Umsida.ac.id – Menjalankan tugas untuk membina kampus Peguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dari Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Rektor Umsida Dr Hidayatulloh MSi melakukan kunjungan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) kota Probolinggo pada Kamis (4/2).
Kehadiran Rektor Umsida didampingi oleh Wakil Rekor I Dr Hana Catur Wahyuni, Wakil Rektor III Eko Hardi Ansyah MPsi Psikolog, Dekan Fakultas Agama Islam Dr Istikomah, dan Kepala Sekretariat Universitas Dr Kumara Adji Kusuma.
Rombongan dari Umsida disambut oleh Ketua STAIM Dr Benny Prasetya, Ketua BPH Dr Muhammad Nur Hasan, Ketua PDM kota Probolinggo Drs Masfu’ MM, dan tim dosen STAIM kota Probolinggo.
STAIM kota Probolinggo merupakan satu-satunya perguruan tinggi agama Islam di kota Probolinggo. Diharapkan menjadi kampus yang terus berkembang hingga menjadi kampus yang unggul. Rektor UMSIDA memberi masukan yang konstruktif guna menyelesakan permasalahan yang dihadapi oleh STAIM kota Probolinggo.
“Di STAIM kota Probolinggo kami memiliki Prodi Pendidikan Agama Islam yang terakreditasi B, Prodi Hukum Keluarga Islam yang terakreditasi B, dan tiga Prodi yang tengah submit ke BAN PT untuk diakrediasi yakni Pendidikan Guru Madrasah Ibditaiyah (PGMI), Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Tadris Matematika, dan Prodi Ekonomi Syariah,” ungkap Benny Prasetya dalam sambutannya.
Lebih lanjut pria yang biasa dipanggil pak Benny yang juga alumnus Umsida itu menjelaskan bahwa saat ini STAIM kota Probolinggo baru memiliki 31 dosen tetap, 7 dosen tidak tetap, dan 4 pustakawan. Selain itu juga telah memiliki 625 mahasiswa dari 6 prodi tersebut. “Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengembangkan agar STAIM Probolinggo bisa lebih maju lagi,” tandasnya.
Menanggapi berbagai paparan tersebut, Rektor Umsida menyampaikan pada prinsipnya semangat bermuhammadiyah adalah semangat untuk maju bersama dengan saling menguatkan satu sama lain termasuk pendampingan yang dilakukan Umsida terhadap STAIM kota Probolinggo.
“Umsida sendiri juga masih memerlukan pedampingan dari PTM lain yang sesuai sudut kebutuhan Umsida. Sesungguhnya apa yang kami miliki belum banyak. Tapi bisa jadi lebih banyak sedikit dari STAIM kota Probolingo,” tutur Dr Hidayatulloh. “Kelebihan kita prodinya lebih banyak juga dosennya. Tapi masalahnya juga banyak. Apapun Levelnya masalahnya akan sebanding dengan levelnya,” lanjutnya.
Membandingkan apa yang tengah dijalani oleh STAIM kota Probolinggo dengan masa awal Umsida, Dr Hidayatulloh MSi mengungkapkan bahwa Umsida pernah mengalami hal yang serupa. “Kalau pak benny tadi mengatakan untuk keperluan kelas pinjam panti asuhan, sama seperti Umsida dulu masih mendompleng ke SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo,” ungkapnya.
Dalam kesempatan pendampingan tersebut, Dr Hidayatulloh MSi berbagi pengetahuan tentang berbagai cara dalam mengembangkan Umsida kepada peserta yang hadir di ruang pertemun Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Probolinggo. Para hadrin tersebut merupakan tim yang tediri atas dosen dengan usia yang masih muda.
Memulai dengan Cita-cita
Dr Hidayatulloh MSi berbagi kenangan masa-masa awal Umsida yang juga mendapat bimbingan dari berbagai pimpinan PTM lainnya. Modal awal yang dimliki Umsida waktu itu hanya satu yaitu cita-cita.
“Kami pun dulu juga dibimbing oleh pak Malik Fajar (alm). Beliau mengatakan Anda boleh saja tidak punya apa-apa, tapi jangan tdak punya cita-cita. Cita-cita itu yang akan mampu menggerakkan,” ungkapnya. “Muhammadiyah dulu tidak punya apa-apa. Tapi kini sudah punya lembaga pendidikan yang tersebar tidak hanya di seluruh nusantara, bahkan di Malaysia dan Australia. Itulah kekuatan dari mimpi atau cita2,” tambahnya.
Cita-cita yang terpatri dalam sanubari itu yang terus terus diusahakan untuk diwujudkan. Dalam mewujudkannya pun setahap demi setahap. Termasuk cita-cita STAIM kota probolinggo untuk memiliki Gedung pendiidkan sendiri. “Belum jadi saja sudah punya 600 mahasiswa. Ini luar biasa,” ujar Dr Hidayatulloh MSi.
Dalam konteks mimpi tersebut, Umsida kini tinggal mengembangkan cita-citanya yang sudah ada. Dan dalam rangka terus mempertahankan cita-cita tersebut Rektor Umsida memulai untuk menulis buku yang merekam perjalanan sejarah Umsida. “Rencana judulnya ‘Menuju Kampus Unggul dan Berdaya Saing.’ Semoga buku ini bisa menginspirasi dan memotivasi generasi Umsida berikutnya dan penyelenggara Pendidikan lainnya.
Faktor Kesungguhan dan Gerak Cepat
Selain itu, faktor lain yang perlu untuk menjadi perhatian adalah factor kecepatan. Seperti bagaimana supaya prodi bisa segera terakreditasi A. “Untuk kampus-kampus yang memiliki banyak uang, maka akan dengan mudah terakreditasi A karena seluruh sarana dan prasanana bisa dibeli, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan dosen dengan pendidikan dokor,” tuturnya.
Sepatutnya Lembaga Pendidikan sudah mengubah paradigmanya. Dulu paradigmanya adalah yang besar mengalahkan yang kecil, tapi sekarang tidak demikian. “Pradigmanya adalah yang cepat mengalahkan yang lambat bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Di era revolusi digital ukuramya adalah kecepataan,” pungkasnya.
Selain cita-cita dan kecepatan, kita masih punya modal lain. Faktor tersebut adalah kesungguhan dalam mengelola Lembaga Pendidikan.
“Alhamdulillah dengan upaya sungguh-sungguh Umsida bisa melakukan percepatan. Dulu umsida belum punya prodi akreditasi A. Dengan 30 prodi, kini yang terakreditas A baru 5. Yang B sebanyak 20. Yang C tingal tiga, Kami akan dorong yang B dan C untuk lompat. Kami targetkan 2024 umsida punya 13 prodi unggul karena tahun 2024 2025 kami menargetkan umsida terakreditasi unggul,” tuturnya.
Umsida kini telah memiliki Roadmad yang disusun hingga tahun 2038 untuk mewujudkan Umsida yang diakui dalam skala ASEAN. ”Kalau dulu mengelola kampus sambil tidur bisa. Tapi sekarang kita tidur pun masih ngurus kampus,” kelakar Dr Hidayatulloh MSi.
Mimpi-mimpi tersebut harus terwujud dalam rencana strategis (Renstra) yang disusun dengan matang dan ditunjang dengan kecepatan.
Umsida menerima amanat dari Majelis Dikti PP Muhammadiyah untuk membina tiga kampus Muhammadiyah. Pertama STIE Muhammadiyah Tuban yang sudah berjalan dua tahun. Kedua, Universitas Muhammadiyah Madiun dengan Dr Hidayatulloh MSi didapuk masuk menjadi anggota BPH. Yang ketiga adalah STAIM kota Probolinggo dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Bangil.
Penulis: Kumara Adji