Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) berkolaborasi dengan Pusat Penanggulangan Lumpur Lapindo Sidoarjo (PPLS) untuk mengembangkan inovasi berbasis biochar dari limbah tongkol jagung.
Lihat juga: Kembangkan UMKM Sekaligus Cegah Stunting, KKNP 60 Manfaatkan Potensi Jagung untuk Es Krim dan Nugget
Intan Rohma Nurmalasari SP MP, dosen program studi Agroteknologi Umsida melalui kegiatan pengabdian masyarakatnya, berupaya mengatasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh peristiwa semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo.
Lahan Potensial Hilang Tertimbun Lumpur Lapindo
Sebelum semburan lumpur lapindo, kawasan tersebut didominasi lahan pertanian.
Namun karena lahan yang tidak bisa dimanfaatkan kembali (in aktif) pasca tragedi, membuat lahan di daerah tersebut tidak dapat ditanami kembali dengan tanaman budidaya.
Masyarakat korban Lumpur Lapindo yang saat itu bermatapencaharian sebagai petani, berubah statusnya menjadi pengungsi.
“Hal miris terjadi saat melihat sudut pandang ekonomi dan sosial yang berubah dan membutuhkan bantuan kita untuk memperbaiki lahan, supaya dapat dimanfaatkan kembali untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” jels Intan.
Setelah melakukan observasi, Intan dan tim abdimas menemukan limbah tongkol jagung yang sangat besar jumlahnya di Kabupaten Sidoarjo.
Hal ini disebabkan karena limbah pasca panen berupa tongkol hanya dibuang begitu saja tanpa ada upaya reuse, recycle.
Sampah pertanian yang tidak terdistribusi atau ditangani dengan baik membuat penurunan kualitas lingkungan.
Pengolahan Limbah Tongkol Jagung untuk Perbaikan Lahan
Peristiwa itu tentu menimbulkan masalah terhadap lahan pertanian yang berdampak pada berkurangnya atau terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya produksi pertanian.
Salah satu solusi yang diusung dalam program ini adalah pemanfaatan limbah tongkol jagung yang selama ini hanya dibuang begitu saja.
“Jika Limbah yang jumlahnya sangat besar di Kabupaten Sidoarjo ini tidak dikelola dengan baik, dapat memperburuk kualitas lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat,” terang Intan.
Oleh karena itu, imbuhnya, tim pengabdian masyarakat Umsida mengembangkan proses pirolisis gas untuk mengubah limbah tongkol jagung menjadi biochar, sebuah material yang ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk memperbaiki tanah yang tercemar.
Proses pirolisis menggunakan alat Rotary Drum Pyrolizer (RDP) yang didesain oleh tim Umsida untuk memastikan pemanasan merata di seluruh sisi dinding tong.
Dengan pemanasan yang merata, waktu pirolisis bisa dipersingkat, sehingga menghasilkan biochar yang lebih sempurna.
Manfaat Biochar dalam Pertanian dan Keberlanjutan Ekosistem
Pembuatan biochar dari tongkol jagung memberikan solusi ganda bagi permasalahan lingkungan dan pertanian di Sidoarjo.
Selain mengurangi jumlah limbah pertanian yang belum dimanfaatkan, biochar yang dihasilkan dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang telah terkontaminasi oleh lumpur lapindo.
“Salah satu keunggulan utama dari biochar adalah kemampuannya dalam mengikat logam berat, seperti timbal (Pb), sehingga tanah dapat kembali subur dan aman digunakan untuk budidaya tanaman,” ujarnya.
Sebagai media pertumbuhan untuk tanaman jagung, biochar ini juga mampu meningkatkan hasil produksi tanaman tersebut.
Dengan penggunaan biochar sebagai media tanam, para petani di Kabupaten Sidoarjo diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka, serta membantu menjaga ketahanan dan keamanan pangan di daerah tersebut.
Selain itu, dengan perbaikan kualitas tanah, produksi pertanian menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, mendukung pencapaian SDGs 2030, khususnya pada Goal 15 yang berfokus pada perbaikan ekosistem daratan.
“Secara tidak langsung, inovas ini juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan hasil produksi pertanian yang mendukung peningkatan ekonomi di daerah tersebut,” tutur ketua Pusat Studi SDGs Umsida tersebut.
Hilirisasi dan Penerapan Teknologi untuk Peningkatan Produksi Jagung
Produk Inovasi ini berupa Rotary Drum Pyrolizer (RDP) dari Hasil Hilirisasi Alat Pirolizer atau pirolisis dengan sistem tong berputar.
“Keunggulan dari alat ini adalah panas pembakaran yang merata di semua sisi dinding tong,” ucapnya.
Dengan adanya pemanasan yang merata, tambah Intan, maka waktu pirolisis akan relatif singkat dan hasil dari biochar yang didapat akan lebih sempurna.
“Alat piroliser yang kami gunakan adalah desain dari kami sendiri dengan melihat referensi alat yang sudah ada, kemudian kami re-design,” imbuhnya.
Disamping itu, kata Intan, alat piroliser kami ini portable, sehingga akan mudah dioperasikan di berbagai tempat.
Lihat juga: Gandeng Jatam Bromo Tengger Semeru, Dosen Umsida Buat Program Pertanian dan Anti Stunting
“Dalam proses pembuatan dan pengaplikasian, hasilnya mampu meningkatkan produksi jagung dan mengikat 20 % logam berat dalam tanah pasca lumpur lapindo Sidoarjo,” tutup Intan.
Penulis: Romadhona S.