Umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) juga menerima mahasiswa dari Indonesia bagian timur, salah satunya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berkuliah di sini.
Dalam penelitian dosen Umsida, Ferry Adhi Dharma MIKom yang berkolaborasi dengan mahasiswanya bernama Sahrul Ali Sandi salah satu mahasiswa NTT yang berkuliah di Umsida, membuat suatu penelitian tentang Strategi Akomodasi Komunikasi Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) di Sidoarjo.
Lihat juga: Proses Penerapan Problem Based Learning (PBL) dan Dampaknya Terhadap Pembelajaran
Penelitian ini dilatar belakangi karena sebaran perguruan tinggi yang belum merata. Hal ini membuat banyak mahasiswa NTT yang merantau untuk berkuliah di pulau Jawa karena kualitas pendidikan yang dianggap lebih baik. Dalam risetnya, tertulis sebanyak 1.222.313 jiwa mahasiswa asal NTT yang berkuliah di pulau Jawa.
Rentan terjadi konflik mahasiswa NTT dan warga lokal
Dengan adanya mobilitas mahasiswa dari luar Jawa, dapat menimbulkan beberapa permasalahan terutama konflik terkait kegagalan adaptasi komunikasi mahasiswa. Hal ini merupakan salah satu dampak yang disebabkan adanya akulturasi dan asimilasi budaya yang terjadi. Tapi, permasalahan tersebut masih bisa diatasi oleh mahasiswa NTT yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Mereka tidak pernah terlibat konflik dengan warga lokal atau sesama mahasiswa di Umsida, apalagi akibat dari kesalahan komunikasi.
Bagaimana cara mahasiswa rantau NTT agar konflik tidak terjadi?
Pada penelitian ini, dijelaskan beberapa cara keberhasilan mahasiswa NTT untuk mencegah konflik di Sidoarjo. Mereka memiliki komunitas yang dapat menyatukan seluruh mahasiswa NTT yang ada di Sidoarjo untuk mempermudah komunikasi. Mereka juga menjaga hubungan baik dengan masyarakat lokal dengan cara melakukan akomodasi komunikasi.
Teori akomodasi komunikasi dipilih peneliti untuk menganalisis kasus ini. Akomodasi artinya, bagaimana seseorang mampu menyesuaikan komunikasinya dengan orang lain. Sedangkan komunikasi dalam teori ini, adalah pilihan dalam menentukan perilaku seseorang dengan cara konvergensi, divergensi, dan akomodasi.
Teori tersebut bertujuan untuk menjelaskan proses seseorang yang berkomunikasi agar saling mempengaruhi ketika berinteraksi. Oleh karena itu, menjalin komunikasi dengan orang yang berasal dari berbagai suku, agama, ras, dan kebudayaan merupakan satu hal baru yang harus dipelajari. Karena jika terjadi hambatan komunikasi, bisa mempengaruhi efektivitas dalam berkomunikasi antar manusia sehingga sering menimbulkan konflik sosial.
Ini berjenis kualitatif dengan sumber data didapatkan melalui wawancara. Informannya adalah komunitas mahasiswa NTT yang ada dj Sidoarjo. Setelah itu, didapatkanlah strategi akomodasi komunikasi mahasiswa NTT di Sidoarjo yang terbagi menjadi tiga.
Strategi akomodasi komunikasi mahasiswa NTT
Menyesuaikan gaya komunikasi (Konvergensi)
Konvergensi adalah strategi dimana pelaku komunikasi menyesuaikan gaya komunikasinya, seperti jeda, senyuman, pandangan mata, perilaku verbal dan non verbal. Hak ini bertujuan menciptakan keakraban dan hal ini juga diterapkan oleh mahasiswa NTT berada di Sidoarjo.
Mereka menyesuaikan bahasa ketika berbicara dan warga lokal dengan cara membiasakan dialek masyarakat Sidoarjo dan mengatur intonasi. Selain itu, mereka juga telah menyesuaikan senyuman. Setelah itu ada tatapan mata, penyesuaian mengubah tatapan mata yang terkenal melotot menjadi lebih kalem.
Lihat juga: Mengenal E-Comic, Salah Satu Fun Learning untuk Siswa Agar Tidak Bosan
Perilaku verbal juga disesuaikan mahasiswa NTT di Sidoarjo dengan cara penggunaan bahasa nasional. Karena dengan menggunakan bahasa ini adalah cara yang paling sederhana untuk berinteraksi dengan warga lokal lalu. Untuk perilaku nonverbal mereka lakukan dengan menggunakan bahasa tubuh atau gerakan tubuh yang sesuai dengan kebiasaan warga.
Misalnya membungkuk atau menundukkan kepala ketika melewati seseorang atau mengacungkan jempol apabila mereka menyampaikan pendapat. Konvergensi ini merupakan salah satu cara untuk menghargai budaya di Sidoarjo dengan cara meyesuaikan gaya komunikasi.
Menunjukkan kekhususan budaya sendiri (Divergensi)
Divergensi adalah strategi di mana pelaku komunikasi menonjolkan kekhususan dalam ucapan mereka untuk mengekspresikan kebanggaan terhadap budaya mereka sendiri.
Aksen dan dialek merupakan salah satu strategi Divergensi yang diterapkan oleh mahasiswa NTT dalam berinteraksi dengan warga Sidoarjo. Meskipun menurut mereka telah menyesuaikan kosakata dengan bahasa
Indonesia dan menggunakan bahasa Jawa yang agak mudah diingat, tetapi mereka masih memiliki aksen Timur.
Bagi warga Sidoarjo, logat yang berbeda dari NTT terasa unik dan baru bagimasyarakat Sidoarjo. Selain logat, mahasiswa NTT berulang kali mempresentasikan budayanya dan cerita tentang adat istiadat NTT. Diterapkannya strategi divergensi ini dapat menambah wawasan mereka mengenai adat dan budaya di tempat mereka tinggal.
Melakukan akomodasi berlebihan
Terkadang, mahasiswa NTT cenderung melakukan akomodasi berlebihan yang kerap bisa diartikan oleh warga Sidoarjo. Seperti tertawa keras, tatapan mata yang lebar, dan upaya untuk menyusun percakapan. Contohnya saat mahasiswa NTT merespon sesuatu dengan nada tertawa keras dan cara bicara lantang yang merupakan kebiasaan warga NTT, kerap disalah artikan oleh warga Sidoarjo yang terbiasa berkomunikasi dengan nada yang santun dan lembut.
Sehingga mereka menganggap respon warga NTT ini adalah hal yang mengganggu. Tapi dengan diterapkannya akomodadi berlebihan ini bisa membangun interaksi karena dalam model komunikasi, terdapat perhatian dan teguran terkait hal yang harus dan tidak harus diterapkan ketika mereka berada di perantauan.
Lihat juga: Buat Batik Eco Printing Lebih Mudah dengan Mesin Steam Otomatis
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa NTT yang merantau ke Sidoarjo memiliki tiga strategi akomodasi komunikasi, yaitu konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan untuk berinteraksi dan menjalin keakraban dengan warga lokal. Dari ketiga strategi tersebutlah, mahasiswa NTT diharapkan dapat memperkuat hubungan dan mendalami budaya masyarakat Sidoarjo, serta meminimalisir kesalahan komunikasi.
Penulis: Romadhona S.