Dinasti Jokowi, Saingi 4 Politik Trah yang Ada?

Umsida.ac.id – Direktur PolMark Research Centre Eep Saefulloh Fatah dalam siaran bocoran hasil surveinya yang tersebar di media sosial seminggu lalu, mengungkapkan secara terang benderang perlawanannya, untuk mengalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam waktu dua bulan. Targetnya, Sang Presiden harus turun.

4 krisis Jokowi

Eep menyebutkan ada 4 krisis, krisis moral terkait penetapan capres dan cawapres, krisis dukungan politik (jokowi kehilangan lebih 50 persen dukungan politik), krisis kebijakan (gagalnya kebijakan), dan krisis elektoral.

Baca juga: Umpo Laksanakan Kegiatan Benchmarking SPI ke Umsida

Keempat krisis itu menjadi ancaman bencana politik bagi Jokowi yang juga selain itu, fakta bahwa tidak adanya capaian yang signifikan. Perlu langkah penyelamatan, dan kecenderungannya adalah dengan membentuk trah politik di Indonesia.

dinasti politik Jokowi

Munculnya dinasti politik

Keluarga adalah orang yang memiliki kedekatan secara personal dan rela berkorban bagi anda, karenanya iameletakkan kepercayaan kepada dan memanfaatkan keluarga. Untuk itu membangun dinasti politik menjadi solusi keselamatannya: dinasti Jokowi.

Dinasti ini menyaingi politik trah yang telah ada: trah Soekarno, Soeharto, Abdul Rahman Wahid, Soesilo Bambang Yudhoyono.

Tragisnya, trah dinasti politik presiden ke-8 ini dibentuk dari cara-cara yang “tidak etis,” pelanggaran etika berat, dengan memanfaatkan dimensi kekeluargaan tersebut. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman, yang berstatus sang paman, memberikan karpet merah bagi Gibran Rakabuming Raka (36 tahun).

Gibran pun melenggang menjadi wakil Presiden Prabowo Subianto. Bahwa capres dan cawapres tidak ada batasan minimal usia, meski dari kalangan muda-belia diperbolehkan asal pernah menjadi pimpinan kota atau daerah.

dinasti politik Jokowi

Akibat dinasti politik

Kebijakan MK tersebut menuai kecaman keras dari hampir semua elemen bangsa karena keputusan yang menyesuaikan dengan kondisi sang keponakan.

Dibuatlah Majelis Kehormatan (MK) MK. MK MK ini pun memberikan penilaian bahwa terjadi pelanggaran etika berat dari keputusan ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman. Namun tetap saja, ini tidak berpengaruh karena sifatnya hanya etis, yang tidak mengikat secara hukum.

Baca juga: Umsida Raih Penghargaan Anugerah Diktiristek 2023, Rektor: Semoga Jadi Energi Positif

Joko Widodo memang fenomenal. Berawal dari kepemimpinannya sebagai walikota Solo satu setengah periode, Gubernur DKI Jakarta selama dua tahun, dan dua kali presiden Republik Indonesia.

Namun, selama kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan Presiden RI, teriring banyak suara menyeru tentang lemahnya kepemimpinannya, bahkan secara verbal kebijakan-kebijakannya disebut dungu, oleh Rocky Gerung, kerana banyak tidak nyambung antara hulu dan hilirnya.

Orang pun berasumsi bahwa keputusan ketua MK terindikasi salah satu “kebijakan” Jokowi yang memengaruhi MK. Ini menjadi kedunguan akut jika Jokowi mengira rakyat tidak tahu apa yang terjadi.

Termasuk kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara yang diambil tanpa melalui proses hukum yang benar yang langsung dijadikan undang-undang. Demikian juga dengan Omnibus Law yang menuai banyak protes karena hanya mementingkan kepentingan pengusaha.

Jokowi dan PDIP

Lebih lanjut, dalam konteks politik, di internal PDIP Sendiri, Jokowi kini terkesan ditinggalkan, menyusul sikap keluarganya yang tidak lagi berafiliasi dengan partai banteng tersebut. Dalam aturan mainnya, keluarga dari kader PDIP harus terafiliasi PDIP.

Joko Widodo sepertinya tahu, bahwa dirinya tidak mungkin menjadi bagian penting dari PDIP. Sebagai mantan presiden, tradisinya dia menjadi ketua partai atau ketua pembina partai. Lalu siapa yang bisa berada di atas Megawati Soekarno Putri di PDIP? PDIP adalah partai yang ketua atau pemimpin tertingginya harus mengalir darah Soekarno dalam dirinya. Sedangkan Joko Widodo itu siapa?

Lihat Juga :  Cerita Driver IMEI Team Umsida yang Akan Melanjutkan Laga di Ancol

Baca juga: Dalam Rangka Studi Banding, Umsida Jamu 19 Pejabat STAIM Blora

Memang benar adagium dalam politik bahwa tidak ada kawan abadi, demikian juga lawan abadi. Joko Widodo yang merupakan “peliharaan”/binaan PDIP, melakukan, secara sembunyi-sembunyi, maupun terang-terangan, “perlawanan.”

Yang semula pro bisa jadi kontra. Yang kontra bisa menjadi pro. Seperti halnya Prabowo Subianto, rival terberat Joko Widodo dalam dua periode pemilu, akhirnya tidak tahan menjadi oposisi dan bergabung dengan kekuasaan menjadi menteri pertahanan Jokowi.

Demikian juga Ganjar Pranowo, yang “dimusuhi” karena “melawan” Megawati bahkan disebut “celeng” (babi liar), namun akhirnya dianggap sebagai anak emas PDIP untuk dijadikan Petugas Partai berikutnya melawan Gibran “Jokowi” Rakabuming.

Gaet sang putra ke dunia politik

Boleh jadi telah dibuat skenario sejak awal kepemimpinan periode keduanya untuk mencarikan tempat terbaik bagi Jokowi pasca menjadi presiden. Proses perebutan paksa yang gagal, dalam usaha menggulingkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Demokrat melalui tangan Kepala Staf Ahli Kepresidenan Moeldoko.

Kini terkesan jelas bahwa kala itu partai besutan SBY tersebut akan diakuisisi Moeldoko. Tujuannya bisa kita tafsirkan sekarang adalah untuk menjadi jalan bagi partai Jokowi nantinya. Jika seandainya Moeldoko menjadi Ketua Umum Demokrat, maka Ketua Pembinanya adalah Jokowi. Namun rencana ini gagal total. Ironisnya, Demokrat malah merapat ke koalisi politik “Prabowo Gibran.”

Kini, tersedia karpet merah yang lebih menjanjikan bagi Jokowi dengan dijadikannya putranya Kaesang Pangarep (29 tahun) menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ini menjadikan jalan lebar bagi Jokowi untuk memiliki partainya sendiri, dan membentuk trah politiknya.

Jaring kekuasaannya itu mulai dibentuk sejak menantunya menjadi walikota Medan, anaknya Gibran yang menjadi walikota solo dan kemudian cawapres. Selanjutnya Gibran akan bisa mengantarkan terwujudnya trah/dinasti politik Joko Widodo dengan menjadi pucuk pimpinan tertinggi eksekutif. Harapannya menyelamatkan sang Bapak dari kejatuhannya pasca lengser dari presiden RI.

EEP Saeful Fatah yang dulu mendukung Jokowi, berani melakukan perlawanan terhadap Joko Widodo adalah karena pasca pecahnya kongsi mayoritas partai-partai politik di pemerintahan, maka tidak tidak lagi banyak kekuatan partai yang memback-up Jokowi secara politik. Bahkan kawan-kawan politik Jokowi kini telah berubah menjadi lawan-lawan politiknya yang siap menjatuhkannya.

Target Eep dua bulan ke depan menjatuhkan Presiden Joko Widodo sangat realistis. Hal ini untuk mencegah jangan sampai trah/dinasti politik itu terjadi. Tapi Jokowi percaya diri dengan langkah yang dia ambil.

Boleh jadi pengalaman pada dua periode pemilu membuatnya mengetahui banyak trik/taktik pemilu (gerakan politik di balik layar) yang harus dia lakukan untuk mempertahankan kekuasaannya, di sisa-sisa kekuasaannya. Karenanya Jokowi tetap tidak bisa diremehkan. Dia pun berjanji akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024.

Penulis: Kumara Adji

Berita Terkini

S2 Ilmu Komunikasi Umsida
S2 Ilmu Komunikasi Umsida Sudah Buka, Siap Cetak Pakar New Media
October 13, 2025By
prodi sains data
Umsida Resmi Buka S1 Sains Data, Siap Buka Peluang Data Analyst
October 11, 2025By
pendampingan korban Ponpes Al Khoziny
Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Panik, Bramasgana Umsida Dampingi 4 Hari
October 4, 2025By
Umsida dan PT Mellcoir Sport Indonesia
Magang di PT Mellcoir Sport Indonesia, Mahasiswa Umsida Ikut Expo UMKM di Jakarta
October 3, 2025By
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny
Bramasgana di Ponpes Al Khoziny: Sekitar 60 Korban Masih Tertimbun
October 2, 2025By
Umsida kampus ramah nonmuslim
Jadi Kampus Ramah Latar Belakang Agama, Ini Cerita Malvin dan Keluarga Tentang Umsida
September 3, 2025By
workshop open data Jawa Timur
Open Data Jadi Kunci Analisis Berbasis Bukti dalam Workshop Statistik Sektoral Seri 11
August 25, 2025By
Umsida dan Pemkab Sidoarjo
Pertemuan Umsida dan Pemkab Sidoarjo, Bahas Kolaborasi Strategis dalam Pengembangan Potensi Daerah
August 20, 2025By

Riset & Inovasi

renalmu.com
Aplikasi Renalmu.com, Inovasi Dosen Umsida Dorong Transformasi Digital Pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit
October 17, 2025By
alat pemeriksaan kesehatan digital
Umsida Buat Alat Cek Kesehatan Tanpa Jarum, Mudahkan Pemeriksaan
October 9, 2025By
hibah PTTI dan PISN
Dosen Umsida Raih Hibah PTTI dan PISN 2025, Kenalkan Sidoarjo Melalui Film Dokumenter Budaya
October 7, 2025By
inovasi alat pembakaran sampah tanpa asap 3
Alat Pembakaran Sampah Tanpa Asap, Inovasi Dosen Umsida Tekan Masalah Sampah
September 25, 2025By
sekolah rakyat
Berkesempatan Mengajar di Sekolah Rakyat, Ini Pendapat Dosen Umsida
September 17, 2025By

Prestasi

inovasi limbah cangkang kupang 3
Olah Limbah Cangkang Kupang, Mahasiswa TLM Umsida Raih Juara 2 PKP2 PTMA 2025
October 19, 2025By
relawan pajak Umsida
Punya Relawan Pajak Terbanyak 2025, Tax Center Umsida Dapat Penghargaan dari DJP Jatim II
October 18, 2025By
S2 Ilmu Komunikasi Umsida, perguruan tinggi
Umsida Masuk Jajaran Perguruan Tinggi dalam THEs University Impact Rankings 2026
October 15, 2025By
teknik mesin Umsida juara 1 lomba nasional
Teknik Mesin Umsida Raih Juara 1 Lomba Prototype LNT-RBM 2025
October 10, 2025By
hibah PTTI dan PISN
Dosen Umsida Raih Hibah PTTI dan PISN 2025, Kenalkan Sidoarjo Melalui Film Dokumenter Budaya
October 7, 2025By