Penciptaan Alam Tidak Main-Main
Gus Pur menjelaskan bahwa sumber pengetahuan adalah cahaya matahari. Cahaya matahari ini membentuk bayangan benda. Dengan pengetahuan tentang cahaya tersebut, maka akan bisa dipastikan posisi atau letak bayangan suatu benda akan berada di mana.
“Saya bisa pastikan bahwa bayangan tubuh bapak/ibu sekalian saat keluar dari gedung ini akan berada di sebelah selatan, karena posisi mataharinya di utara ekuator. Sidoarjo itu 7 derajat 40 sekian menit lintang selatan maka bayangan obyek ada di sebelah selatan tubuh,” ujarnya menjelaskan bahwa hal ini adalah jaminan Allah.
Fakta terkait benda-benda langit yang terukur bisa menjadi panduan dalam menentukan arah. Pada saat tertentu matahari berada tepat di atas Kakbah. Sehingga orang di seluruh dunia bisa menentukan arah kiblat shalatnya dengan melihat arah bayangan dirinya.
“Kini pun sudah popouler untuk menentukan kiblat, pada tanggal tertentu, hari tertentu jam sekian sudah bisa ditentukan arah kiblat,” ungkap Gus Pur. “La kenapa untuk menentukan awal Ramadan saja itu mbulet ae…,” ujarnya sambil kelakar dan menambahkan bab ini ada pemabahasan tersendiri.
Prof Agus Purwanto menegaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dengan tidak bercanda dengan menyitir AlQuran Surat Ad Dhukhan ayat 38: “Wa maa khalaqna samaa’ wal ardi wa ma bainahuma laibin,” yang artinya, “tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang diantaranya dengan main-main.”
Gus Pur menjelaskan bahwa sejarah ilmu pengetahuan menggambarkan bagaimana alam semesta bersifat konsisten dari dulu hingga sekarang. Seperti halnya ketika Galileo melakukan ujicoba teorinya arisoteles yang mengembangkan pengetahuannya dengan metode spekulatif.
“Aristoteles bilang kalau saya punya apel dan kelengkeng maka apel akan jatuh dulu. Tapi Galileo mikir, alasannya apa kok begitu. Akhirnya dia cek, ternyata tidak benar. La kalau menciptakan alam dengan laibin, dengan main-main, maka yang jatuh apel dulu, kadang kelengkeng dulu, kadang bareng, karena Allah menicptakan main-main,” tutur Gus Pur.
Demikian halnya dengan mengalirnya air yang selalu dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, Gus Pur menambah penjelasannya. “Tidak ada air dari laut menuju gunung. Jangan ada isitilah kalau Allah menghendaki maa bisa terjadi,” ungkapnya.
Dengan bukti dari alam yang mendukung ayat Al Quran tentang sunatullah, maka karenanya ilmu pengetahuan menjadi relevan untuk dikembangkan.
Selanjutnya: Teleskop sebagai penanda kemajuan