Umsida.ac.id – Divisi UMKM kelompok KKN-P 53 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang ditempatkan di desa Sentul, Purwodadi, Pasuruan. berkunjung ke rumah produksi kain sutera yang berada di Desa Sentul, Dusun Popohan yang dijuluki sebagai Kampung Sutera.
Tujuan dari kunjungan yang dilakukan adalah untuk mempelajari bagaimana kain sutera bisa diproduksi dan juga bagaimana sutera bisa diolah menjadi barang fashion dan aksesoris. Dari kunjungan ini, mahasiswa KKN juga akan memberikan sebuah inovasi baru untuk penerapan sutera kedepannya.
“Alasan dilakukan kegiatan kunjungan di rumah produksi Kupu Sutera ingin membantu membuat produk atau inovasi baru dari kupu sutera agar lebih banyak lagi hasil yang dibuat dari kupu sutera,” ujar Achmad Irfan Adi Surya, ketua divisi UMKM KKN-P 53.
Lihat juga: Branding UMKM Hingga Germas Jadi Program Unggulan KKN-P Umsida Kelompok 24 Desa Baujeng
Awal produksi kain sutera
Awal berdirinya Kupu Sutera, salah satu produk olahan ulat sutera, berdiri sejak tahun 2015 yang diproduksi oleh Arianto Nugroho Eka P. Pada tahun 2022, Anto, sapaan akrabnya, membuat CV Kupu Sutera. Kupu Sutera ini terbuat dari serat alam dari sutera samia. Baik secara tunggal maupun dicampur dengan serat alam lain, seperti serat kapas atau kapuk.
Bahan ini nantinya dapat dikembangkan menjadi produk tekstil yang kreatif, inovatif dan ramah lingkungan. Promosi produk ini dilakukan dengan pemasaran melalui pameran sutera di sosial media yaitu aplikasi instagram dan pameran offline (langsung).
“Kami membuat inovasi berupa hijab sutera dapat membantu pemasaran kupu sutera lebih luas dan untuk menambah produk baru yang ada di kupu sutera tersebut,” sambung Irfan.
Dengan adanya pembuatan inovasi produk hijab sutera ini, ia dan tim KKN berharap nantinya dapat membantu pemasaran Kupu Sutera lebih luas dan mencapai target pasar terutama di Indonesia dengan melihat trend muslimah di media sosial, terutama di TikTok.
Lihat juga: KKN Pencerahan 2024 Dimulai, Ini Pesan Rektor Umsida
Pembuatan produk dari bahan sutera ini mampu memakan waktu sekitar satu hingga dua hari lebih untuk pewarnaan. Anto mengemukakan alasan mengapa kain sutera disebut mahal karena pada proses produksinya yang terbilang cukup lama.
Dengan itu, kelompok KKN-P 53 ingin mengusulkan produk baru yaitu hijab kain sutera untuk mengembangkan metode inovatif dalam produksi hijab kain sutera yang dapat meningkatkan daya saing produk dalam pasar yang semakin kompetitif.
“Cukup terbantu ya dengan kehadiran mahasiswa KKN ini. Tentunya saya berharap dengan adanya kegiatan KKN di sini bisa membantu kampung sutera yang bisa dibilang mati suri bisa jaya lagi, ditambah dengan inovasi baru dan segmentasi pasar melalui media digital” ucap Anto yang juga seorang ketua RT ini.
Lihat juga: Intip 14 Program KKN-T Mahasiswa Fikes Umsida yang Bertema Stunting
Penulis: Shafa Arrizqa Az Zahroh
Penyunting: Romadhona S.