Oleh: Nida’ur Rosyidah S Ak
Umsida.ac.id – Manajemen laba merupakan tindakan yang kerap ditemui dalam laporan keuangan. Yakni hasil akhir dari proses pencatatan serta sarana informasi terkait kondisi dan kinerja perusahaan dalam pengambilan suatu keputusan, baik bagi pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, atau masyarakat).
Fungsi laporan keuangan dan informasi laba
- Laporan keuangan menjadi tolak ukur pemegang saham atau calon investor untuk menilai suatu perusahaan dan kinerja manajemen dalam menjalankan pekerjaannya.
- Informasi laba digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan.
- Informasi laba membantu pemilik memperkirakan earnings power perusahaan di masa yang akan datang
- Laporan keuangan dan informasi laba dievaluasi untuk memberikan panduan kinerja manajemen dalam laporan laba rugi
Lihat juga: Keefektifan Rosetta Stone Dalam Meningkatkan Pronunciation Siswa SMP
Manajer perusahaan dan investor sering kali memiliki perbedaan kepentingan. Manajer sebagai pengelola perusahaan berusaha meningkatkan pendapatan untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya atas biaya pemilik perusahaan.
Penerapan pembuatan laporan keuangan berbasis akrual merupakan salah satu celah bagi manajer untuk dapat melakukan manipulasi laporan keuangan melalui tindakan manajemen laba, yaitu suatu proses kecurangan yang dilaksanakan secara sengaja sesuai tujuan yang telah ditentukan dalam batasan prinsip-prinsip akuntansi.
Informasi laba sering menjadi sasaran atau target rekayasa bagi manajemen dalam meningkatkan laba untuk kepentingan pribadinya dan hal tersebut akan berakibat merugikan pemegang saham suatu perusahaan.
Kasus manajemen laba
Beberapa tahun lalu, terungkap kasus dugaan manipulasi Laporan Keuangan Tahunan (LKT) pada PT. Tiga Pilar Sejahtera (AISA) atau TPS Food. Mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi consumer goods. Dalam laporan hasil investigasi pada audit laporan keuangan tahun 2017, ditemukan adanya fraudulent statements, diantaranya terdapat dugaan penggelembungan (overstatement) sebesar 4 triliun rupiah pada akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap. Lalu ada 662 miliar rupiah pada penjualan, serta 329 miliar rupiah pada EBITDA Entitas Food.
Lihat juga: Content Marketing, Strategi Pemasaran di Era Digital
Selain itu, juga terdapat dugaan aliran dana sebesar 1,78 triliun rupiah dengan berbagai skema dari Grup TPSF kepada pihak- pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen laba. Terjadinya fraudulent statement tersebut telah mengakibatkan banyak kerugian diantaranya memberikan informasi yang tidak akurat untuk investor, kepercayaan perusahaan semakin berkurang, serta reputasi perusahaan menjadi buruk.
Lalu, apa saja yang menjadi penyebab terjadinya manajemen laba yang kerap digunakan untuk kepentingan pribadi?
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba:
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah proporsi dari semua saham bisnis beredar yang dimiliki oleh manajer perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajer, maka semakin besar pula praktik manajemen laba.
Hal ini karena kepemilikan manajerial turut menentukan kebijakan serta pengambilan keputusan pada perusahaan yang dikelola. Namun, kualitas audit dengan menggunakan pengukuran spesialisasi industri KAP (Kantor Akuntansi Publik), kurang mampu dalam mengurangi tindakan manajemen laba karena kecilnya nilai kepemilikan manajerial yang membuat manajer tidak bertindak layaknya pemilik perusahaan. Akhirnya, manajer tidak cukup termotivasi untuk memenuhi kepentingan pemilik melainkan kepentingan pribadi.
2. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Leverage dengan diproksikan Debt to Asset Ratio (DAR) dihitung dari rasio total hutang dengan total aset perusahaan menunjukkan, semakin tinggi atau rendahnya leverage tidak akan berpengaruh terhadap manajemen laba. Tingkat hutang suatu perusahaan bukan merupakan faktor bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
Resiko yang muncul bagi perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi adalah ancaman ketidakmampuan dalam membayar kewajiban. Sedangkan manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai cara untuk menghindari risiko tersebut.
Selain itu, mayoritas perusahaan besar di Indonesia tidak bergantung pada hutang dalam hal membiayai aset perusahaan sehingga tidak berpengaruh terhadap keputusan manajemen perusahaan dalam penentuan jumlah laba yang akan dilaporkan jika terdapat perubahan pada tingkat hutang.
Namun, kualitas audit dalam suatu perusahaan tidak mampu mempengaruhi dan meminimalkan tindakan manajemen laba, karena dengan mengabaikan peran KAP Big Four pun pihak manajemen tetap melakukan manajemen laba pada saat leverage rendah.
Lihat juga: Manfaatkan Limbah Kemasan Plastik, 3 Mahasiswa Umsida Ini Buat Meja Komposit
3. Free Cash Flow
Free cash flow adalah arus kas perusahaan yang telah ada untuk didistribusikan ke pihak pemodal setelah perusahaan menggunakannya sebagai investasi terhadap aset tetap dan meningkatkan modal.
Hal ini berguna untuk mendukung ekspansi bisnis yang berkelanjutan yang diukur dengan variabel dummy, yakni nilai 1 diberikan pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan 0 untuk selain KAP Big Four. Semakin besar nilai free cash flow suatu perusahaan maka akan menurunkan praktik manajemen laba.
Sedangkan semakin tinggi nilai free cash flow yang tersedia di suatu perusahaan, artinya pengelolaan keuangan perusahaan sangat baik. Sebabnya, perusahaan memiliki kas yang tersedia untuk operasional, pembayaran hutang, dan pembagian dividen sehingga kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba sangat kecil.
Selain itu, dengan adanya audit yang berkualitas tinggi yang memiliki kemampuan lebih baik dalam mendeteksi adanya kecurangan pemilihan prosedur akuntansi dengan tujuan manipulasi laba oleh manajemen sehingga praktik manajemen laba dapat diminimalisir.
4. Profitabilitas
Profitabilitas yang terlampau tinggi dapat memicu manajer melakukan manajemen laba melalui perataan laba karena mereka ingin memperkecil laba dan akan mempertahankan kestabilan labanya dari laba yang berfluktuasi.
Semakin tinggi atau rendahnya nilai profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula manajemen laba. Berdasarkan teori sinyal, perusahaan yang memiliki laba tinggi menjadi sinyal bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. Pada saat perusahaan mengalami kenaikan laba di tahun tertentu, tindakan manajemen laba dilakukan sebagai upaya melakukan penurunan beban pajak penghasilan.
Namun, pada saat laba perusahaan menurun, kondisi tersebut tentu akan menjadi penilaian buruk investor, karena laba yang turun mendeskripsikan kinerja perusahaan yang kurang dapat memaksimalkan laba. Oleh karena itu, manajer cenderung melakukan manipulasi dengan menaikkan laba. Akan tetapi, audit yang berkualitas tinggi belum mampu mendeteksi terjadinya manajemen laba karena terdapat kemungkinan terjadi transaksi yang sulit dideteksi oleh auditor seperti konsinyasi.
Lihat juga: Mahasiswa Umsida Kembangakan Potensi Desa Melalui Proyek Desa, Salah Satunya Bikin Tour Guide Virtual
Melalui hal tersebut, manajer cenderung tetap melakukan manajemen laba meskipun diaudit oleh KAP Big Four maupun Non Big Four.
Cara meminimalisir tindakan manajemen laba
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan, diantaranya:
- Kualitas Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit laporan keuangan perusahaan. KAP yang bereputasi baik akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula, sehingga investor akan lebih percaya pada data akuntansi yang disediakan.
- Dalam menambah pengawasan terhadap kinerja manajer, perlu adanya audit yang berkualitas guna mendeteksi dan meminimalisir terjadinya manajemen laba.
Adanya penjelasan faktor-faktor diatas, diharapkan mampu menambah informasi serta memberikan pemahaman untuk membantu investor yang akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menilai laporan keuangan dan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab manajemen laba pada perusahaan tersebut.
Penyunting: Romadhona S.