Acara ini merupakan bagian dari program International Student Inbound Mobility (ISIM), diikuti oleh mahasiswa inbound dari Kazakhstan dan beberapa mahasiswa FPIP Umsida. Kegiatan ini bertujuan untuk saling mengenal budaya antara Indonesia dan Kazakhstan serta memperkenalkan berbagai aspek budaya dari kedua negara.
Bertukar Makna Budaya di Umsida
Acara dimulai dengan sambutan dari Muhlasin Amrullah MPd, perwakilan kemahasiswaan FPIP Umsida, yang menekankan pentingnya memahami perbedaan budaya antar negara.
“Kita berasal dari negara yang berbeda dan tentunya budaya yang berbeda, jadi mari kita saling mengenal. Karena kita berada di Universitas Muhammadiyah, mari kita mengenal lebih dalam tentang Muhammadiyah,” ujarnya.
Setelah pemaparan mengenai sejarah dan perkembangan Muhammadiyah, mahasiswa Kazakhstan memperkenalkan beberapa aspek budaya mereka. Salah satu topik menarik adalah penjelasan tentang bendera kedua negara, yang menyimbolkan nilai-nilai penting dalam budaya masing-masing.
Baca juga: Prestasi Gemilang! Aprilia Ayu Harumkan Umsida ke Panggung Internasional AEF 2025
“Burung yang ada di bawah matahari dikenal dengan sebutan burung berkut (bahasa Kiril: Беркут) atau elang stepa, yang berarti burung elang emas dan melambangkan kebebasan bagi orang-orang Kazakhstan; warna biru pada background bendera Kazakhstan melambangkan langit, sementara di atas burung elang stepa terdapat matahari berwarna emas dengan 32 sinar, dan di dekat kerekan bendera terdapat strip berbentuk vertikal dengan ornamen nasional negara Kazakhstan,” jelas salah satu mahasiswa inbound Kazakhstan.
Setelah itu, beberapa mahasiswa Kazakhstan membagikan pengalaman pertama mereka saat tiba di Indonesia.
“First impression saya ketika datang ke Indonesia adalah cuaca yang panas dan lembap. Namun, saya merasa senang karena banyak orang yang baik dan ramah. Masyarakat Indonesia sangat membantu, dan negara ini sangat hijau,” kata mereka.
Selain itu, mereka juga mengenalkan beberapa makanan khas Kazakhstan, seperti Beshbarmak (daging kuda, wortel, dan bawang), Baursak (roti goreng tanpa rasa), Kyrmyz (susu kuda), Shybat (susu unta), dan Kyrt (keju asin).
Mahasiswa Kazakhstan juga memperkenalkan beberapa tradisi mereka, seperti perayaan Nauryz Khoze, yang merupakan festival Tahun Baru di Kazakhstan, serta filosofi di balik pakaian tradisional dan kepang rambut wanita mereka.
Dua kepang menandakan bahwa seorang wanita belum menikah, sementara satu kepang menunjukkan bahwa ia sudah menikah. Selain itu, mereka juga mengenalkan Yurt, rumah tradisional yang digunakan oleh masyarakat nomaden, dan Dombra, alat musik tradisional mereka yang sering dimainkan dalam permainan nasional Astana.
Baca juga: Tak Hanya Fisik, Ini 4 Cara Menjaga Kesehatan Jiwa Saat Berpuasa
Tidak hanya mahasiswa Kazakhstan yang berbagi budaya mereka, mahasiswa FPIP juga mengenalkan kebudayaan Indonesia. Mereka memperkenalkan alat musik tradisional seperti Sasando dari Nusa Tenggara Timur, Gamelan Jawa, dan Panting dari Kalimantan Selatan. Selain itu, mahasiswa FPIP memperkenalkan keanekaragaman pulau-pulau Indonesia yang kaya akan budaya dan alam. Mereka juga memaparkan berbagai pakaian tradisional, destinasi wisata terkenal seperti Gunung Bromo, serta kuliner khas Indonesia.
Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa inbound Kazakhstan untuk merasakan pengalaman langsung tentang budaya Indonesia. Meskipun begitu, mereka juga berbagi tantangan yang mereka hadapi selama berada di Indonesia, terutama dalam hal bahasa.
“Bahasa Indonesia cukup sulit bagi kami, terutama dalam memahami percakapan sehari-hari. Namun, kami merasa senang bisa belajar dan berbicara dengan mahasiswa Indonesia,” ujar salah satu mahasiswa inbound Kazakhstan.
Acara ini memberikan pengalaman berharga bagi kedua belah pihak untuk saling mengenal dan memahami budaya masing-masing. Diharapkan, kegiatan semacam ini dapat mempererat hubungan internasional antara Umsida dan negara-negara lain, serta memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi mahasiswa yang datang dari berbagai belahan dunia.
Penulis: Mutafarida
Editor: Rani Syahda