan pada 10 hari terakhir Ramadhan, Allah menjanjikan turunnya lailatur qadar ketika kita menemui malam itu, maka amalan kita dilipatgandakan seperti melaksanakan kebaikan selama 1000 bulan.
Tidak hanya itu ketika Ramadhan tiba semua orang bukan hanya umat Islam merasakan rahmatnya, segala penjual jajanan dan makanan laris manis saat menjelang berbuka, masjid – masjid penuh dengan keceriaan karena disajikan ta’jil dan buka puasa secara gratis. Rasulullah bersabda:
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Allah SWT telah mewajibkan kepada kalian berpuasa didalamnya, di bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, dibulan itu setan-setan diikat, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.” (HR. An-Nasai).
Bahaya Puasa Akibat Lalai
Dibalik kegembiraan dan keberkahan Ramadhan, kita sering lalai dengan puasa kita sendiri apakah puasa yang kita jalani ini pasti diterima Allah SWT dan mendapat pahala? Atau mendapatkan celaka. Sebuah Hadits yang diriwayatkan Baihaqi menyebutkan:
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).
Hadits ini seringkali dipakai alasan untuk bermalas – malasan di bulan Ramadhan oleh beberapa orang, apalagi membacanya terpotong. Banyak orang yang membaca hadits tersebut hanya sampai pada tidurnya orang puasa adalah ibadah. Apakah tidak boleh tidur saat berpuasa?
Agama tidak melarang seseorang tidur saat menjalankan ibadah puasa. Tetapi, kalau tidurnya sepanjang waktu, lalu bangun hanya untuk menjalankan shalat kemudian tidur lagi dan bangun saat adzan maghrib berkumandang, perilaku ini memang tidak membatalkan puasa, tetapi puasa kita jadi tidak ada maknanya. Haus dan lapar saja yang akan diperoleh.
Kegiatan lain yang membahayakan puasa kita adalah memainkan HP tanpa henti. Mereka beralasan daripada tidur mending main HP. Disaat menjelajah alam maya melalui berbagai medsos yang terjadi banyak hal-hal yang maksiat muncul tanpa disadari, hal ini merusak pahala puasa kita.
Ada lagi kegiatan yang membuat puasa kita celaka, apakah itu nongki bareng ngobrol ngalor – ngidul nggak jelas, kegiatan ini juga merusak amalan puasa. Apalagi ditambah ghibah (ngomongin keburukan orang) pastilah amalan puasa kita rusak karenanya. Bukankah Allah dengan tegas menjelaskannya dalam al-Qur’an surah al-Hujurat:12,
Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang
Masih ada lagi hal yang membahayakan puasa kita, yaitu berhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis) berdalih kerja kelompok bahkan ada yang bilang kita nggak ngapain-ngapain koq meski berdua, tetap saja perbuatan ini dilarang dalam agama.
Mau tahu lagi kegiatan yang membahayakan puasa kita duduk – duduk di Masjid alasannya kerja kelompok, saat adzan berkumandang tak bergerak untuk melaksanakan shalat berjama’ah malah asyik dengan kegiatannya tak risih dengan orang-orang yang menjalankan shalat malah enak-enakkan dan tanpa merasa bersalah masih saja asyik dengan aktivitas duniawiyah.
Salah satu riwayat disebutkan: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976.)
Seringkali kita saat berpuasa kita belum mampu menahan berkata kotor dan keji, kelihatannya sepele tetapi perbuatan ini menghapus pahala puasa kita. dalam sebuah riwayat disebutkan:
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq ’alaih)
Berkata dusta merupakan satu perbuatan yang membuat puasa kita tak sia-sia. Biasanya hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berniaga agar dagangannya laku, mereka lupa bahwa sedang berpuasa,
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya. (HR. Bukhari)
Hadits tersebut sangat jelas bahwa Allah akan menjamin rejeki orang-orang yang jujur.
Ayo, masih yakinkah puasa kita berpahala? Atau malah sebaliknya celaka? Hanya kitalah yang mampu memilih apakah target puasa yang ingin kita capai, menjadi manusia yang bertaqwa atau manusia menjalankan rutinitas. Anda yang berhak menentukan.
Oleh: Puspita Handayani, M.Pd.I
Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Umsida