Umsida.ac.id– Tujuan besar muhammadiyah untuk memajukan indonesia dan mencerahkan semesta menjadikan kegiatan kajian rutin bagi pejabat struktural, dosen tetap dan tenaga kependidikan kali ini mengusung tema dinamika peran muhammadiyah membangun bangsa.
Deskripsi mengenai muhammadiyah dan juga tugas serta tanggung jawab seluruh masyarakat persyarikatan, sekilas disampaikan oleh rektor universitas muhammadiyah sidoarjo (umsida) Dr Hidayatulloh Msi
“Muhammadiyah saat ini sudah berusia lebih dari 100 tahun kini menjadi persyarikatan sekaligus gerakan dakwah amal ma’ruf nahi mungkar sekaligus pencerahan berasaskan islam berdsarkan al quran dan as sunnah untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar – benarnya,” Paparnya sebagai awalan sambutannya dalam kegiatan kajian ini.
“Tentu kita semua sudah mengetahui bagaimana perjalanan muhammadiyah dalam berperan membangun bangsa, tetapi menjadi bagian keluarga besar umsida, dimana umsida ini adalah salah satu amal usaha muhammadiyah di bidang pendidikan tinggi yang punya tugas untuk menyukseskan semua gerak langkah persyarikatan muhammadiyah. Bukan hanya di lingkungan umsida namun dimana saja kita berada,” imbuhnya.
Dinamika Peran Muhammadiyah Membangun Bangsa
Tema kajian rutin ini merupakan salah satu subtema dalam tema besar muktamar muhammadiyah ke 48, rektor umsida pun menyampaikan kewajiban kita semua untuk mengikuti kegiatan istimewa tersebut dengan berbahagia.
“Beberapa hari lagi muhammadiyah akan menggelar permusyawaratan tertinggi di persyarikatan yaitu muktamar bersama aisyiah ke 48 di Surakarta yang akan dihadiri oleh seluruh tokoh muhammadiyah di seluruh dunia bukan hanya di Indonesia tapi dari seluruh penjuru di dunia. Kita harus menyambut muktamar nanti dengan berbahagia. Insyaallah kita akan mendapat manfaat bersama- sama disana,” Ujar rektor umsida dengan penuh semangat di depan hadirin.
Selain ikut menyemarakkan kegiatan muktamar nanti sebagai keluarga besar umsida Dr Hidayatulloh juga mengungkapkan pentingnya memajukan dunia kependidikan sebagai salah satu tanggung jawab besar perguruan tinggi.
“Dan untuk menyongsong tema muktamar memajukan indonesia mencerahkan semesta itu kemudian juga harus kita terjemahkan di umsida ini. Apa yang dapat kita lakukan untuk memajukan indonesia dan mencerahkan semesta ini? tentu jawaban konkretnya adalah umsida harus menjadi perguruan tinggi unggul. Karena salah satu indikator kemajuan bangsa adalah tingkat pendidikan yang bermutu. Rencana kita untuk mendorong umsida menjadi kampus unggul harus menjadi keniscayaan,” tandasnya untuk menyatukan visi misi keluarga besar umsida.
Ditengah kegiatan kajian ini 3 anggota keluarga besar umsida telah mendapat penghargaan sebagai purna bakti. Atas pengabdian yang luar biasa di bidangnya masing masing ketiga orang tersebut telah menghabiskan puluhan tahun untuk memberikan kinerja terbaiknya di Umsida.
Pertama adalah bapak Ahmad Basir telah mengabdi selama 17 tahun sebagai petugas kebersihan, Selanjutnya yakni ibu Lilik Umi Kulsum yang telah mengabdi selama 29 tahun sebagai staf administrasi dan yang terakhir adalah ibu Djauharoh SST MKes yang telah mengabdi selama 42 tahun sebagai dosen di fakultas ilmu kesehatan di umsida.
Prof Dr Syafiq A Mughni MA sebagai pembicara telah menyampaikan beberapa poin penting sebagai pengantar arah kajian ini diawali dengan isu-isu strategis keumatan. mengenai rezimentasi agama, membangun kesalehan digital, memperkuat persatuan umat, reformasi tata kelola filatropi islam, beragama yang mencerahkan, autentisitas washathiyah islam
“Dalam poin pertama mengenai rezimentasi agama adalah kecenderungan negatif di negara kita terutama umat islam, bahwa sebagian dari kita ini menempel kepada kekuasaan kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan kekuasaan itu sendiri. Merezimentasi agama itu pemerintah mulai ikut mencampur adukkan paham agama satu dengan yang lain mana yang benar dan mana yang salah. Jika ini terus berjalan maka akan berbahaya bagi negara indonesia” ungkap Prof Syafiq dalam membuka kajiannya.
“Selanjutnya mengenai poin poin berikutnya keretakan yang terjadi diantara umat islam ini, muhammadiyah diharapkan harus bisa memberi pandangan sebaik baiknya agar masyarakat indonesia dapat bersatu bukan mencari mana yang salah dan benar tapi harus mampu membangun solidaritas bersama,” harapnya.
“Beragama tidak murung, marah, sempit. Seolah olah yang tidak sama di anggap sesat hal seperti ini adalah beragama yang sempit dan tidak mencerahkan, gejala ini sudah mulai ada di negara kita. Maka dari itu kita harus mampu mencerahkan bukan malah meredupkan,” lanjutnya.
Tidak hanya memaparkan kehidupan beragama namun, Prof Syafiq yang juga pernah menjadi rektor umsida ke 3 ini juga menjelaskan mengenai isu isu kebangsaan yang perlu ditanggapi. Yang pertama adalah memperkuat ketahanan keluarga, reformasi sistem pemilu, sukses kepemimpinan 2024, evaluasi deradikalisasi, memperkuat keadilan hukum, penataan ruang publik yang inklusif dan adil, memperkuat regulasi sistem resiliensi bencana, antisipasi aging population, dan yang terakhir memperkuat integrasi nasional.
” Dari beberapa poin tersebut yang pertama mengenai munculnya lgbt dan lain lain disebabkan oleh negara kita yang rapuh dengan penyakit sosial. Hal ini yang menjadi konsen muhammadiyah untuk membuat suatu keluarga memiliki ketahanan yang kuat,” Paparnya.
” Selanjutnya mengenai isu kebangsaan sistem pemilu dan hal berkaitan lainnya adalah menjadi persoalan penting bagi kita dimana jika sistem pemilihan tidak dilakukan dengan jujur dan adil maka akan melahirkan pemimpin- pemimpin yang kurang berkualitas bagi negara itu sendiri,” Pungkasnya.
(Rani Syahda Hanifa)
*Humas Umsida