umsida.ac.id-Handoko Teguh Wibowo, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia memberi pencerahan kepada para mahasiswa soal lapindo. Dalam pemaparannya, Handoko mengungkapkan bahwa terjadinya lumpur lapindo sekitar 200 meter dari pengeboran, muncul semburan yang tidak lazim. “Semburan itu mengeluarkan cairan fluida yang panasnya 100° celcius di permukaan. Itu di permukaan, apalagi kalau di bawah permukaan, pasti lebih dari itu.”
Gunung lumpur, lanjut Handoko, adalah sebuah terminologi di dalam ilmu geologi yang bersifat genetik. “Fenomena bertekanan tinggi akibat adanya intrusi dari lumpur atau percampuran lumpur dengan fragmen batuan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Handoko menuturkan soal lumpur Sidoarjo yang panas dan daerah yang terdampak cukup luas. “Secara visiografi, lumpur Sidoarjo berada di kompleks gunung api dan cekungan. Gunung lumpur selalu berasosiasi dengan sesar atau patahan yang ada di bumi. Ada dua patahan, yaitu patahan Watukosek dan Siring,” Handoko memaparkan.
Menurut ketua geologi ini, fenomena lumpur lapindo memerlukan beberapa penanganan. “Mulai dari penanganan sosial, infrastruktur terbangun, hingga ekonomi sudah mulai tertata, maka terjadilah keseimbangan baru,” ujarnya.
Reporter: Sayyidatunisa
Editor: Inka Ayu P