Umsida.ac.id – Kegiatan Baitul Arqom Pimpinan di level middle management yang digelar selama dua hari di Arayanna Hotel, Trawas (10-11/07/2024), menciptakan keseruan tersendiri bagi peserta di sela kesibukannya sebagai kepala bidang dan kepala program studi.
Baca juga: Prof Haedar Jelaskan Beratnya Jadi Pemimpin
Rangkaian acara yang cukup padat membuat mereka menemukan banyak hal baru yang cukup “mendaging”, mulai dari materi, Forum Group Discussion (FGD), Rencana Tindak Lanjut (RTL), outbound, dan lainnya. Dalam kegiatan ini, para peserta didampingi oleh pihak Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (MPK PWM Jatim), yaitu Dr Agus Mahfud Fauzi MSi selaku wakil ketua MPK-SDI PWM Jatim.
“Kami memiliki tanggung jawab bagaimana peserta bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Ini bukan seperti kuliah, tapi training. Jadi bagaimana mereka tak hanya bertindak sebagai pemimpin di Umsida saja, tapi juga sebagai pelaksana Amal Usaha Muhammadiyah,” ujarnya.
Peserta seperti hopeless
Sebelum kegiatan berlangsung, Dr Agus melihat para peserta yang nampak hopeless. Namun setelah ia berhasil menghidupkan suasana, peserta diapresiasi sehingga mereka merasa lebih menikmati rangkaian kegiatan. Bahkan mereka mampu memproduksi hasil dari materi yang didapat.
Dosen Sosiologi Unesa itu melanjutkan, “Misalkan terkait hakikat keislaman yang dihubungkan dengan kepemimpinan di Umsida. Walau dasarnya mereka adalah pemimpin, tapi ada beberapa dari mereka yang baru bisa menerjemahkan ajaran Kemuhammadiyahan untuk menjadi pemimpin dari kegiatan ini,”.
Begitu juga ketika materi yang dihubungkan dengan Umsida sebagai media dakwah di era global, para peserta lebih aware kalau tantang tersebut cukup banyak. Sehingga beberapa mereka juga sadar dengan potensi yang belum mereka kembangkan terkait media digital.
Begitu juga pada sesi fathul qulub yang membahas beberapa ayat Al-Quran, para peserta juga memahaminya. Walaupun mereka semua tak hanya berasal dari FAI saja, Dr Agus melihat para peserta memahami ayat-ayat yang harus mereka terapkan.
Lalu, ada pula materi tentang tarjih yang menjelaskan tentang dalil yang dijadikan panduan oleh Muhammadiyah. Dilanjut dengan tuntutan ibadah menurut tarjih, membuat para peserta sangat antusias dengan berbagai pertanyaan yang diajukan, terlebih tentang tata cara sholat dan toleransi antar sesama.
Selain tentang Kemuhammadiyahan, kegiatan ini juga membas tentang negosisasi dan networking yang menjadi bekal para peserta untuk meningkatkan performa Umsida ke level yang lebihtinggi mengingat saat ini yang sudah terakreditasi unggul.
Selain materi yang cukup padat, keesokan harinya para peserta Baitul Arqam mengikuti sesi santai (outbound) yang mencakup tadabbur alam dan permainan tim.
“Dalam sesi ini kami sebagai master of training mengenalkan kepada mereka tentang “sesuatu” yang ada di alam, yang mungkin sangat jarang mereka lihat sehari-hari. Setelah itu, permainan bola menjadikan mereka semakin kompak yang bisa mereka terapkan selepas Baitul Arqom,” tutur dosen yang juga Youtuber tersebut.
Jadi sekecil apapun kegiatan yang ada pada Baitul Arqom ini memiliki makna yang bisa diterapkan saat kembali memimpin Umsida dan AUM.
Materi yang berbobot dan berdaging
Hal tersebut dirasakan oleh para peserta. Seperti kata Sarwendah Sarwenda Biduri SE MSA yang mengaku menikmati kegiatan ini karena materi yang santai namun berbobot.
“Jadi yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang kurang menjadi tambah. Karena memang materinya sangat relate dengan keadaan saat ini. Semoga kegiatan ini tetap konsisten dilakukan secara rutin karena ini merupakan bagian dari karakter building warga Umsida,” ujar dosen prodi Akuntansi itu.
Sejalan dengan itu, Alvan Rizki juga mengatakan bahwa materi daging yang padat pada Baitul Arqom ini jika dijadikan satu, maka akan menjadi sarang lebah. Maksudnya, jika sarang lebah tersebut digambarkan sebagai pimpinan di level middle management, maka mereka adalah lebah yang telah bekerja sama dalam kegiatan ini.
Baca juga: Prodi AP dan Ikom Umsida Laksanakan Cultural Exchange di Thailand
“Nantinya hal ini nanti bisa kami terapkan di Umsida sepulang Baitul Arqom. Jadi ke depan secara keseluruhan kegiatan ini bisa diimplementasikan oleh lebah-lebah tersebut hingga menghasilkan madu,” tuturnya.
Penulis: Romadhona S.