Umsida.ac.id – Islam telah menetapkan derajat yang tinggi bagi laki-laki dan perempuan, terutama memberikan tempat yang luar biasa terhadap perempuan, khususnya sosok ibu.
Lihat juga: Perlindungan Perempuan Korban Pelecehan Seksual Belum Maksimal, Kata Riset Umsida
Muhammadiyah sendiri juga mengenal sosok pejuang wanita Siti Walidah (‘Aisyiyah 19 Mei 1917 ), Siti Munjiyah bersama Siti Hayinah dalam konggres perempuan pertama 22-25 Desember 1928 (kemudian diperingati sbg hari ibu), khutbah Siti Munjiyah dengan tema “Derajat Perempuan.”
Menjadi Tema yang cukup menonjol dan sempat menjadi perdebatan panas ketika Munjiyah menyampaikan pandangan agama Islam terhadap hak-hak perkawinan (lihat Soeara Moehammadijah no. 5 dan 6 Th. XI/Agustus 1929).
Menukil dalam HPT, Himpunan Putusan Tarjih ke-3, bagian 3, sub tema 2 tentang Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, Bab I membahas tentang Kesetaraan Perempuan dan laki-laki.
Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa laki-laki dan perempuan setara dihadapan Allah.
Relasi laki-laki dan perempuan dalam posisi setara, tidak ada superioritas dan subordinasi (diunggulkan dan direndahkan), masing-masing mempunyai peran, potensi, fungsi dan kemungkinan untuk mengembangkan diri baik di ranah domestik maupun publik.
Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Prinsip-prinsip relasi kesetaraan laki-laki dan perempuan telah diisyaratkan Allah dalam Al-Quran, yaitu;
1. QS An Nisa ayat 124
Pertama, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 124:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal salih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun”.
Dari ayat tersebut bisa kita bisa memahami bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, memiliki kedudukan setara dan memiliki fungsi ibadah, beriman dan beramal salih.
Yang membedakannya adalah kualitas iman, takwa, pengabdian pada Allah dan amal salihnya.
2. QS At Taubah ayat 71
Kedua, firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 71:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagaimana mereka menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar…” dst.
Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi.
Mereka berdua memiliki kesempatan dan wewenang yang sama menjalankan fungsi dalam mengelola, memakmurkan dunia dan memimpin sesuai dengan potensi, kompetensi, fungsi, dan peran yang dimainkannya sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
3. QS Al Baqarah ayat 35
Ketiga, Adam dan Hawa diciptakan di surga dan mendapatkan fasilitas surga sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 35:
“Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini dan makanlah makanan-makannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai. Dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang zalim”.
Dari ayat tersebut, Adam dan Hawa bersama-sama sebagai aktor dalam kisah Al-Qur’an tentang penciptaan manusia.
Seluruh ayat tentang kisah Adam dan Hawa sejak di surga hingga turun ke bumi menggunakan kata ganti mereka (huma) yang melibatkan secara bersama-sama dan secara aktif Adam dan Hawa.
4. QS An Nisa ayat 124 dan An Nahl ayat 97
Keempat, laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi dan kesuksesan. Seperti yang disebutkan dalam surat An Nisa ayat 124 dan surat An Nahl ayat 97.
5. QS An Nur ayat 2 dan Al Maidah ayat 38
Kelima, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan setara di depan hukum, sanksi atas pelanggaran juga sama, keduanya bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an diantaranya dalam surat An Nur ayat 2, dan Al Maidah ayat 38.
Jadi, penting untuk kita pahami dan kita lakukan, bahwa nilai-nilai kesetaraan di atas jika benar-benar diimplementasikan, Insya Allah akan mempermudah perwujudan cita-cita diturunkannya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Lihat juga: Menepis Stereotip Atlet Bela Diri Perempuan dari 2 Mapres Umsida
Karena itu, nilai-nilai kesetaraan tersebut seharusnya dijadikan dasar utama untuk memahami relasi laki-laki dan perempuan termasuk dalam membangun keluarga dan negara.
Penulis: Isna Fitria Agustina SSos MSi